Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO AKUT

Disusun Oleh :

Ayuningtyas 27201800 Roudhatul Jannah 27201800

Jihan Febriani 27201800 Riska Millenia 27201800

Marissa Nuur M 2720180039 Syarifah Nur 27201800

Nadiya Hanifa 2720180060 Shafa Afifah 2720180051

Nadya Khairunnisa 2720180067 Wanda Lestari 2720180025

Putri Anggita 2720180059

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Ablasio Akut.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Ablasio Akut
dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.

Jakarta, 12 Desember 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULAUAN
A. Latar belakang................................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi...........................................................................................................................
B. Klasifikasi.......................................................................................................................
C. Etiologi............................................................................................................................
D. Patofisiologi....................................................................................................................
E. Pathway...........................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis............................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................
I. Komplikasi.......................................................................................................................
J. Kasus................................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Retina manusia
merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, yang terdiri dari lapisan badan sel
dan prosessus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana, apabila
dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya
pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan
persepsi warna, kontras, kedalaman dan bentuk berlangsung dikorteks.
Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terletak pada bagian dalam dinding
mata. Seperti film pada kamera, retina mengubah cahaya menjadi penglihatan dimata.
Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut
daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi ablasio akut ?
2. Bagaimana klasifikasinya ?
3. Bagaimana etiologinya ?
4. Bagaimana patofisiologinya ?
5. Bagaimana pathwaynya ?
6. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
7. Bagimana pemeriksaan penunjangnya ?
8. Bagaimana penatalaksanaannya ?
9. Apa saja komplikasinya ?
10. Bagaimana askepnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ablasio akut
2. Untuk mengetahui klasifikasinya
3. Untuk mengetahui etiologinya
4. Untuk mengetahui patofisiologinya
5. Untuk mengetahui pathwaynya
6. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjangnya
8. Untuk mengetahui penatalaksanaannya
9. Untuk mengetahui komplikasinya
10. Untuk mengetahui askepnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel
fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya
penglihatan.
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak
terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
B. Klasifikasi
Dikenal 3 bentuk Ablasio Retina:
1. Ablasi Retina Regmatogenesa
Ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina
ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.
Ablasio Regmatogen (akibat robekan) merupakan ablasio yang paling sering,
terutama pada kelompok usia 40-70 tahun. Terdapat kecendrungan pada pria yang
diperkirakan akibat trauma. Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai factor
predisposisi untuk terjadi ablasi retina. Kondisi yang merupakan predisposisi
meliputi: myopia (pandangan dekat) tinggi (lebih dari 8 dioptri), degenerasi latis,
afakia (pengangkatan bedah sebagian atau keseluruhan lensa kristalina), dan trauma.
2. Ablasi Retina Eksudatif
Ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat
retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Hal ini disebabkan penyakit koroid kelainan
ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati,
toksemia gravidarum. Cairan dibawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala.
Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Penglihatan dapat berkurang dari
ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah
penyebabnya berkurang atau hilang.
3. Ablasi Retina Traksi (Tarikan)
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada
badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan menurun tanpa
rasa sakit. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam kaca dilakukan dengan melepaskan
tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut
sebagai vitrektomi.
C. Etiologi
1. Malformasi kongenital
2. Kelainan metabolisme
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma
7. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina

D. Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga
vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur
dapat berpisah :
1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat
proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina
eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina
atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.
Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer
(degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap
melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.
Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya
perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya
dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator,
yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata
miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan
kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi
retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering
daripada mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih
awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari
asam hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi
pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca
kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak
menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca
menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di
daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak
intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali
terjadi robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan
terlepas dari epitel pigmen dan koroid.
E. Pathways

Inflamasi intraokuler/tumor Perub degeneratif dlm viterus

Peningkatan cairan eksudattif/sserosa Konsentrasi as. Hidlorunat ber(-)

Vitreus mjd makin cair

Vitreus kolaps dan bengkak ke depan

Tarikan retina

Robekan retina Resti Infeksi

Sel-sel retina dan darah terlepas

Retina terlepas dari epitel berpigmen

Penurunan tajam pandang sentral


Ditandai dengan:
- floater dipersepsikan sbg titik-titik hitamkecil/rumah laba-laba
- Bayangan berkembang/tirai bergerak dilapang pandang

Gangguan persepsi : penglihatan


F. Manifestasi Klinis
1. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya.
2. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba. Partikel floater
ini tersusun atas sel-sel retina dan darah yang terlepas ketika terjadi robekan dan
memberi bayangan pada retina ketika mereka bergerak.
3. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang,
mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan lapang pandang ketika retina benar-
benar terlepas dari epitel berpigmen.
4. Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan
bahwa adanya keterlibatan macula.

G. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang


1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang)
yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina
yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya)
tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata
digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan
Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan yang lebih berat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus
dapat terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya makula lutea
ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat
sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut
terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang
akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan
terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi
salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan
binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali
dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-
abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan
bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika
mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada
vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan
mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma,
diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi
ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina
dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative
vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan
untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya
tumor dan posterior skleritis.
c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat
1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan dengan
tempatnya ruptur, juga dapat terlihat
2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca
pada koroid.
3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder
4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi
H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
4. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
6. Cara Pengobatannya:
a. Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang
berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina
yang tanpa robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada
retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
b. Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan
vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan
kembali retina.
Jenis pembedahan ablasio retina:
1) Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang
lepas (ablasio retina).
2) Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
3) Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan
operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh,
melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat
dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan
c. Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang
melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga
subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam
skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan
fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat
kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya
dapat dikembalikan.

I. Komplikasi
Komplikasi awal setelah pembedahan:
1. Peningkatan TIO
2. Glaukoma
3. Infeksi
4. Ablasio koroid
5. Kegagalan pelekatan retina
6. Ablasio retina berulang
Komplikasi lanjut
1. Infeksi
2. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
3. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
4. Diplopia
5. Kesalahan refraksi
6. Astigmatisme
KASUS

A. Biodata pasien :

Nama :     Tn. “E”

Umur :     22 Th

Suku/bangsa :     Betawi/ Indonesia

Jenis kelamin :     Laki-laki

Agama :     Islam

Status :     Belum Nikah

Pendidikan :     SMA

Pekerjaan :     Mahasiswa

Suku bangsa :     Betawi / Indonesia

Alamat :     Jl. Bojong Raya No. 1

Tanggal masuk RS :     11 Desember 2020

Tanggal pengkajian :     12 Desember 2020

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:

Nama :     Ny “S”

Umur :     49 Tahun

Jenis kelamin :     Wanita

Pekerjaan :     Ibu rumah tangga

Alamat :     Jl. Bojong Raya No. 1


Hub. Dengan pasien :     Ibu Klien

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam
yang berterbangan di ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi
lapang pandang, pasien mengatakan takut dan cemas karena kehilangan fungsi
penglihatan secara tiba-tiba, dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat
gambar gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan
bergerak
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak memiliki penyakit terdahulu seperti DM atapun trauma pada mata
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama

C. Persepsi dan Penanganan Kesehatan


 Tanyakan kepada klien tentang gambaran kesehatannya secara umum saat ini
 Tanyakan alasan kunjungan klien dan harapan klien terhadap penyakitnya.
 Tanyakan gambaran terhadap sakit yang dirasakan klien, penyebabnya, dan
penanganan yang dilakukan.
 Tanyakan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan klien dalam menjaga
kesehatannya.
 Tanyakan kepada klien apakah klien pernah menggunakan obat resep dokter dan
warung.
 Tanyakan kepada klien apakah klien seorang perokok, alkoholik, atau
mengonsumsi tembakau.
 Tanyakan kepada klien tentang riwayat kesehatan keluarganya. Apakah ada
anggota keluarga yang pernah mnderita penyakit yang sama.

D. Nutrisi-Metabolik
 Tanyakan pada klien tentang gambaran yang biasa dimakan dan frekuensi
makannya.
 Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat alergi.
 Tanyakan bagaiamana proses penyembuhan luka pada klien (cepat-lambat).
E. Eliminasi
 Tanyakan kepada klien bagaimana kebiasaan defekasi dan eliminasinya.
 Tanyakan apakah ada gangguan pada proses eliminasi dan defekasinya.

F. Aktivitas-Latihan
 Tanyakan bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti: mandi,
berpakaian, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur, merapikan rumah, ambulasi, dan
makan, apakah mandiri atau dibantu orang lain.

G. Tidur-Istirahat
 Tanyakan waktu, frekuensi dan kualitas tidur klien.

H. Kognitif-Persepsi
 Kaji status mental dan bicara klien.
 Tanyakan apakah ada kesulitan dalam mendengar dan melihat.

I. Peran-Hubungan
 Tanyakan bagaimana status pekerjaan klien.
 Tanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang disekitarnya.
 Tanyakan bagaimana status pernikahan klien.

J. Seksualitas-Reproduksi
 Tanyakan bagaimana hubungan seksualitas klien.
 Kaji apakah klien telah menopause.

K. Koping-Toleransi Stress
 Tanyakan apakah klien pernah mengalami perubahan besar dimasa lalunya dan
bagaimana cara klien menghadapinya.

L. Nilai-Kepercayaan
 Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama pada kehidupan klien
sehari-hari.
Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : Perubahan fungsi kognitif Resiko cedera
-pasien mengeluh sering pusing
dan pandangan kabur
-pasien mengeluh
penglihatannya hanya bayangan
hitam seperti ombak
Do :
Aktifitas terbatas
2 Ds : Gangguan penglihatan Gangguan persepsi
-pasien mengeluh matanya sakit sensori : penglihatan
jika kemasukan debu
-pasien mengeluh penglihatan
mata kirinya kabur 10 hari
belakangan dan mata kanan 2
tahun
Do :
-terlihat bintik putih di bola
mata
-VOS 1/300PI BSA
-TOS 10,2 mmHg
-FDoS : FR (+)
-PUPIL N II BATAS
-(+) makula reff
-tear belum ditemukan
3 Ds : Krisis situasional ansietas
pasien mengatakan takut tidak
dapat melihat anak anaknya
wisuda dan menikah
Do :
Pasien tampak gelisah, selalu
bertanya kapan matanya akan di
operasi, pasien tidak menuruti
anjuran untuk bedrest total

Diagnose keperawatan

1. Resiko cedera d.d Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-
bintik hitam yang berterbangan di ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai yang
menutupi lapang pandang
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penglihatan d.d Pasien mengeluh
tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang berterbangan di
ruang pandang, pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang
pandangpemeriksaan , ophtalmoskop indirek terlihat gambar gelembung abu-abu atau
lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak, aktifitas terbatas
3. ansietas b.d krisis situasional d.d pasien mengatakan takut dan cemas karena kehilangan
fungsi penglihatan secara tiba-tiba, Pasien tampak tegang dan cemas
Rencana asuhan keperawatan

Dx Tujuan Intervensi rasional


Resiko Setelah dilakukan O:
cedera b.d asuhan keperawatan - identifikasi kebutuhan - agar
perubahan selama 3x24 jam keselamatan ( kondisi keselamatan
fungsi diharapkan tingkat fisik, fungsi kognitif ) dapat tetap
kognitif cedera menurun terjaga
Kriteria hasil : - monitor perubahan status - agar
- tolerasi keselamatan lingkungan meningkatan
aktivitas keselamatan
meningkat pada pasien
(5) T:
- kejadian - modifikasi lingkungan - meminimalisir
cedera untuk meminimalkan bahaya dan
menurun ( 5 ) bahaya dan resiko resiko cedera
- gangguan - sediakan alat bantu - agar
kognitif keamanan lingkungan meminimalisir
menurun ( 5 ) ( pegangan tangan ) resiko cedera
- fasilitasi relokasi ke - meningkatkan
lingkungan yang aman keamanan
pasien
E:
- ajarkan individu, - agar individu,
keluarga dan kelompok keluarga dan
resiko tinggi bahaya kelompok
lingkungan mengetahui
bahaya
lingkungan
Gangguan Setelah dilakukan O:
persepsi asuhan keperawatan - periksa status sensori - Agar
sensori : selama 3x24jam mengetahui
penglihata diharapkan persepsi status sensori
n b.d sensori membaik T:
gangguan Kriteria hasil : - diskusikan tingkat - Agar
penglihata - verbalisasi toleransi terhadap beban mengetahui
n melihat sensori ( pencahayaan ) beban dari
bayangan sensori
menurun ( 5 ) - batasi stimulus
- distorsi sensori lingkungan ( cahaya, - Agar
menurun suara, aktivitas ) mengurangi
- jadwalkan aktivitas cedera
harian dan waktu istirahat - Agar aktivitas
harian dan
waktu istirahar
E: tidak terganggu
- Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus - Agar dapat
( pengaturan meminimalisasi
pencahayaan ruangan ) stimulus
K:
- Kolaborasi - Agar dapat
meminimalkan meminimalkan
tindakan
prosedur/tindakan
- Agar persepsi
- Kolaborasi pemberian stimulus dapat
obat yang mempengaruhi berkurang atau
persepsi stimulus membaik
Ansietas Setelah dilakukan O:
b.d krisis asuhan keperawatan - identifikasi saat tingkat - agar
situasional selama 3x24jam ansietas berubah mengatahui
diharapkan ansietas - monitor tanda-tanda kapan tingkat
menurun ansietas ansietas
Kriteria hasil : berubah
- verbalisasi - agar
kekhawatiran mengetahui
akibat kondisi tanda-tanda
yang dihadapi dari ansietas
menurun ( 5 ) T:
- konsentrasi - temani pasien untuk - agar
membaik ( 5 ) mengurangi kecemasan kecemasan
dapat
berkurang
- pahami situasi yang - agar kita dapat
membuat ansietas mengetahui
situasi yang
membuat
ansietas
- gunakan pendekatan yang - agar pasien
tenang dan meyakinkan merasa nyaman
dan yakin
E:
- informasikan secara - agar pasien
factual mengenai mengetahui
diagnosis, pengobatan tentang
diagnosis dan
pengobatannya
- anjurkan keluarga tetap - agar pasien
bersama pasien merasa aman
- latih teknik relaksasi - agar pasien
merasa relak
K:
- kolaborasi pemberian - untuk
obat ansietas mengurangi
ansietas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ablasio retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epithelia pigmen retina. Ablasio retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid
di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga
mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara khoroid dan retina kekurangan cairan
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan-kilatan bitnik hitam mengapung dan
cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh
terlihatnya bitnik-bintik hitam ( floaters ) ataupun kilatan cahaya yang nyata

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah milik Allah SWT. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
penulisan makalah selanjutnya,
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2008. “Ablasio Retina”. Http://infoibnusina.wordpress.com/2008/06/04/ablasio-


retina///. Diakses tanggal 20 Oktober 2010.

Anonym. “Ablasio Retina”. Http://www.scribd.com/doc/37924316/Ablasio-Retina///.


Diakses tanggal 20 Oktober 2010.

Ilyas, Sidarta. 2009. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: FKUI.

Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA

Smeltzer, Suzanne C. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth
Edisi 8”. Jakarta: EGC.

Buku : SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai