Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : KATARAK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

Rona Shaumi 2011312078

Adliah Wulan Sari 2011311026

Elga Jihan 2011312045

Luthfia Wulandari 2011313030

Sinta Oktavia 2011311008

Anisa Salsa Nabila 2011311041

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi
Sensori : Katarak”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik kedepannya.

Padang, 22 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

Latar Belakang ........................................................................................................................

Tujuan......................................................................................................................................

Manfaat....................................................................................................................................

BAB II KONSEP TEORI ........................................................................................................

Anatomi Mata .........................................................................................................................

Pengertian………………………………………………………………………………………

Etiologi ......................................................................................................................................

Tanda dan Gejala .......................................................................................................................

Faktor Resiko …………………………………………………………………………………

Patofisiologi ..............................................................................................................................

WOC.........................................................................................................................................

Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................................

Penatalaksanaan .......................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................

Pengkajian ................................................................................................................................

Analisis Data ..........................................................................................................................

Diagnosa..................................................................................................................................

Intervensi................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................

Kesimpulan............................................................................................................................

Saran........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat kelahiran
(katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya penyakit sistemik
seperti diabetes atau hipoparatiroidisme (Tamsuri, 2010). Pembentukan katarak ditandai
adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya keseimbangan
normal serabut-serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu, yang mana dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Katarak dapat mengakibatkan
bermacam-macam komplikasi pada penyakit mata seperti glaukoma ablasio, uveitis,
retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

World Health Organization (WHO) mengumpulkan data kebutaan dan gangguan


penglihatan yang ditetapkan melalui Global Action Plan (GAP) 2014-2019 merupakan
survey berbasis populasi untuk penderita kebutaan dan gangguan penglihatan dan layanan
perawatan mata pada orang-orang berusia 50 tahun keatas. Hasil survey ini melalui Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) memberikan hasil prevalensi kebutaan
sekitar 85% terdapat pada usia 50 tahun. Hasil survey ini juga menemukan bahwa
gangguan penglihatan tersebut penyebab utamanya adalah output dan kualitas layanan
perawatan mata, cakupan bedah katarak dan indikator lain dari layanan perawatan mata
didaerah geografis tertentu.

B. TUJUAN

Agar wawasan mahasiswa terkait konsep teori dan asuhan keperawatan dislokasi
bertambah dan menjadi bekal ilmu untuk menjadi perawat professional.

C. MANFAAT

Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait materi yang sedang dipelajari.


BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Katarak
A. Anatomi Mata
1) Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopak mata atau istilah medisnya Palpebra adalah lipatan kulit yang lunak dan
berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.

2) Selaput Mata (Konjungtiva)


Selaput Mata (Koniungtiva) adalah lapisan tipis transparan dari jaringan yang
menutupi bagian depan mata. Konjungtiva ini membungkus semua bagian depan mata,
kecuali Kornea. Konjungtiva terdiri dari dua bagian, yakni:
a. Konjungtiva Bulbi
Konjungtiva Bulbi adalah Konjungtiva yang berfungsi membungkus bola mata
bagian depan yang membungkus Sklera dan tampak putih.
b. Konjungtiva Palpebral
Konjungtiva Palpebral adalah Konjungtiva yang berfungsi melapisi kelopak mata
bagian dalam.
3) Kornea
Kornea adalah lapisan terluar pada mata berupa selaput bening berbentuk kubah, yang
menutupi bagian depan mata

4) Bilik Mata Depan


Bilik mata depan adalah ruangan yang terletak di belakang Kornea dan di depan iris
dan lensa. Bilik mata depan ini berupa kantung yang mirip jelly, yang dikenal dengan
istilah anterior chamber ini berisi cairan Aqueous Humor.

5) Iris dan Pupil


Iris adalah bagian mata yang
berwarna, dan di Indonesia
didominasi iris dengan warna coklat
dan coklat kehitaman. Sedangkan
Pupil adalah lubang kecil di tengah iris yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang
masuk kedalam bola mata.

6) Lensa
Lensa mata adalah bagian dari mata untuk menerima cahaya dari Pupil dan
meneruskannya pada Retina. Lensa sendiri berbentuk cembung, dengan bagian sisi
belakang dan depan. Lensa ini diselimuti oleh selaput. Posisi lensa sendiri berada di
belakang Iris.

7) Badan Kaca (Vitreus)


Badan Kaca (Vitreus) atau vitreous humor adalah cairan yang akan mengisi rongga di
belakang bola mata. Bagian mata ini terletak di belakang lensa mata (berbeda dengan
cairan aqueous humor yang adanya di depan lensa mata) dan menyentuh di bagian
Retina belakang.
Vitreous adalah zat seperti jelly yang mengisi bagian dalam bagian belakang anatomi
mata. Seiring waktu, vitreous menjadi lebih encer dan bisa terlepas dari bagian
belakang mata.
8) Retina dan Saraf Optik
Retina adalah sebuah jaringan yang peka terhadap cahaya yang melapisi permukaan
bagian dalam anatomi mata (struktur mata). Retina ini memiliki pembuluh darah,
bintik buta (Makula), dan saraf optik.

9) Makula
Bintik Buta (Makula) adalah area sensitif kecil di tengah Retina yang memberikan
penglihatan sentral. Pada macula sendiri, terdapat bagian lain yang bernama Fovea.
Fovea terletak di pusat Makula dan memiliki fungsi untuk memberikan penglihatan
detail yang paling tajam di mata.

B. Pengertian
Katarak adalah proses degeratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnnya kemampuan penglihatan hingga kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis. Katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi
dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah
mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan
penglihatan.

C. Etiologi
1) Proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
2) Trauma dan induksi dari obat-obatan (streroid, klorpromazin, alupurinol, amiodaron)
3) Komplikasi dari kondisi sistematik seperti diabetes melitus atau penyakit mata seperti
glukoma dengan uveitis. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya proses
katarak.

D. Tanda dan Gejala :


1) Penglihatan/pandangan mata kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap
2) Sulit untuk melihat pada malam hari
3) Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
4) Ada lingkaran putih saat memandang sinar
5) Penglihatan semakin blur, walaupun sudah berganti-ganti ukuran kacamata
6) Penglihatan ganda
7) Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau ketika beraktifitas
8) Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena ketidaknyamanan
9) Warna memudar atau cenderung menguning saat melihat pandangan ganda jika
melihat dengan satu mata
E. Faktor Risiko
1) Usia lanjut diatas 40 tahun
2) Riwayat keluarga
3) Kelainan sistematik (seperti diabetes atau kencing manis dan kelainan metabolik
lainnya)
4) Penggunaan tetes mata secara rutin, yang mengandung steroid
5) Kebiasaan merokok
6) Paparan sinar ultraviolet

F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam
serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses
ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
G. WOC

Usia (65 th) Hipertensi

Lapisan luar lensa Sitokinin


mencair Inflamasi

Nukleus Mengalami Perubahan


perubahan warna menjadi struktur protein
coklat kekuningan lensa

Penumpukan cairan
Ketidakseimbangan
osmotic dalam lensa
Kapsul lensa pecah

Katarak

Menghambat Khawatir dengan operasi


cahaya ke kornea yang akan dijalani

Sensitivikasi ANSIETAS
ketajaman mata

RESIKO JATUH

H. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

I. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan :
1) Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny T (65 tahun) datang ke rumah sakit dengan Keluhan kedua mata kabur sejak enam
bulan yang lalu, terutama mata kiri. Sejak enam bulan yang lalu klien merasa mata sebelah kiri
sudah mulai kabur terjadi berangsur-angsur dan memburuk dan berangsur-angsur.
Pemeriksaan pada mata pada OD (Oculus Dextra) 6/40, sedangkan OS 1/300, kekuatan
refraksi 6/8,5 pada sedangkan refraksi pada OS tidak dapat didentifikasi. Keduanya jernih,
regular, hitam, dan miliki TIO 5/5,5 dengan kesimetrisan yang sama. Keduanya juga tidak
ditemukan Bleparospasme dan Hiperimi.

