OLEH :
SHINTA YULIA DEWI
NIM : 19.016
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keperawatan
Pasien dengan Kasus Retinal Detachement.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Kasus Retinal Detachement dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULAUAN
C. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ...........................................................................................................................
B. Klasifikasi.......................................................................................................................
C. Etiologi ...........................................................................................................................
D. Anatomi dan Fisiologi
E. Patofisiologi ...................................................................................................................
F. Pathway ..........................................................................................................................
I. Penatalaksanaan .............................................................................................................
J. Komplikasi......................................................................................................................
K. Kasus...............................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Retina manusia
merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, yang terdiri dari lapisan badan sel
dan prosessus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana, apabila
dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya
pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan
persepsi warna, kontras, kedalaman dan bentuk berlangsung dikorteks.
Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terletak pada bagian dalam dinding
mata. Seperti film pada kamera, retina mengubah cahaya menjadi penglihatan dimata.
Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut
daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana klasifikasinya ?
3. Bagaimana etiologinya ?
4. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi?
5. Bagaimana patofisiologinya ?
6. Bagaimana pathwaynya ?
9. Bagaimana penatalaksanaannya ?
10. Apa saja komplikasinya ?
A. Definisi
Retina detachment atau ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut
dan batang retina dengan dari sel epitel pigment retina. Pada keadaan ini sel epitel
pigmen masih melekaat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut
dan sel batang tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara e mbriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pmbuluh darah koroid yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan gangguan nutrisi yang menetap.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini
tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan.
B. Klasifikasi
Ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina
ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.
Ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat
retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Hal ini disebabkan penyakit koroid kelainan
ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati,
toksemia gravidarum. Cairan dibawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala.
Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Penglihatan dapat berkurang dari
ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah
penyebabnya berkurang atau hilang.
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada
badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan menurun tanpa
rasa sakit. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam kaca dilakukan dengan melepaskan
tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut
sebagai vitrektomi.
C. Etiologi
1. Malformasi kongenital
2. Kelainan metabolisme
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma
E. Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga
vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur
dapat berpisah :
1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat
proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina
eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina
atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.
Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer
(degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap
melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis
dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke
retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya
pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat
terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata myopia 10 sampai 15
tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi
pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai
4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih
awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari
asam hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi
pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca
kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak
menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca
menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di
daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak
intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali
terjadi robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan
terlepas dari epitel pigmen dan koroid.
E. Pathways
Tarikan retina
3. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang,
mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan lapang pandang ketika retina
benar-benar terlepas dari epitel berpigmen.
1. Anamnesis
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang)
yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina
yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus
dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun
terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar
masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang
akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan
terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi
salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan
binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali
dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak
keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi
cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina
ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada
vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan
mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan ultrasonografi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
6. Cara Pengobatannya:
a. Prosedur laser
b. Pembedahan
3) Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan
operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh,
melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat
dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan
c. Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang
melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga
subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam
skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif
ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke
jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat
dikembalikan.
I. Komplikasi
1. Peningkatan TIO
2. Glaukoma
3. Infeksi
4. Ablasio koroid
2. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
4. Diplopia
5. Kesalahan refraksi
6. Astigmatisme
KASUS
A. Biodata pasien :
Umur : 22 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama : Ny “S”
Umur : 49 Tahun
Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang
berterbangan di ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang
pandang, pasien mengatakan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan
secara tiba-tiba, dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat gambar gelembung
abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Tanyakan kepada klien tentang gambaran kesehatannya secara umum saat ini
• Tanyakan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan klien dalam menjaga
kesehatannya.
• Tanyakan kepada klien apakah klien pernah menggunakan obat resep dokter dan
warung.
• Tanyakan pada klien tentang gambaran yang biasa dimakan dan frekuensi
makannya.
F. Aktivitas-Latihan
G. Tidur-Istirahat
H. Kognitif-Persepsi
I. Peran-Hubungan
J. Seksualitas-Reproduksi
K. Koping-Toleransi Stress
• Tanyakan apakah klien pernah mengalami perubahan besar dimasa lalunya dan
bagaimana cara klien menghadapinya.
L. Nilai-Kepercayaan
• Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama pada kehidupan klien
sehari-hari.
Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : Perubahan fungsi kognitif Resiko cedera
Pasien mengeluh tiba-tiba
melihat kilatan cahaya terang
dan bintik-bintik hitam yang
berterbangan di ruang pandang,
pasien mengeluh melihat tirai
yang menutupi lapang pandang
Do :
Aktifitas terbatas
2 Ds : Gangguan penglihatan Gangguan persepsi
Pasien mengeluh tiba-tiba sensori : penglihatan
melihat kilatan cahaya terang
dan bintik-bintik hitam yang
berterbangan di ruang pandang,
pasien mengeluh melihat tirai
yang menutupi lapang pandang
Do :
pemeriksaan ophtalmoskop
indirek terlihat gambar
gelembung abu-abu atau
lipatan-lipatan pada retina yang
bergetar dan bergerak, aktifitas
terbata
s
3 Ds : Krisis situasional ansietas
pasien mengatakan takut dan
cemas karena kehilangan fungsi
penglihatan secara tiba-tiba
Do :
Pasien tampak tegang dan
cemas
Diagnosa keperawatan
1. Resiko cedera d.d Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan
bintik-bintik hitam yang berterbangan di ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai
yang menutupi lapang pandang
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penglihatan d.d Pasien mengeluh
tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang berterbangan di
ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang
pandangpemeriksaan , ophtalmoskop indirek terlihat gambar gelembung abu-abu atau
lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak, aktifitas terbatas
3. ansietas b.d krisis situasional d.d pasien mengatakan takut dan cemas karena kehilangan
fungsi penglihatan secara tiba-tiba, Pasien tampak tegang dan cemas
Rencana asuhan keperawatan
IMPLEMENTASI
Tahap perencaan ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada pasien yang merupakan
perwujudan dari segala tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.
EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan tindakan yang
kontinu dan melibatkan seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan pasien, termasuk
pasien itu sendiri. Pada tahap ini akan kita ketahui sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan
yang kita laksanakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retina detachment atau Ablasio retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium
neurosensoris retina dan lapisan epithelia pigmen retina. Ablasio retina juga diartikan
sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada
retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara khoroid dan retina
kekurangan cairan.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan-kilatan bitnik hitam mengapung dan
cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh
terlihatnya bitnik-bintik hitam ( floaters ) ataupun kilatan cahaya yang nyata.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah milik Allah SWT. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan
penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA