Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penglihatan merupakan hadiah yang tidak ternilai yang diberikan
oleh Tuhan. Mata memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan.
Saat ini, terdapat banyak gangguan/penyakit pada mata.
Setiap 5 detik ditemukan 1 orang di dunia menderita kebutaan.
Diperkirakan oleh WHO terdapat lebih dari 7 juta orang menjadi buta
setiap tahun. Saat ini diperkirakan 180 juta orang di seluruh dunia
mengalami gangguan penglihatan, dari angka tersebut terdapat antara 40-
45 juta menderita kebutaan dan 1 diantaranya terdapat di South East Asia.
Oleh karena populasi yang terus bertambah dan oleh faktor usia, jumlah
ini diperkirakan akan bertambah 2 kali lipat di tahun 2020. Dan salah satu
gangguan mata yang terjadi adalah ablasio retina.
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi
dengan prevalensi 0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insiden ablasio
retina di Amerika Serikat adalah 12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar
28.000 kasus per tahun. Secara internasional, faktor penyebab ablasio
retina terbanyak adalah miopia 40-50%, operasi katarak (afakia,
pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina lebih
banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak
dan remaja lebih banyak karena trauma. Ablasio retina regmatogenosa
merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi. Sekitar 1 dari 10.000
populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.
Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang telah menjalani
operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi
kehilangan vitreus, baru mengalami trauma mata berat.
Ablasio retina merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita
mengeluh adanya kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti
selubung hitam. Ablasio retina adalah suatu penyakit dimana lapisan
sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya

1
hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam
retina, lepasnya lapisan saraf retina dari epitalium. Ablasio retina terjadi
bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel bergpigmen
retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen member
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi
visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne,
2002).
Survei berbasis populasi pada insiden ablasio retina di negara
berkembang masih jarang dan sedikit yang diketahui mengenai insiden
ablasio retina. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan
mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan. Penyakit ini harus segera
dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak agar bagian retina
yang sudah lepas tidak semakin lepas lagi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ablasio
retina merupakan suatu penyakit atau gangguan pada mata yang dapat
menyebabkan penderita sangat tertekan dengan keadaan tersebut sehingga
kita sebagai seorang tenaga medis harus mengetahui kiat-kiat bagaimana
cara untuk penatalaksanaan medis pada gangguan ablasio retina. Maka
diperlukan asuhan keperawatan sistem penglihatan tentang ablasio retina.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari deskripsi latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu
rumusan masalah yag akan dibahas dalam makalah ini adalah asuhan
keperawatan kegawat daruratan sistem penglihatan tentang ablasio retina.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka yang menjadi tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk

2
mengetahui asuhan keperawatan kegawat daruratan sistem penglihatan
tentang ablasio retina.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi sistem penglihatan.
b. Untuk mengetahui pengertian dari ablasio retiana.
c. Untuk mengetahui etiologi dari ablasio retina.
d. Untuk mengetahui manifestasi dari ablasio retina.
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari ablasio retina.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari ablasio retina.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ablasio retina.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari ablasio retina.

D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Institusi Pendidikan
Merupakan salah satu sumber informasi, bacaan serta acuan tentang
pengetahuan tentang asuhan keperawatan kegawat daaruratan pada
pasien dengan ablasio retina.
2. Mahasiswa
Dapat membantu para mahasiswa untuk lebih memahami tentang
asuhan keperawatan kegawat daruratan sistem penglihatan dengan
ablasio retina.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Mata

1. Kornea
Kornea adalah jaringan berbentuk kubah transparan yang
membentuk bagian paling depan mata Anda. Kornea berfungsi
sebagai jendela dan sebagai jalan masuk cahaya ke mata Anda.
Berkat kornea, mata Anda juga memulai proses untuk mengatur
proses sinar cahaya agar bisa melihat kata-kata dan gambar secara
jelas.

2. Iris dan Pupil


Iris dan pupil adalah bagian dari anatomi mata yang saling
berhubungan satu sama lain. Iris adalah membran berbentuk cincin

4
di dalam mata yang mengelilingi lubang di tengahnya. Nah lubang
di tengahnya itulah yang disebut dengan pupil. Pupil merupakan
otot yang bisa tertutup dan terbuka atau mengecil dan membesar.
Iris berfungsi mengatur sejumlah cahaya yang masuk ke
mata dan menyesuaikan dengan bukan pupil. Ketika diterpa cahaya
terang, iris akan menutup (atau menyempit) dan membuat pupil
terbuka lebih kecil untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk ke
mata Anda.Selain itu, irislah yang menentukan warna mata Anda.
Orang dengan mata cokelat memiliki iris berpigmen tinggi,
sementara orang dengan mata biru atau ringan memiliki iris dengan
pigmen yang sedikit.

3. Lensa

Lensa adalah sebuah jaringan transparan dan lentur yang


terletak tepat di belakang iris dan pupil. Ini adalah salah satu
bagian kedua dari mata Anda, setelah kornea. Fungsi lensa adalah
membantu memusatkan cahaya dan gambar pada retina Anda.

5
Karena lensa mata ini lentur dan elastis, maka bentukanya bisa
berubah jadi melengkung dan fokus pada objek di sekitar, orang
yang berada di dekatnya atau dari kejauhan. Lensa ini memberikan
25-35 persen kekuatan fokus mata Anda. Seiring bertambahnya
usia, salah satu bagian penting dari anatomi mata ini bisa
kehilangan elastisitasnya serta kemampuan menangkap objek
secara fokus. Hal ini biasa disebut sebagai presbiopia atau mata
tua, yaitu gangguan penglihatan yang banyak dialami orang lanjut
usia.
4. Retina dan Makula

Retina adalah sebuah jaringan yang peka terhadap cahaya.


Retina ini melapisi permukaan bagian dalam mata. Sel di retina
bisa mengubah cahaya masuk menjadi impuls listrik. Impuls listrik
ini dibawa oleh saraf optik (yang menyerupai kabel televisi Anda)
ke otak, yang akhirnya menafsirkannya sebagai gambar atau objek
yang Anda lihat. Sedangkan makula adalah area sensitif kecil di
tengah retina yang memberikan penglihatan sentral yang jelas.
Fovea terletak di pusat makula dan fungsinya untuk memberikan
penglihatan detail yang paling tajam di mata Anda.

B. Defenisi
Ablasio retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik
dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir

6
selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina,
lepasnya lapisan saraf retina dari epitalium. Ini merupakan penyakit
mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapang
pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam.

Ablasio retina merupakan lepasnya retina, suatu membran yang


mengandung pembuluh darah yang terletak diantara retina dan sclera
(bagian putih mata) menurut Joyce. M Black. Sedangkan menurut
Donna D. Ignativicius ablasio retina adalah pelepasan retina dari
lapisan epitalium neurosensoris retina dan lapisan epithelia pigmen
retina. Ablasio retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di
daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina,
sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara khoroid
dan retina kekurangan cairan menurut Barbara L. Christensen, 1991.
Ablasio retina adalah lepasnya retina pada tempatnya, kejadian
ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini
diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnyaa cairan pada
robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus diantara retina
dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang
terlepas ini dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara
permanen. Ada tiga klasifikasi ablasio retina yaitu:
1. Ablasi retina regmatogenosa

7
Pada ablasi ini terjadi akibat adanya robekan pada retina
sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina
sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen
koroid.
Ablasi ini terjadi pada mata yang mempunyai faktor
predisisposisi untuk terjadi ablasi retina. Trauma hanya merupakan
faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retinapada mata yang
berpotensi. Gejala yang timbul adalah terdapatnya gangguan
penglihatan kadaang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.
Terdapatnya pijaran api (fotopsia) pada lapang penglihatan. Ablasi
retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat
berbahaya karena dapat mengangkat macula. Penglihatan akan
turun secara akut pada ablasi retina bila dilepasnya retina mengenai
macula lutea. Pada pemeriksaan fundoskopi akan terlihat retina
yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya
dan terlihat adanya robekan retina dan terlihat adanya robekan
retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina
yang lepas bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam
badan kaca. Pada pupil terpadat adanya defek eferen pupil akibar
penglihatan menurun.

2. Ablasi retina eksudatif


Ablasi ini terjadi akibat tertimbulnya eksudat di bawah retina dan
mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat
keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid. Hal ini
disebabkan penyakit koroid, kelaianan ini dapat terjadi pada
skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati,
toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi
oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin.

8
Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini
dapat hilang sampai menetap sampai bertahun-tahun setelah
penyebabnya berkurang atau hilang.
3. Ablasi retina traksi (tarikan)
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat
tarikanjaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan
ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan
kaca, terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus, trauma, dan perdarahan badan kaca dilakukan dengan
melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis didalam badan kaca
dengan tindakan vitrektomi.

C. Etiologi
Ablasi dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma.
Akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk ke belakang atau
mendorong retina (regmatogen), atau terjadi penimbunan eksudat
dibawaah retina terangkat (nonregmatogen) atau tarikan jaringan parut
pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit
koroid, misalnya yang terjdi pada skleretitis, koroidititis,
tumorretrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut
pada badan kaca dapat disebabkan diabetes mellitus prolefiratif,
trauma, infeksi atau pascabedah.
Faktor predisposisi
Yaitu mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, ekstraksi katarak, dan
retina yang memperlihatkan degenerasi di perifer.

D. Patofisiologi
Ablasio retina regmatogenesa terjadi akibat robekan atau
lubang pada lapisan neuronal. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada
pasien berusia lebih dari 45 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan. Hal tersebut dihubungkan dengan myopia

9
degenerative, degenerasi lattice, riwayat pembedahan katarak dan
trauma. Ablasio eksudatif disebabkan oleh kondisi di retina dan koroid
yang yang merusak sawar darah-retina. Keadaan yang menyebabkan
ablasio retina jenis ini meliputi oklusi vena retina sentral, edema papil,
hipertensi, toksemia gravidarum, glomerulonefritis, vaskulitis, dan
tumor koroid. Ablasio retina traksi merupakan akibat dari
pembentukan pita fibrosa pada viterus. Kontraksi pita menarik
menjauh retina dan epitel retina berpigmen.

10
Pathway

Inflamasi untraokuler/ timor Perubahan degenerative dalam viterus


ina

Konsentrasi asam
hidlorunat

Peningkatan cairan eksudat

Vitreus menjadi makin cair

Tarikan retina Vitreus kolaps dan


bengkak ke depan

Robekan retina MK: resiko infeksi


Mk: gangguan
rasa nyaman

Sel-sel retina dan


darah terlepas

Retina terlepas dari


epitel berpigmen

Penurunan tajam pandang sentral ditandai dengan:

-floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil

-bayangan berkembang/ tirai bergerak di lapag pandang


MK:
gangguan
persepsi
penglihatan
Mk: ansietas Mk: intoleransi Mk: resiko cidera
aktivitas

11
E. Manifestasi Klinis
Ablasio retina dapat didahului oleh gejala ablasio vitreous
posterior, termasuk floater cahaya berkilat. Dengan onset ablasio retina
itu sendiri pasien menyadari perkembangan progresif defek lapang
pandang, yang sering dideskripsikan sebagai bayangan atau tirai.
Progresi dapat cepat bila terdapat ablasio superior. Jika macula terlepas
maka terjadi penurunan tajam penglihatan bermakna.
Retina yang mengalami ablasio dapat dilihat dari oftalmoskop
sebagai membrane abu-abu merah muda yang sebagian menutupi
gambaran vascular koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna
pada ruangan subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika
mata bergerak. Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda
karena tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api.
Penglihatan menurun secara bertahap sesuai daerah mana yang
terkena. Penglihatan sentral akan terganggu setelah macula terkena dan
biasanya tidak nyeri.

F. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk segera ke dokter spesialis mata. Terapi ditujukan untuk
menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan
penyebabnya.
1. Tirah baring, dan aktivitas diatasi.
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah
cidera.
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang
dianjurkan harus dipertahankan sehingga gas mampu memberikan
tamponade yang efektif pada robekan retina.
4. Pasien tidak boleh berbaring terlentang.
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah
pemeriksaan pasca operasi.

12
a) Prosedur laser
Untuk meangani ablasio retina eksudat sehubungan dengan
proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang
menimbulkan cairan subretinatanpa robekan retina.
b) Pembedahan
Retinopati diabetika/ trauma dengan perdarahanvitreus
memerlukan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina
yang ditimbulkan. Pelipatan (bucking) sclera merupakan
prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
c) Krioterapi transkleral
Dilakukan pada daerah sekitar tiap robekan retina menghasilka
tiap adhesi karioretina yang melipat robekan sehingga cairan
vitreus tak maampu lagi memasuki subretina.
Sebuah/beberapa silicon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan di
dalam sclera, secara fisik akanmelipat sclera, koroid, dan
lapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan
ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung
dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya normalnya dapat
dikembalikan (C. Smelzer, Suzzane, 2012).

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan oftalmologi
a) Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
macula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau
badan kaca yang menghambat sinar masuk.
b) Pemeriksaan lapangan pandang
Lapang pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat
skotoma relative sesuai dengan kedudukan ablasio retina. Pada
lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar
kecil dan fotopsi.

13
2. Pemeriksaan funduskopi
Cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan
menggunakan binokuler indirek oftamoskopi. Pada pemeriksaan ini
ablasio retina dikenali dengan hilangnya reflex fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi
gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi caairan
bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi
retina ketika mata bergerak. Suatu robrkan pada retina terliht agak
merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawaahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreusnya yang terdiri dari
darah dan pigmen dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Ini dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki
penyakit peneyerta antara lain: glukoma, diabetes mellitus,
maupun kelainan darah.
b) USG
Ocular B-scan ultrasonografi juga digunakan untuk
mendiagnosis ablasio retina dan keadaan paatologis lain yang
menyertainya seperti poliverative vitreoretinopati, benda asing
intraocular.
c) Tes refraksi
d) Respon reflex pupil
e) Tekanan intraokuler

H. Komplikasi
1. Komplikasi awal setelah pembedahan:
a) Peningkatan tekanan intraocular
b) Glukoma

14
c) Infeksi
d) Kegagalan pelekatan retina
e) Abalsio retina berulang
2. Komplikasi lanjut
a) Infeksi
b) Vitreo retenpati proliveralif (jaringan parut yang mengenai
retina)

Jika abalasio retina mengenai macula, peluang mendapaatkan


kembali penglihatan sangat berkurang. Abalasio retina rekuren
membawa resiko ablasio membrane subretina dan abalsio
traksional skunder.

15
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus :

Seorang laki laki berinisal A berusia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan
mengeluh mata kirinya tidak bisa melihat /kabur. Pasien mengatakanmelihat
kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang beterbangan di ruang
pandang sejak 10 hari yang lalu. Klien tampak lemah dan gelisah serta
mengeluh pusing. Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang
pandang,wajah pasien tampak tegang dan cemas, Pasien mengatakan takut dan
cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba.pasien selalu
bertanya tentang keadaanya. Pada pemeriksaan visus didapatkan : OD 1/4 Os
2/60, retina blass (+), makula reff ,pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat
gambaran gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina yang bergetar
dan bergerak. TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit. Dokter
menganjurkan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Setelah dilakukan
tindakan operasi, terdapat luka pada mata kiri klien dan terjadi pendarahan.
pasien mengatakan mengeluh nyeri pada retina di daerah daerah mata kirinya
sehabis operasi.Klien tampak meringis ,klien tampak gelisah dan tidak kuat
menahan nyeri,Skala nyeri 7, rasa terbakar dan tertusuk tusuk dan sering
terjadi. klien juga mengatakan cemas dan takut terjadi infeksi pada matanya
post operasi.

A. Pengkajian primary survey


1. Airway
Pada pasien dengan ablasio retina mempunyai resiko mengalami jalan
nafas tidak paten apabila pasien mengalami penurunan kesadaran.
2. Breathing
Pada pasien dengan ablasio retina bisa terjadi gangguan pada
pernafasan.

17
3. Circulation
Pada pasien dengan ablasio retina biasanya ditemukan pasien dengan
kondisi lemah pada bola matanya karena terjadinya penurunan tajam
penglihatan dan kemungkinan terjadinya syok hipovolemik pasca
operasi dan pendarahan.
4. Disability
Pada pasien dengan ablasio retina didapatkankesadaran pasien menurun
pada pasien post operasi.
5. Eksposure
Pada pasien dengan ablasio retina didapatkan resiko terjadinya cidera
luka post operasi pada pasien.

B. Secondary survey
1. Anamnesa (AMPLE)
A: alergi
M: medication
P: past history
L: last meal
E: event
2. Data identitas pasien
a. Data biografi
Meliputi nama, umur untuk mengetahui kejadian pada usia
keberapa, jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian
antara laki-laki dan perempuan, pekerjaan untuk mengetahui
apakah pasien sering menggunakan tenaga secara berlebihan atau
tidak.
b. Keluhan utama
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada
penglihatan seperti:
- Penglihatan kabur
- Melihat kilatan-kilatan kecil

18
- Adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan
- Adanya penurunan tajam penglihatan
c. Riwayat penyakit terdahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang
berhubungan dengan adanya ablasio retina seperti miopi tinggi,
trauma mata dan retinopati.

d. Riwayat penyakit keluarga


Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang
dialami pasien dan miopi tinggi.
1. Persepsi dan penanganan kesehatan
a. Tanyakan gambaran terhadap sakit yang dirasakan klien,
penyebabnya, dan penanganan yang dilakukan.
b. Tanyakan apa danbagaimana tindakan yang dilakukan pasien
dalam menjaga kesehatannya
c. Tanyakan kepada pasien apakah ia memiliki kebiasaan merokok,
alcohol.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Tanyakan pada pasien apakah memiliki riwayat alergi.
b. Tanyakan pada pasien makanan apa yang sering ia makan dan
berapa kali sehari.
3. Pola eliminasi
a. Tanyakan pada pasien bagaimana kebiasaan defekasi dan
eliminasinya.
b. Tanyakan pada pasien apakah ada gangguan selama proses defekasi
dan eliminasinya.
4. Pola tidur dan istirahat
a. Kaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama
tidur
b. Kaji bagaimana pasien melakukan aktivitas sehari hari lainya.
5. Kognitif dan persepsi

19
a. Kaji status mental dan bicara pasien,
b. Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan dalam mendengar
dan melihat.
6. Pola hubungan dan peran
a. Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan
sekitar
b. Tanyakan apakah peran pasien dalam keluarga dan masyarakat.
7. Konsep diri
a. Bagaimana body image, harga diri, ideal diri dan identitas pasien.
b. Apakah ada perasaan negative pada dirinya dan bagaimana pasien
menyikapi kondisinya
8. Pola penanggulaangan stress
a. Bagaimana pasien memecahkaan masalah yang dihadapi dan
stressor yang paling sering muncul pada diri psien.
9. Nilai kepercayaan
a. Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama paada
kehidupan sehari-hari pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
1) status kesehatan umum
2) tanda-tanda vital paisen
3) pemeriksaan mata berdasarkan segmen

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi penglihatan berhubungan dengan lepasnya
saraf sensori dari retina.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
ablasio retina.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest total.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman penglihatan penglihatan
6. Resiko cedera berhubugan dengan penurunan tajam penglihatan.

20
D. Intervensi Keperawatan
Preoperasi
No Diagnosa keperawatan SOAPIER
1 Gangguan sensori persepsi S : - klien mengatakan mata kirinya
penglihatan berhubungan tidak bisa melihat /kabur.
lepasnya saraf sensori dari - Pasien mengatakan melihat kilatan
retina. cahaya terang dan bintik-bintik
hitam yang beterbangan di ruang
pandang sejak 10 hari yang lalu
serta mengeluh pusing.
- Pasien mengeluh melihat tirai yang
menutupi lapang pandang.
O : - pemeriksaan visus didapatkan :
OD 1/4 Os 2/60, retina blass (+),
makula reff ,pemeriksaan
ophtalmoskop indirek terlihat
gambaran gelembung abu-abu atau
lipatan-lipatan pada retina yang
bergetar dan bergerak.
A : Gangguan sensori persepsi
penglihatan
P:
- kaji dan catat ketajaman
penglihatan
- Kaji deskripsi fungsional yang
dapat dilihat atau tidak oleh
klien.
- Sesuaikan lingkungan dengan
kemampuan penglihatan.
- Kolaborasikan pemberian obat
sesuai indikasi

21
- Ajarkan pada keluarga pemberian
tetes mata, jadwal dan dosis tetes
mata
- Kaji jumlah dan tipe rangsangan
yang dapat diterima klien.
- Anjurkan klien untuk bedrest
total.
I:
- mengkaji dan catat ketajaman
penglihatan
- mengkaji deskripsi fungsional
yang dapat dilihat atau tidak oleh
klien.
- menyesuaikan lingkungan dengan
kemampuan penglihatan.
- mengkaji jumlah dan tipe
rangsangan yang dapat diterima
klien.
- Menganjurkan klien untuk
bedrest total.
- mengkolaborasikan pemberian
obat sesuai indikasi
- Mengajarkan pada keluarga
pemberian tetes mata, jadwal dan
dosis tetes mata
E:
- keluarga klien mengerti dan dapat
menyebutkan pemberian obat
tetes mata, jadwal dan dosis
mata pada klien.
- Klien mengerti dan menyesuaikan

22
lingkungan dengan kemampuan
penglihatan
- Klien mengetahui jumlah
rangsangan dan tipe yang dapat
diterima oleh klien
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi.

Post operasi
No. Diagnosa keperawatan SOAPIER
1. Nyeri berhubungan S:
dengan luka post - klien mengatakan mengeluh
operasi ablasio retina. nyeri di daerah mata kirinya
sehabis operasi.
- Skala nyeri 7, rasa terbakar dan
tertusuk tusuk dan sering
terjadi.
O:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Tampak luka di bagian mata kiri
- Klien tampak mengeluh pusing
A : Nyeri
P :
- kaji tingkat nyeri , catat lokasi
Karakteristik dam skala nyeri
( 0- 10)

23
- Observasi TTV
- Berikan lingkungan yang tenang
dan kurangi rangsangan stress
- Tingkatkan istirahat
- Berikan posisi semi fowler
- Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam pada klien bila nyeri
datang
- Kolaborasikan pemberian
analgetik sesuai indikasi
I :
- mengkaji tingkat nyeri , catat
lokasi, Karakteristik dan skala
nyeri.
( 0- 10)
- mengobservasi TTV
- memberikan lingkungan yang
tenang dan kurangi rangsangan
stress
- meningkatkan istirahat
- memberikan posisi semi fowler
- mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada klien bila
nyeri datang
- mengkolaborasikan pemberian
analgetik sesuai indikasi
E :
- Klien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
- wajah tampak meringis
- klien masih tampak gelisah

24
- klien mengerti dan tampak
berbaring dengan posisi semi
fowler
- klien dapat mempraktekkan dan
mengerti teknik relaksasi nafas
dalam yang diajarkan
R : masalah teratasi sebagian
Pertahankan intervensi

E. Evaluasi Keperawatan
1. resiko cedera berkurang
2. nyeri teratasi
3. resiko infeksi teratasi
4. ansietas teratasi
5. intoleransi aktivitas teratasi

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat kami
simpulkan bahwa Ablasio retina merupakan lepasnya retina, suatu
membran yang mengandung pembuluh darah yang terletak diantara retina
dan sclera (bagian putih mata)kejadian ini serupa dengan wallpaper yang
terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti
menyusupnya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan
menyusup terus diantara retina dan dinding bola mata yang berakibat
terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan secara permanen.
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah
trauma. Akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk ke belakang atau
mendorong retina (regmatogen). Manifestasi klinis Ablasio retina dapat
didahului oleh gejala ablasio vitreous posterior, termasuk floater cahaya
berkilat. Dengan onset ablasio retina itu sendiri pasien menyadari
perkembangan progresif defek lapang pandang, yang sering dideskripsikan
sebagai bayangan atau tirai.Komplikasi ablasio retina yaitu adanya
peningkatan tekanan intraocular, Glukoma,Infeksi kegagalan pelekatan
retina dan ablasio retina berulang.

B. Saran
Setelah mengetahui konsep asuhan keperawatan kegawadaruratan
pada ablasio retina, jika terdapat saudara, teman, maupun keluarga
terdekat , korban kecelakaan, rekan kerja dan lain sebagainya yang
mempunyai tanda dan gejala yang serupa dengan apa yang sudag
dipaparkan diatas, maka segeralah lakukan tindakan tindakan suportif
untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


Depkes RI, Ditjen Binkenmas, Hasil Survei Indra Penglihatan dan Pendengaran
1996, 1998.
Greenberg, Michael I. 2012. Teks Teks Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Jurnal e- Clinic (Eci), Volume 4, Nomor 1, Januari – Juni 2016 tentang indikasi
kelainan retina di balai kesehatan mata masyarakat provinsi sulawesi utara
periode januari- desember 2014 Universitas Sam Ratulangi Manado.

27

Anda mungkin juga menyukai