Namun pada pupil sebelah kiri tidak memiliki iris shadow dan lensanya sudah keruh,
berbeda dengan sebelah kanan yang agak keruh. Pada bagian segmen posterior, Pundus bagian
kiri berwarna gelap, tampak warna kehitaman, sedangkan sebelah kanan masih ada warna
jingga sehingga keduanya memiliki gangguan dalam lapang pandang. Pasien pernah jatuh di
kamar mandi karena tidak dapat melihat dengan baik. Pada pemeriksaan pupil syaraf optic,
nervus II berbatas tegas dan retinanya utuh. Riwayat penyakit dahulu , pasien menderita
hipertensi sehingga diberikan captopril 3x 12,5 mg dan HCT ½ - o – o. Klien tidak
mempunyai riwayat asma, batuk yang lama, tidak ada sesak / nyeri saat bernafas, ronchi dan
weezing tidak ditemukan. Hasil pemeriksan tanda-tanda vital ditemukan Pola nafas :
frekuenso nafas : 16 x per menit, regular, Tekanan darah : 175 / 105 mmHg dalam posisi
berbaring dan Nadi : 94 x/menit reguler dan kuat. GCS : : E 4 V5 M6 total : 15. Pasien
disiapkan untuk menjalani operasi pengangkatan katarak yang direncanakan 2 hari lagi.
A. PENGKAJIAN

DATA DASAR
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Kesadaran : CM
TTV: TD 175 / 105 mmHg, N 94 X/mnt, S 36,6◦C, P 16 X/mnt, Nyeri: -
Gol Darah: - Rh: - TB: 158 cm BB: 55 kg (Aktual/Perkiraan) LILA -
Penanggung jawab: - (keluarga/suami/istri/.....)Pembiayaan: -
Pekerjaan :-
Keluhan Utama : kedua mata kabur sejak enam bulan yang lalu, terutama mata kiri
Lama Keluhan: 6 bulan
Diagnosis Medis: katarak

1. Riwayat Kesehatan
1) RKS
Pasien datang sadar mengeluh mata kirinya kabur, berangsur memburuk sejak 6 bulan
yang lalu.

2) RKD
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sehingga diberikan captopril 3x 12,5 mg
dan HCT ½ .

3) RKK
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit keturunan.

2. Pengkajian Fungsional Gordon


a. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan

Persepsi terhadap penyakit : Pasien mengerti mengenai penyakit yang dialaminya, merasa
sangat terganggu dengan penglihatannya yang buram.

b. Pola Nutrisi/Metabolisme:

pengkajian ABDC

A: antropometri: TB: 158, BB: 55kg, IMT: 22,03 (normal)

B: biochemical: Hb: 13 mg/dl (normal), GDP: 105 mg/dl (normal)

C: cinical sign: penampilan umum pasien datang dalam keadaan sadar (komposmentis),
namun penglihatannya buram

D: diet: pola makan pasien teratur, namun sulit untuk menjaga diet hipertensi

c. Pola Eliminasi: Keluhan : Tidak ada masalah dengan BAB dan BAK klien
d. Pola Aktivitas /Olah Raga: Keluhan : karena mata paisen buram, aktivitas menjadi
cukup terhambat
Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu, 2 = Bantuan dari orang
lain , 3 = Bantuan peralatan dan orang lain, 4 = tergantung/tdk mampu)

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/Minum v

Mandi v

Berpakaian/berdandan v

Toileting v

Mobilisasi di Tempat Tidur v

Berpindah v

Berjalan v

Menaiki Tangga v

Berbelanja v

Memasak v

Pemeliharaan rumah v

e. Pola Istirahat Tidur: Keluhan: Klien tidak memiliki keluhan

f. Pola Kognitif –Persepsi:

Status mental: Sadar


Bicara: Normal
Ketidak nyamanan/Nyeri : tidak ada

g. Pola Peran Hubungan: Hubungan antar keluarga baik, saling membantu saat pasien
kesulitan dalam melihat

h. Pola Seksualitas/Reproduksi: Pasien berjenis kelamin perempuan berumur 65 tahun,


tidak mengalami masalah pada seksual dan reproduksinya
i. Pola Koping-Toleransi Stres: pasien cemas dengan operasi yang akan dilakukannya 2
hari lagi. Pasien sulit mengatasi kecemasannya.

