DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi
Sensori : Katarak”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik kedepannya.
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
Tujuan......................................................................................................................................
Manfaat....................................................................................................................................
Pengertian………………………………………………………………………………………
Etiologi ......................................................................................................................................
Patofisiologi ..............................................................................................................................
WOC.........................................................................................................................................
Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................................
Penatalaksanaan .......................................................................................................................
Pengkajian ................................................................................................................................
Diagnosa..................................................................................................................................
Intervensi................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................
Saran........................................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat kelahiran
(katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya penyakit sistemik
seperti diabetes atau hipoparatiroidisme (Tamsuri, 2010). Pembentukan katarak ditandai
adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya keseimbangan
normal serabut-serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu, yang mana dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Katarak dapat mengakibatkan
bermacam-macam komplikasi pada penyakit mata seperti glaukoma ablasio, uveitis,
retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).
B. TUJUAN
Agar wawasan mahasiswa terkait konsep teori dan asuhan keperawatan dislokasi
bertambah dan menjadi bekal ilmu untuk menjadi perawat professional.
C. MANFAAT
6) Lensa
Lensa mata adalah bagian dari mata untuk menerima cahaya dari Pupil dan
meneruskannya pada Retina. Lensa sendiri berbentuk cembung, dengan bagian sisi
belakang dan depan. Lensa ini diselimuti oleh selaput. Posisi lensa sendiri berada di
belakang Iris.
9) Makula
Bintik Buta (Makula) adalah area sensitif kecil di tengah Retina yang memberikan
penglihatan sentral. Pada macula sendiri, terdapat bagian lain yang bernama Fovea.
Fovea terletak di pusat Makula dan memiliki fungsi untuk memberikan penglihatan
detail yang paling tajam di mata.
B. Pengertian
Katarak adalah proses degeratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnnya kemampuan penglihatan hingga kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis. Katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi
dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah
mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan
penglihatan.
C. Etiologi
1) Proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
2) Trauma dan induksi dari obat-obatan (streroid, klorpromazin, alupurinol, amiodaron)
3) Komplikasi dari kondisi sistematik seperti diabetes melitus atau penyakit mata seperti
glukoma dengan uveitis. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya proses
katarak.
F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam
serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses
ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
G. WOC
Penumpukan cairan
Ketidakseimbangan
osmotic dalam lensa
Kapsul lensa pecah
Katarak
Sensitivikasi ANSIETAS
ketajaman mata
RESIKO JATUH
H. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
I. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan :
1) Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny T (65 tahun) datang ke rumah sakit dengan Keluhan kedua mata kabur sejak enam
bulan yang lalu, terutama mata kiri. Sejak enam bulan yang lalu klien merasa mata sebelah kiri
sudah mulai kabur terjadi berangsur-angsur dan memburuk dan berangsur-angsur.
Pemeriksaan pada mata pada OD (Oculus Dextra) 6/40, sedangkan OS 1/300, kekuatan
refraksi 6/8,5 pada sedangkan refraksi pada OS tidak dapat didentifikasi. Keduanya jernih,
regular, hitam, dan miliki TIO 5/5,5 dengan kesimetrisan yang sama. Keduanya juga tidak
ditemukan Bleparospasme dan Hiperimi.
Namun pada pupil sebelah kiri tidak memiliki iris shadow dan lensanya sudah keruh,
berbeda dengan sebelah kanan yang agak keruh. Pada bagian segmen posterior, Pundus bagian
kiri berwarna gelap, tampak warna kehitaman, sedangkan sebelah kanan masih ada warna
jingga sehingga keduanya memiliki gangguan dalam lapang pandang. Pasien pernah jatuh di
kamar mandi karena tidak dapat melihat dengan baik. Pada pemeriksaan pupil syaraf optic,
nervus II berbatas tegas dan retinanya utuh. Riwayat penyakit dahulu , pasien menderita
hipertensi sehingga diberikan captopril 3x 12,5 mg dan HCT ½ - o – o. Klien tidak
mempunyai riwayat asma, batuk yang lama, tidak ada sesak / nyeri saat bernafas, ronchi dan
weezing tidak ditemukan. Hasil pemeriksan tanda-tanda vital ditemukan Pola nafas :
frekuenso nafas : 16 x per menit, regular, Tekanan darah : 175 / 105 mmHg dalam posisi
berbaring dan Nadi : 94 x/menit reguler dan kuat. GCS : : E 4 V5 M6 total : 15. Pasien
disiapkan untuk menjalani operasi pengangkatan katarak yang direncanakan 2 hari lagi.
A. PENGKAJIAN
DATA DASAR
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Kesadaran : CM
TTV: TD 175 / 105 mmHg, N 94 X/mnt, S 36,6◦C, P 16 X/mnt, Nyeri: -
Gol Darah: - Rh: - TB: 158 cm BB: 55 kg (Aktual/Perkiraan) LILA -
Penanggung jawab: - (keluarga/suami/istri/.....)Pembiayaan: -
Pekerjaan :-
Keluhan Utama : kedua mata kabur sejak enam bulan yang lalu, terutama mata kiri
Lama Keluhan: 6 bulan
Diagnosis Medis: katarak
1. Riwayat Kesehatan
1) RKS
Pasien datang sadar mengeluh mata kirinya kabur, berangsur memburuk sejak 6 bulan
yang lalu.
2) RKD
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sehingga diberikan captopril 3x 12,5 mg
dan HCT ½ .
3) RKK
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit keturunan.
Persepsi terhadap penyakit : Pasien mengerti mengenai penyakit yang dialaminya, merasa
sangat terganggu dengan penglihatannya yang buram.
b. Pola Nutrisi/Metabolisme:
pengkajian ABDC
C: cinical sign: penampilan umum pasien datang dalam keadaan sadar (komposmentis),
namun penglihatannya buram
D: diet: pola makan pasien teratur, namun sulit untuk menjaga diet hipertensi
c. Pola Eliminasi: Keluhan : Tidak ada masalah dengan BAB dan BAK klien
d. Pola Aktivitas /Olah Raga: Keluhan : karena mata paisen buram, aktivitas menjadi
cukup terhambat
Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu, 2 = Bantuan dari orang
lain , 3 = Bantuan peralatan dan orang lain, 4 = tergantung/tdk mampu)
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum v
Mandi v
Berpakaian/berdandan v
Toileting v
Berpindah v
Berjalan v
Menaiki Tangga v
Berbelanja v
Memasak v
Pemeliharaan rumah v
g. Pola Peran Hubungan: Hubungan antar keluarga baik, saling membantu saat pasien
kesulitan dalam melihat
j. Pola Keyakinan-Nilai : Klien takut terhadap apa yang akan terjadi setelah operasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik:
-
Laboratorium:
-
PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran
Kulit -
Leher -
Trakea
Karotid Bruit -
Vena -
Kelenjar -
Tiroid -
Lainnya -
Ritme -
PMI -
Abdomen -
Muskuloskeletal/Sendi -
Nodus Limfe -
Neurologi
Status Mental/GCS Composmentis/GCS 15 (E4 V5 M6)
Motoris -
DTR -
Lainnya -
Ekstremitas -
Vaskuler Perifer -
Payudara -
Genitalia -
Rectal -
Lokasi Luka/nyeri/injuri*:
B. ANALISA DATA
DO:
- Pupil sebelah kiri tidak memiliki iris
shadow dan lensanya sudah keruh
- Pada bagian segmen posterior, pundus
bagian kiri berwarna gelap, tampak
warna kehitaman
Gejala dan tanda mayor Kekhawatiran Ansietas
DS: mengalami kegagalan
- Pasien merasa khawatir dengan operasi
yang akan dijalani
DO:
- Tampak gelisah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan (katarak)
2. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d pasien merasa khawatir dengan
operasi yang akan dijalani
D. INTERVENSI
2. Manajemen Keselamatan
Lingkungan
Observasi
- Identifikasi kebutuhan
keselamatan ( mis. Kondisi fisik,
fungsi kognitif, dan riwayat
perilaku)
- Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan ( mis. Fisik, biologi,
dan kimia), jika memungkinkan
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis. Commode chair
dan pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung
(mis. Pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan
yang aman
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis. Timbal)
Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga, dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan.
Ansietas Tingkat Ansietas Intervensi Utama
Definisi : Kondisi emosi dan 1. Reduksi Ansietas
pengalaman subjektif Observasi
terhadap objek yang tidak - Identifikasi saat tingkat ansietas
jelas dan spesifik akibat berubah ( mis. Kondisi, waktu,
antisipasi bahaya yang stressor)
memungkinkan individu - Identifikasi kemampuan
melakukan tindakan untuk mengambil keputusan
menghadapi ancaman. - Monitor tanda-tanda ansietas
Kriteria Hasil : ( verbal dan non verbal )
1. Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang - Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi cukup menumbuhkan kepercayaan.
menurun (4) - Temani pasien untuk mengurangi
2. Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan
cukup menurun (4) - Pahami situasi yang membuat
3. Tekanan darah cukup ansietas
menurun (4) - Dengarkan dengan penuh
4. Konsentrasi cukup perhatian
membaik (4) - Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Intervensi Pendukung
1. Persiapan Pembedahan
Observasi
- Identifikasi kondisi umum pasien (
mis. Kesadaran, hemodinamik,
konsumsi antikoagulan, jenis
operasi, jenis anestesi, penyakit
penyerta { seperti DM, Hipertensi,
jantung, PPOK, Asma},
pengetahuan tentang operasi,
kesiapan psikologis.
- Monitor tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu tubuh, BB, EKG.
- Monitor kadar gula darah
Terapeutik
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan kimia darah ( misl.
Darah lengkap, fungsi ginjal,
fungsi hati)
- Fasilitasi pemeriksaan penunjang
(mis. Foto thoraks, pemeriksaan x-
ray)
- Puasakan minimal 6 jam sebelum
pembedahan
- Pastikan kelengkapan dokumen-
dokumen praoperasi ( mis. Surat
persetujuan operasi, hasil
radiologi, hasil laboratorium)
- Transfer ke kamar operasi dengan
alat transfer yang sesuai ( mis.
Kursi roda, tempat tidur)
Edukasi
- Jelaskan tentang prosedur, waktu,
dan lamanya operasi
- Jelaskan waktu puasa dan
pemberian obat premedikasi (jika
ada)
- latih teknik mengurangi nyeri
pascaoperatif
- anjurkan menghentikan obat
antikoagulan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
sebelum pembedahan ( mis.
Antibiotic. Antihipertensi,
antidiabetik), sesuai indikasi
- Koordinasi dengan petugas gizi
tentang jadwal puasa dan diet
pasien
- Kolaborasi dengan dokter bedah
jika mengalami peningkatka suhu
tubuh, hiperglikemia, hipoglikemia
atau perburukan kondisi
- Koordinasi dengan perawat kamar
bedah
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak adalah proses degeratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnnya kemampuan penglihatan hingga kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis. Katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi
dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah
mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan
penglihatan.
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi
sensori : katarak dan jika terdapat kekurangan pada makalah ini diharapkan pembaca
mampu memperbaikinya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Eye Hospital and Clinics. 23 July 2021. Anatomi Mata: Fungsi, Kelainan, Dan Keluhan.
Diakses pada 20 September 2022 ( https://kmu.id/anatomi-mata/ )
https://adoc.pub/akonsep-dasar-medik-11pengertian-katarak-adalah-opasitas-len.html diakses
pada 20 September 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defnisi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defnisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defnisi dan