Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen : Ns.Erna Purwanti,S.Kep,M.Kes

Kelompok 2

Febrian S. Kalayukin

Aldy Rorong

Marcelino Arapa

Niken Gahunting

Santika M. Tolip

Puput Dwi R. Pontoh

Trivena Rumondor

AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA

MANADO
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan cinta
kasihNya Makalah tentang ’’Keperawatan keluarga’’ bisa selesai dituliskan.
Dan pada saat ini juga disampaikan banyak-banyak berterimah kasih kepada pihak-pihak
yang sudah menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Tapi jika ada kesalahan dengan penulisan makalah ini atau ada saran atau kritikan atau
masukan tentang penulisan makalah kami ini dipersilahkan dan diucapkan terimah kasih
banyak.

Manado, 4 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang……………………………………………………………………………

1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………………..

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tahapan perkembangan keluarga…………………………………………………………

2.2 Peran perawat keluarga……………………………………………………………………

2.3 Konsep keluarga sejahtera………………………………………………………………...

2.4 Tahapan keluarga sejahtera………………………………………………………………..

2.5 Indikator keluarga sejahtera……………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..

3.2 Saran………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap

perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai unit

terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah

tangga sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga disamping

beberapa anggota keluarga lainnya.

Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan suatu kesatuan yang kuat

apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak. Hubungan baik ini

ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua pribadi dalam

keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini ternyata berpengaruh terhadap

keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa

anggota keluarga lainnya. Keadaan ini berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan

dalam penyesuaian diri terhadap orang lain atau terhadap lingkungan sosialnya Ketegangan

maupun konflik dengan pasangan atau antara suami dan istri merupakan hal yang wajar dalam

sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun

konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja tahapan perkembangan keluarga ?


2. Apa saja peran perawat keluarga ?
3. Bagaimana konsep keluarga sejahtera ?
4. Apa saja tahapan keluarga sejahtera ?
5. Menjelaskan apa itu indikator keluarga sejahtera ?

1.3 Tujuan

Mengetahui dan memahami betul maksud dari Rumusan Masalah.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tahapan perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga

meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.

Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan

mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan

sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas

perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah

keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut

Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara

unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)

Tahap I      : Pasangan Baru (Keluarga Baru )

Tahap II     : Keluarga Kelahiran Anak Pertama

Tahap III    : Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah

Tahap IV    : Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap V     : Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap VI    : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )

Tahap VII   : Keluarga Usia Pertengahan

Tahap VIII  : Keluarga Usia Lanjut


2.2 Peran perawat keluarga
1. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut perawat harus mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan
selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan. Fokus pengajaran perawat dalam
mendidik keluarga adalah sbb :
a. Penanaman perilaku hidup sehat
b. Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet
c. Olahraga
d. Pengelolaan atau manajemen stres
e. Pendidikan tentang proses penyakit dan pengobatannya
f. Pendidikan tentang penggunaan obat
g. Pendidikan tentang perawatan mandiri.

2. Konsultan dan Kolaborasi


Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Perawat juga harus bekerja
sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan
keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

3. Pemberi pelayanan kesehatan/peaksana kesehatan


Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang professional kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif',
"curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan
dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras
dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
Peranan sebagai pelaksana dapat berupa Clinical Nurse Specialist (CNS) dan Family Nurse
Practitioner ( FNP ).
CNS atau perawat spesialis klinik memberikan pelayanan pada tingkat individu ,
keluarga, kelompok dan bentuk tanggungjawab peran ini adalah melalui upaya promotif
dan preventiv dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. perawat
spesialis klinik memberikan perawatan kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan atau
tempat praktek komunitas dengan masalah yang kompleks dan memberikan perhatian pada
gejala non patologis, kenyamanan dan perawatan komprehensif.
Sementara FNP memberikan perawatan ambulasi untuk keluarga biasanya berkolaborasi dengan
dokter keluarga. perawat dalam kelompok memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum,
mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung dan memberi bimbingan
atau konseling kepada keluarga.

4. Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.

5. Role Model
Perilaku yg ditampilkan perawat dpt dijadikan panutan.  Panutan ini digunakan pd semua tingkt
pencegahan terutama PHBS. Menampilkan profesionalisme dalam bekerja.

6. Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan
klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat
diatasi.

7. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan
keamanan.

8. Manajer
  Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan, maupun pendidikan
keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat berperan
dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan
system yankes .
9. Penemu Kasus 
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dan dapat
berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan. Selanjutnya penelitian
dilaksanakan untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya
permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek
keperawatan.
Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung
situasi dan kondisi yang dihadapi.

2.3 Konsep keluarga sejahtera


Konsep keluarga sejahtera secara yuridis dikembangjkan setelah adanya UU Nomor 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Dalam Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan dan
Pembangunan Keluarga, disebutkan keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah
anak yang ideal, berwawasan depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Than
Yang Maha Esa.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat
Statistik (BPS), konsep keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahapan, yakni
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

2. Tahapan Keluarga Sejahtera I

3. Tahapan Keluarga Sejahtera II

4. Tahapan Keluarga Sejahtera III

5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus


2.4 Tahapan keluarga sejahtera
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS
I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah
satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator ”kebutuhan psikologis”
(psychological needs) keluarga.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan)
indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera III
(KS III), atau indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator
KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator
Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.

2.5 Indikator keluarga sejahtera


Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan
23 indikator keluarga sejahtera, yaitu:
1. Anggota keluarga sudah melaksanakan ibadah menurut agamanya.

2. Seluruh anggota keluarga dapat makan minimal dua kali sehari.

3. Seluruh anggota kelyuarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah,

dan bepergian.
4. bagian terluas dari lantai rumah adalah bukan tanah.

5. Bila abnak sakit, di bawa ke sarana kesehatan.

6. Anggota keluarganya melaksanakan ibadah agamanya secara tertaur.

7. Keluarga makan daging, ikan, atau telur minimal sekali seminggu.

8. Setiap anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian baru dalam setahun.

9. Terpenuhinya luas lantai rumah minimal delapan meter persegi per penghuni.

10. Tidak ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.

11. Ada anggota keluarga berumur 15 tahun ke atas yang berpenghasilan tetap.

12. Tidak ada anggota kelyarga berumur 10-60 tahun yang tidak bisa baca-tulis.

13. Tidak ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah.

14. Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, memakai kontrasepsi.

15. Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya.

16. Sebagian pengahsilan keluarga ditabung

17. Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan saling berkomunikasi.

18. Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat

19. keluarga melakukan rekreasi di luar rumah minimal sekali sebulan.

20. Keluarga dapat mengakses berita dari media telekomunikasi apa saja.

21. Anggita keluarga dapat menggunakan fasilitas transportasi lokal.

22. Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial

23. Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga lokal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, dalam makalah ini kita dapat memahami dan mengetahui materi “Keperawatan

keluarga” mulai dari tahapan perkembangan keluarga, peran perawat keluarga, tahapan keluarga

sejahtera, indicator keluarga sejahtera.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dialnsir dari buku Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan dala Mewujudkan Keluarga

Sejahtera (2018) oleh Endang Rostiana, konsep kesejahteraan tidak dapat dipisahkan dari

konsep kemiskinan.

Rodgers cit Friedman (1998), Duvall dan Milller (Friedman, 1998)

Anda mungkin juga menyukai