j. Pola Keyakinan-Nilai : Klien takut terhadap apa yang akan terjadi setelah operasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik:
-
Laboratorium:
-

PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran

Tanda Vital TD : 175/105mmHg S :36,6⁰C


N : 94x/menit P : 16x/menit

Kulit -

Leher -
Trakea

Karotid Bruit -

Vena -

Kelenjar -

Tiroid -

Lainnya -

Klien tidak mempunyai sesak / nyeri saat bernafas,


Dada
ronchi dan weezing tidak ditemukan.
Jantung -
Auskultasi

Ritme -

PMI -

Abdomen -

Muskuloskeletal/Sendi -

Nodus Limfe -

Neurologi
Status Mental/GCS Composmentis/GCS 15 (E4 V5 M6)

Saraf Kranial Pada pemeriksaan pupil syaraf optic, nervus II


berbatas tegas dan retinanya utuh.

Motoris -

Sensoris Pemeriksaan pada mata pada OD (Oculus Dextra)


6/40, sedangkan OS 1/300, kekuatan refraksi 6/8,5
pada sedangkan refraksi pada OS tidak dapat
didentifikasi. Keduanya jernih, regular, hitam, dan
miliki TIO 5/5,5 dengan kesimetrisan yang sama.
Keduanya juga tidak ditemukan Bleparospasme dan
Hiperimi. pada pupil sebelah kiri tidak memiliki iris
shadow dan lensanya sudah keruh, berbeda dengan
sebelah kanan yang agak keruh. Pada bagian
segmen posterior, Pundus bagian kiri berwarna
gelap, tampak warna kehitaman, sedangkan sebelah
kanan masih ada warna jingga sehingga keduanya
memiliki gangguan dalam lapang pandang.

DTR -

Lainnya -
Ekstremitas -

Vaskuler Perifer -

Payudara -

Genitalia -

Rectal -

Lokasi Luka/nyeri/injuri*:

B. ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah


DS: Gangguan penglihatan Risiko Jatuh
- Pasien mengeluh kedua mata kabur (katarak)
sejak enam bulan yang lalu, terutama
mata kiri
- Pasien mengatakan pernah jatuh di
kamar mandi karena tidak dapat melihat
dengan baik

DO:
- Pupil sebelah kiri tidak memiliki iris
shadow dan lensanya sudah keruh
- Pada bagian segmen posterior, pundus
bagian kiri berwarna gelap, tampak
warna kehitaman
Gejala dan tanda mayor Kekhawatiran Ansietas
DS: mengalami kegagalan
- Pasien merasa khawatir dengan operasi
yang akan dijalani
DO:
- Tampak gelisah

Gejala dan tanda minor


DS:
- Mengeluh pusing
DO:
- Tekanan darah meningkat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan (katarak)
2. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d pasien merasa khawatir dengan
operasi yang akan dijalani

D. INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


Risiko Jatuh Tingkat Jatuh Intervensi Utama
Definisi : Derajat jatuh 1. Pencegahan Jatuh
berdasarkan observasi atau  Observasi
sumber informasi.  Identifikasi faktor risiko jatuh
Kriteria Hasil : ( mis. Usia >65 tahun, penurunan
1. Jatuh saat berdiri tingkat kesadaran, deficit kognitif,
cukup menurun (4) hipotensi ortostatik, gangguan
2. Jatuh saat berjalan keseimbangan, gangguan
cukup menurun (4) penglihatan, neuropati).
3. Jatuh saat di kamar  Identifikasi risiko jatuh setidaknya
mandi cukup sekali setiap shift atau sesuai
menurun (4) dengan kebijakan institusi.
 Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko jatuh
( mis. Lantai licin, penerangan
kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis. Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu
 Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
 Terapeutik
 Orientasikan ruangan pada pasien
dan keluarga
 Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
 Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
 Tempatkan pasien berisiko tinggi
jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
 Gunakan alat bantu berjalan
( mis.walker, kursi roda)
 Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
 Edukasi
 Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil
perawat

2. Manajemen Keselamatan
Lingkungan
 Observasi
- Identifikasi kebutuhan
keselamatan ( mis. Kondisi fisik,
fungsi kognitif, dan riwayat
perilaku)
- Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
 Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan ( mis. Fisik, biologi,
dan kimia), jika memungkinkan
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis. Commode chair
dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung
(mis. Pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan
yang aman
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis. Timbal)
 Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga, dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan.
Ansietas Tingkat Ansietas Intervensi Utama
Definisi : Kondisi emosi dan 1. Reduksi Ansietas
pengalaman subjektif  Observasi
terhadap objek yang tidak - Identifikasi saat tingkat ansietas
jelas dan spesifik akibat berubah ( mis. Kondisi, waktu,
antisipasi bahaya yang stressor)
memungkinkan individu - Identifikasi kemampuan
melakukan tindakan untuk mengambil keputusan
menghadapi ancaman. - Monitor tanda-tanda ansietas
Kriteria Hasil : ( verbal dan non verbal )
1. Verbalisasi khawatir  Terapeutik
akibat kondisi yang - Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi cukup menumbuhkan kepercayaan.
menurun (4) - Temani pasien untuk mengurangi
2. Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan
cukup menurun (4) - Pahami situasi yang membuat
3. Tekanan darah cukup ansietas
menurun (4) - Dengarkan dengan penuh
4. Konsentrasi cukup perhatian
membaik (4) - Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
 Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Intervensi Pendukung
1. Persiapan Pembedahan
 Observasi
- Identifikasi kondisi umum pasien (
mis. Kesadaran, hemodinamik,
konsumsi antikoagulan, jenis
operasi, jenis anestesi, penyakit
penyerta { seperti DM, Hipertensi,
jantung, PPOK, Asma},
pengetahuan tentang operasi,
kesiapan psikologis.
- Monitor tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu tubuh, BB, EKG.
- Monitor kadar gula darah
 Terapeutik
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan kimia darah ( misl.
Darah lengkap, fungsi ginjal,
fungsi hati)
- Fasilitasi pemeriksaan penunjang
(mis. Foto thoraks, pemeriksaan x-
ray)
- Puasakan minimal 6 jam sebelum
pembedahan
- Pastikan kelengkapan dokumen-
dokumen praoperasi ( mis. Surat
persetujuan operasi, hasil
radiologi, hasil laboratorium)
- Transfer ke kamar operasi dengan
alat transfer yang sesuai ( mis.
Kursi roda, tempat tidur)
 Edukasi
- Jelaskan tentang prosedur, waktu,
dan lamanya operasi
- Jelaskan waktu puasa dan
pemberian obat premedikasi (jika
ada)
- latih teknik mengurangi nyeri
pascaoperatif
- anjurkan menghentikan obat
antikoagulan
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
sebelum pembedahan ( mis.
Antibiotic. Antihipertensi,
antidiabetik), sesuai indikasi
- Koordinasi dengan petugas gizi
tentang jadwal puasa dan diet
pasien
- Kolaborasi dengan dokter bedah
jika mengalami peningkatka suhu
tubuh, hiperglikemia, hipoglikemia
atau perburukan kondisi
- Koordinasi dengan perawat kamar
bedah
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Katarak adalah proses degeratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnnya kemampuan penglihatan hingga kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis. Katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi
dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah
mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan
penglihatan.

B. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi
sensori : katarak dan jika terdapat kekurangan pada makalah ini diharapkan pembaca
mampu memperbaikinya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Eye Hospital and Clinics. 23 July 2021. Anatomi Mata: Fungsi, Kelainan, Dan Keluhan.
Diakses pada 20 September 2022 ( https://kmu.id/anatomi-mata/ )

https://adoc.pub/akonsep-dasar-medik-11pengertian-katarak-adalah-opasitas-len.html diakses
pada 20 September 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defnisi

dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defnisi

dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defnisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai