Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MENURUT JEAN WATSON

A. Pengertian (Manusia Sebagai Fokus Sentral)


1. “Human care is the heart of nursing” (Watson: 1985)

Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa
human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan
keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan
empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985).

Dalam pandangan keperawatan manusia dilihat sebagai sosok yang utuh. Karena
keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga diyakini
sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi dengan manusia lain dan
lingkungannya secara dinamis, dan berkesinambungan itu semua penting untuk
perkembangan personalnya.

Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan


pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson
(1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science
tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai
basis dalam area:
a. Pengkajian terhadap kondisi manusia.
b. Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit.
c. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya.
d. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship.
e. Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.

1
2. Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan
dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional)
yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi,
dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia


adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik,
mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2
3. Teori human caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human
science and human care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah
pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan
dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi
humanistic dan system nilai serta seni yang kuat. Filosofi humanistic dan system nilai ini
member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu
perawat mengembangkan visi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.
Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun
fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.

4. Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson


Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:

a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.


b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan kepuasan
pada kebutuhan manusia.
c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
d. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan
yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
f. Asuhan keperawatan lebih bersifat helathgenic (menyehatkan) dari pada curing
(mengobati).
g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.

Watson (1988) dan George (1990) mendefenisikan caring lebih dari sebuah
exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal
moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spritualnya meningkat
ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam
diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggung jawaban

3
hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu memperoleh pengetahuan dan
meningkatkan kesehatan.

“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi


yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam hal ini
caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu,
artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien. Watson juga mengemukakan bahwa
respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik, artinya dalam praktik
keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien
terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu, caring
hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terjadi antara
perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi
untuk mempertahankan kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada klien. Watson
juga berpendapat bahwa caring meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat di tantang
untuk tidak ragu dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik
keperawatan.

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan Human Caring
Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Jean
Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua
peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam
konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia
yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk
hidup yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas

4
dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan intrapersonal dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah


makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental,
dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan.

2.6. Grand theory menurut Jean Watson


a. Carrative Factor
Elemen-elemen yang terdapat dalam carative factor adalah:

1) Membentuk sistem nilai humanistic-alturistik.


2) Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4) Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative.
6) Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistemantis dalam pengambilan
keputusan.
7) Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
8) Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memeperbaiki mental,
sosialkultural, dan spiritual.
9) Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10) Mengembangkan factor kekuatan eksistensial-fenomenologis.

Tetapi kesepuluh carative factors ini sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu
bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors”
terlalu standart terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu
konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep
tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok

5
dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya (Watson,2004). Dimana clinical caritas
process terdiri dari yaitu.

1) Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan dalam
konteks kesadaran terhadap caring.
2) Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan sistem
kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan orang
dirawat.
3) Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan transpersonal diri orang
lain, melebihi ego dirinya.
4) Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang sebenarnya, yang
saling bantu dan saling percaya.
5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan posotif dan negatif
sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri dan orang yang
dirawat.
6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif sebagai
bangian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-healing yang
artistic.
7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain.
8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun nonfisik,
lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang memiliki keholistikan,
keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang penuh,
memberikan “human care essentials“, yang memunculkan penyusuaian jiwa, raga dan
pikiran, keholistikan dan kesatuan diri dalam seluruh aspek care; dengan melibatkan
jiwa dan keberadaan secara spiritual.
10) Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial dari kehidupan
dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang yang dirawat.

b. Transpersonal Caring Relationship


Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship berkarakteristikkan
hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen,
melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari

6
dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan
menghargai spiritual, oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek.

Perawat sadar bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan.


Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,
menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi
kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk
berkelanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang lain. Pendekatan ini melihat keunikan
dari kedua belah pihak, yaitu perawat dan pasien, dan juga hubungan saling menguntungkan
antara dua individu, yang menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu, yang merawat
dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan, dan mungkin
mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal berarti pergi keluar dari diri
sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam meningkatkan
kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada akhirnya, tujuan dari transpersonal caring
relationship adalah berkaitan dengan melindungi, meningkatkan dan mempertahankan
martabat, kemanusiaan, kesatuan dan keselarasan batin.

c. Caring Occation Moment


Caring Occation menurut Watson (1988,1999) adalah kesempatan (mengenai tempat
dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada saat human caring dilaksanakan,
dan dari keduanya dengan fenomena tempat yang unik mempunyai kesempatan secara
bersama datang dalam moment interaksi human to human. Bagi Watson (1988, 1999) bidang
yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang
dialami seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual, tujuan-tujuan, harapan-
harapan pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada
pengalaman hidup yang dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson
(1999) menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami
kesadaan dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasiennya, lebih lanjut dari kedua
belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan
yang dilakukan keduanya, dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya
sendiri. Caring occation bisa menjadi transpersonal jika memungkinkan adanya semangat
dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan
keterbukaan dan kemampuan–kemampuan untuk berkembang (Watson 1999 , pp. 116-117).

7
5. Paradigma Keperawatan Menurut Watson
1. Keperawatan

Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi transpersonal
caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang
menimbulkan selfknowlegde, self-control, self-care, dan selfhealing.

2. Klien

Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran,


jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang kondisi
sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self-control, pilihan dan selfdetermination.

3. Kesehatan

Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga antara
diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien dan
perawat.

5. Asumsi Dasar Science of Caring


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal
caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Watson mengatakan 7 asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu :

1) Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara


interpersonal.
2) Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan
manusia tertentu.
3) Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga.
4) Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga
menerima akan jadi apa dia dikemudian.

8
5) Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yang
ada, dan disaat yang sama membiarkan seseorang untuk memilih tindakan yang
terbaik bagi dirinya saat itu.
6) Caring lebih ”healthogenic” daripada curing.
7) Praktik caring merupakan sentral bagi keperawatan.

6. Proses Keperawatan Dalam Teori Caring


Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah-langkah
yang sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk
menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut Watson
menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan yang dimiringkan
menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):

1) Pengkajian

Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah; menggunakan pengetahuan dari


literature yang dapat diterapkan, melibatkan pengetahuan konseptual untuk pembentukan
dan konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk memandang dan mengkaji
masalah. (Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :147-
150)
Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam memecahkan
masalah. Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh
perawat yaitu:
a. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi
kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.
b. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
c. Higher order needs (psychosocial needs) ,yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
d. Higher order needs (intrapersonali needs), yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri.

2) Perencanaan

Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan diteliti


atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah

9
yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi penentuan data apa yang akan
dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data akan dikumpulkan.

3) Implementasi

Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi


pengumpulan data.

4) Evaluasi

Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti efek dari
intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang
positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan

Referensi:
1. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: EGC.
2. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
3. Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
4. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
5. Soewandi,J. 1991. Ringkasan Sejarah Keperawatan.Jakarta: Batara

10
B. Konsep Perilaku Caring

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu


paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia,
kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia,
karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang
perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat
dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwidiyanti, 2007).

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk
praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007).

Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya
sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian
untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi
membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada
satu tempat ( Dwidiyanti, 2007 ).

Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana
kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat
meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan ( Potter & Perry, 2005 ).

Perilaku caringdalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring adalah
kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan individu
(kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan
George (2002) dikutip dalam Leininger (1979).

11
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah kebutuhan
dasar manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring adalah penyembuhan, caring
adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa
dari keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.

Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat
definisi dan konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri Leddy (1998) dikutip
dalam Swanson (1991). Caring sulit untuk didefinisikan karena memiliki makna yang
banyak, sebagai kata benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, sebagai
sikap ataupun perilaku (Berger & William, 1992).

1. Peran perawat yang caring

Peran perawat menurut CHS Community Health Service (1989) dikutip dalam Zaidin (2002)
terdiri dari :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-
hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk ganti rugi
akibat kelalaian.
c. Sebagai edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit dan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Sebagai koordinator. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

12
e. Sebagai kolaborator. Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Sebagai konsultan. Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang diberikan tepat tujuan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Sebagai pembaharu. Peran disini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

Menurut Leininger (1981), dikutip dalam Kozier dkk (2004) menjelaskan bahwa perawatan
dan caring adalah :

Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dan menfasilitasi orang lain atau
kelompok yang mempunyai kebutuhan yang nyata atau yang dipikirkan sebelumnya.

Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini menekankan aktivitas yang
membantu dari seseorang dan kelompok yang didasarkan kepada model yang membantu
mendefinisikan secara budaya.

Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan dan kelangsungan


hidupnya.

Perilaku-perilaku caring meliputi rasa nyaman, perhatian, kasih, empati, minat, keterlibatan,
kegiatan konsultasi kesehatan, perilaku membantu, cinta, pengasuhan, keberadaan, perilaku
melindungi, perilaku memberikan stimulasi, penghilangan stress, dukungan, kelembutan,
sentuhan dan kepercayaan.

2. Asumsi-asumsi caring perawat

Caring merupakan kekuatan yang sangat penting dalam hubungan antara pasien
dengan perawat, dan suatu kekuatan untuk melindungi dan meningkatkan martabat pasien.
Sebagai contoh, dibimbing oleh kerangka kerja ini para perawat menggunakan sentuhan dan
ucapan yang jujur untuk menegaskan kepada pasien sebagai manusia, bukan objek-objek, dan

13
membantu mereka membuat pilihan-pilihan dan menemukan arti dalam pengalaman sakit
mereka (Kozier, 2004).

Watson mengemukakan 11 asumsi yang berhubungan dengan caring, yaitu :

1) Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan
universal.
2) Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan,
tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3) Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caringdi dalam praktek
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan
menentukan kontribusi keperawatan kepada masyarakat.
4) Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5) Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan
orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6) Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam
praktek keperawatan.
7) Pelayanan kesehatan secara signifikan telah menekankan pada human care.
8) Pondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh tekhnologi medis dan birokrasi
institusi.
9) Penyediaan dan perkembangan dari human care menjadi isu yang hangat bagi
keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10) Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan
interpersonal.
11) Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada
humancare (Nurachmah, 2001).

3. Tahap perkembangan hubungan caring :

Attachment (pertalian), empat tugas yang menandai pertalian yaitu recognisi (menyadari
kehadiran orang lain dan menerima orang ini dapat mempunyai arti), membuka diri
(membagi informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam), validasi (memberikan
persetujuan pada informasi yang dibagikan atau perilaku yang diperlihatkan) dan potensi
(kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan).

14
Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian), selama tahap ini perhatian yang diteliti
diberikan pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Respek adalah perilaku atau tugas
pertama dari assiduity, respek melibatkan mengakui dan menerima keinginan, kebutuhan,
kesukaan, perbedaan dan permintaan orang lain. Selanjutnya potentiality, dimana recognisi
diberikan pada kemungkinan saling meningkatkan hubungan, yang tidak akan terjadi dengan
mengorbankan individualitas orang lain. Memperhatikan, melibatkan, mendengar dan
menerima orang lain. Menurut Murray dan Bevis ini merupakan salah satu aspek hubungan
memperhatikan yang paling penting. Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka,
kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak membahas sesuatu.
Membuka diri terjadi dalam dua tahap yaitu rasa tanggung jawab dan keberanian untuk maju.

Intimasi (melibatkan berbagi diri), tahap ditandai dengan hubungan fisik dan mental
yang tepat. Tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan), membuka
diri (yang mempunyai arti menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka), wawasan
(memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain) dan perlibatan (orang lain dapat
dilibatkan dalam hubungan tanpa terancam).

Konfirmasi, validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan


pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan lebih
mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli dengan dasar
yang luas (Rothrock, 2000).

4. Faktor-faktor pembentuk perilaku caring


Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative, yaitu:
1) Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.

Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai


kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan orang lain diatas
kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang
ada pada diri seseorang, keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini
dirasa perlu untuk mematangkan pribadi perawat agar dapat bersikap altruistik terhadap
orang lain.

15
a. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope).

Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan pentingnya


obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu individu alternatif pengobatan
lain yang tersedia (mis., meditasi, relaksasi, atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau
secara spritual). Dengan mengembangkan hubungan perawat-klien yang efektif, perawat
memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya

b. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.

Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri


pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu memahami bahwa
pikiran dan emosi seseorang merupakan jendela jiwanya.

c. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).

Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat. Hubungan yang
harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak dibuat-buat.

d. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.


Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan
pasien.

e. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif

Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan.


Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan
kepada pasien.

f. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.

Memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan


kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.

g. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik,


sosiokultural, dan spiritual.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap
kesehatan kondisi penyakit pasien.

16
h. Membantu memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan pasien. Pemenuhan


kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.

i. Memberikan keleluasaan untuk kekuatan ekstensial-fenomenologis-spiritual.

Ketiga faktor ini membantu seseorang mengerti kehidupan dan kematian. Selain itu,
ketiganya dapat membantu seseorang untuk menemukan kekuatan dan keberanian untuk
menghadapi kehidupan dan kematian

SUMBER :

Burnard, P. 2009. Caring & Communicating.Jakarta : EGC

Dwidiyanti, M. 2007. Caring. Semarang : Hapsari

Leininger, M. 2002, Transcultural Nursing, Concept, Theories, Research & Practice,Mc,


Grow-Hill Companies

17

Anda mungkin juga menyukai