NPM : 12114201180136
KELAS : B
FAKULTAS KESEHATAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
tuntunannya makalah telah disusun dalam bentuk dan isinya “ Anatomi,Fisiologi
dan patofisologi SistemSensori Pesepsi” yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat menjadi acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dalam
pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
supaya kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHSAN
PENUTUP
a. KESIMPULAN
b. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan persepsi sensori merupakan permasalahan yang sering
ditemukan seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan
tidak terduga. Pertambahan usia, variasi penyakit, dan perubahan gaya hidup
menjadi faktor penentu dalam penurunan sistem sensori. Seringkali gangguan
sensori dikaitkan dengan gangguan persepsi karena persepsi merupakan hasil
dari respon stimulus (sensori) yang diterima.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima (Syaifuddin, 2014). Persepsi
juga melibatkan kognitif dan emosional terhadap interpretasi objek yang
diterima organ sensori (indra). Adanya gangguan persepsi mengindikasikan
adanya gangguan proses sensori pada organ sensori, yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Untuk itu, perlu adanya
pengkajian sistem sensori untuk mengukur derajat gangguan sistem sensori
tersebut.Adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit mengetahui
pengkjaian pemeriksaan sistem sensori. Dengan mengetahui pengkajan sistem
persepsi sensori diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil
pemeriksaan tersebut dapat teridentifikasi secara akurat sehingga dapat
menentukan asuhan keperawatan yang berkualitas. Berdasarkan permasalahan
di atas kami tertarik untuk menulis makalah tentang “Pengkajian Sistem
Persepsi Sensori”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah definisi sistem persepsi sensori?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori?
3. Bagaiaman pengkajian pada sistem persepsi sensori?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengkajian pada sistem persepsi sensori.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi sistem persepsi sensori.
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori.
c. Untuk mengetahui pengkajian pada sistem persepsi sensori.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan pengkajian pada sistem persepsi
sensori.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang pengkajian pada sistem persepsi sensori,
serta sebagai bahan refrensi dalam pemenuhan tugas tugas yang terkait
dengan sistem persepsi sensori.
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah
kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih
besardari
4
4) pada kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-
waktu kalau ada gangguan pada mata.
5) Aparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar
lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius
lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian depan
6) bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis
mengalir ke duktus nasolakrimatis terus ke meatus nasalis inferior.
7) Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri
dari:
a) Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya
mengangkat kelopak mata.
b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
c) Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata.
d) Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata.
e) Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola
mata ke dalam dan ke bawah.
f) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas,
ke bawah dan ke luar.
8) Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva
palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan
kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada
konjungtiva ini sering terdapat kelenjar limfe dan pembuluh darah.
b. Okulus
Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf
otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbu okuli dengan
otak dan merupakan bagian penting organ visus.
c. Tunika okuli
Tonika okuli terdiri dari :
1) Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal
5
respiratorius pseudostratified yang terdiri atas empat jenis sel yaitu sel
kolumnar bersilia, sel kolumnar tidak bersilia, sel mukus tipe goblet dan sel
basal. Membran mukosa bersilia bertugas menghalau mukus menuju ostium
sinus dan bergabung dengan sekret dari hidung. Jumlah silia makin
bertambah saat mendekati ostium. Ostium adalah celah alamiah tempat
sinus mengalirkan drainasenya ke hidung. Jumlah silia makin bertambah
saat mendekati ostium.
Berdasarkan lokasi perlekatan konka media dengan dinding lateral
hidung, sinus dibagi menjadi kelompok sinus anterior dan posterior.
Kelompok sinus anterior terdiri dari sinus frontal, maksila dan etmoid
anterior yang bermuara ke dalam atau dekat infundibulum. Kelompok sinus
posterior terdiri dari etmoid posterior dan sinus sfenoid yang bermuara di
atas konka media. Fungsi utama sinus paranasal adalah mengeliminasi
benda asing dan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi melalui tiga
mekanisme yaitu terbukanya kompleks osteomeatal, transport mukosiliar
dan produksi mukus yang normal.
merupakan suatu jalur yang jika mengalami obstruksi karena mukosa yang
inflamasi atau massa yang akan menyebabkan obstruksi ostium sinus, stasis
silia dan terjadi infeksi sinus.
b. Fisiologi Lidah
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa
yang dapat dirasakan indera pengecap yaitu manis, asin, asam dan pahit
yang dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa
kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan
pada L-glutamat. Lima rasa yang dapat dikecap lidah ;
1) Rasa manis
Hampir semua zat yang dapat menyebabkan rasa manis merupakan zat
kimia organik seperti gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida,
ester, asam amino, asam sulfonat, dan asam halogen. Sedangkan zat
anorganik yang dapat menimbulkan rasa manis adalah timah hitam
dan berilium. Daerah sensitivitas rasa manis terdapat pada apex
lingua.
15
2) Rasa asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Makin asam suatu
makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat. Daerah
sensitivitas rasa asam terdapat pada sepanjang tepi lateral lidah bagian
posterior.
3) Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion
sodium. Antara satu garam dengan garam lainnya memiliki kualitas
rasa asin yang sedikit berbeda dikarenakan beberapa jenis garam
mengeluarkan rasa lain disamping rasa asin. ) Daerah sensitivitas rasa
asin terdapat pada sepanjang tepi
lateral lidah bagian anterior
4) Rasa pahit
Zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir semua
merupakan zat organik. Daerah sensitivitas rasa pahit terdapat pada
dorsum lidah bagian posterior.
5) Rasa umami
Rasa umami mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat
rasa lain, termasuk sincrgisme peningkat rasa antara dua senyawa
umami yaitu L-glutamat dan 5’- ribomulceotides. Umami adalah rasa
yang dominan ditemukan dalam ekstrak daging dan keju (Guyton dan
Hall, 2014).
5. Anatomi dan Fisiologi Sistem Peraba (Kulit)
a. Anatomi Kulit
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada
telapak tangan dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel,
epidermis juga tersusun atas lapisan:
1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
16
melanogenesis.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga
mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.
3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus d.
Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga
paling dalam sebagai berikut:
a) Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng.
c) Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin.
d) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah
pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas
dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan
stratum reticular.
17
c. Pemeriksaan mata
1) Inspeksi mata
a) Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata
lentik, kebawah atau tidak ada. Fungsi alis dan bulu mata untuk
mencegah mauknya benda asing (debu) untuk mencegah iritasi atau
mata kemerahan.
b) Lihat sclera dan konjungtiva.
(1)Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta
klien melihat keatas. Amati warna, anemis atau tidak, apakah
ada benda asing atau tidak
(2)Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta klien
melihat ke bawah.
c) Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mata
berlebih. Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau
tidak, bola mata keluar (eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
d) Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau
hiperaktivitas palpebral yang menyebabkan kelopak mata terus
berkedip tak terkontrol.
e) Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan
lalu perhatikan kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris.
Normal jika simetris. Adanya kelainan jika celah mata menyempit
(ptosis, endoftalmus, blefarospasmus) atau melebar (eksoftalmus,
proptosis)
f) Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus
untuk mendapatkan data apakah mata kering atau basah yang
artinya lakrimasi berfungsi baik ( Schime test).
g) Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu
dengna menggunakan spuit berisi cairan, dan berikan pada kanal
lakrimal.
2) Reflek pupil
a) Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial.
20
chart
b) Hitung jari
(1) Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta
menghitung jari pemeriksa pada jarak 3 meter
(2) 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
(3) 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
c) Pergerakan jari
(1) Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan
tangan didepan pasien dengan latar belakang terang. Jika pasien
dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m
(2) VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu
menentukan arah proyeksinya
d) Penyinaran
(1) Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran
dengan penlight ke arah mata pasien.
(2) Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari
dari segala posisi (nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam
penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light Perception/LP).
(3) Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/ ~
(LP, proyeksi salah).
(4) Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V=
0 (NLP). Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA
TOTAL (tulis 00/000)
e) Pemeriksaan dengan pinhole
(1) Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di
kartu Snellen atau kartu E maka pada mata tersebut dipasang
PINHOLE
(2) Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai
baris normal (20/20) berarti responden tersebut gangguan
refraksi
(3) Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan
23
4. Tes rinne
a) Membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulan
b) Garpu tala deng frek 128, 256, dan 512 Hz
c) Tekan garpu tala di tulang mastoid smpai tdk terdengar lalu
pindahkan ke dpn telinga Rinne + (dpn telinga masih terdengar)
d) Interpretasi :
(1)Normal = HU : HT = 2:1
(2)Masih terdengar → Rinne (+) : intensitas HU > HT →Telinga
normal atau tuli saraf
(3)Tidak terdengar → Rinne (-) : intensitas HU < HT → Tuli
Konduktif
5. Tes weber
a) Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan
telinga kanan
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan serta uraian tentang pengkajian sistem persepsi sensori
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem sensoris atau dalam
bahasa Inggris sensory system berarti yang berhubungan dengan panca indra,
terdiri dari organ mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.
B. Saran
Sebagai seorang perawat harus mengetahui pengkajan sistem persepsi
sensori diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil pemeriksaan tersebut
dapat teridentifikasi secara akurat sehingga dapat menentukan asuhan
keperawatan yang berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
Ballenger, J.J. 2010. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher,
Dialih bahasakan oleh Staf ahli Bagian THT RSCM-FKUI.. Tangerang :
Binarupa Aksara.
Guyton, A. C., dan Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022
Hetharia, Rospa, Sri, Mulyani. (2011). Asuhan Keperawatan Telinga Hidung
Tenggorokan. Jakarta: CV.Trans Info Media
34