Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak
mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer,
Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar
kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus
dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.
Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang,
kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-
anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ablasio Retina?

2. Apa etiologi ablasio Retina?

3. Apa manifestasi ablasio Retina?

4. Bagaimana patofisiologi Retina?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

6. Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?

7. Bagaimana askep ablasio Retina?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina?

2. Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina?

3. Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina?

4. Untuk mengetahui patofisiologi Retina?

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?


7. Untuk mengetahui askep ablasio Retina?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epitelia pigmen retina. Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di
daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan
kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan.
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini
serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang
diikuti menyusupnya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di
antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan dibawahnya,
sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya proses penglihatan. Keadaan ini
dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan.
Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini merupakan masalah
mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya
pada penderita yang memakai kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan
yang keras. Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di
bawahnya.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang
dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak
mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan.

B. Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar
kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus
dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.

Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak
jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio retina pada
mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat
oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut
(perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme,
penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

C. Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan
cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya
bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita
mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang
lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan.
Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan seperti
terhalang tirai/bergelombang.

D. Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari
sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding
melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto, cahaya yang
melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang
menangkap gambar dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik.
Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya
satu atau lebih robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses
penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang
lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus
vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata.
Korpus vitreum erat melekat ke retina pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata
bagian belakang. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya,
sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan
korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak
menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang
tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh
peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi
perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus
vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian
belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang dan
mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di
daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis
lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau
sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak
ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya
yang normal dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.

E. Pemeriksaan Penunjang
Apabila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter
spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang
disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat
menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu diperbaiki dalam
pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah lensa-
lensa khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi
belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

F. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan retina maka harus
dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang
dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila
ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka
robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka bakar-luka
bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang
mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah retina.
Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien
berobat jalan dan tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan
dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat merangsang
pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding belakang
bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi
memerlukan pembiusan setempat pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan
memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit
untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada luasnya
lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan
dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel sampai jaringan
parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari bawah retina
untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah
pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan lembut menekan dinding
belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan
parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau
dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).

Jenis pembedahan ablasio retina:


a. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepa
(ablasio retina).
b. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
c. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi
didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali
vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan
tindakan-tindakan lain yang diperlukan

Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu
pengikatan kembali retina yang lepas.

a. Pengelolaan penderita sebelum operasi

Mengatasi kecemasan

Membatasi aktivitas

Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan
kontriksi.

b. Pengelolaan penderita setelah operasi

Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.

Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

Evaluasi penutup mata

Bantu semua kebutuhan ADL

Perawatan dan pengobatan sesuai program

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:

1. Infeksi

2. Perdarahan

3. Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi

4. Penglihatan yang menurun

5. Peningkatan tekanan bola mata

6. Glaukoma

7. Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani
operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun
kemudian.

8. Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang


menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata.
Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan
pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.
ANAMNESIS
Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 52 tahun
Alamat : Jl. Budaya Batu Ampar, Jakarta Timur
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : tamat SD
Agama : Islam
Suku : Jawa

Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan mendadak buram sejak 5 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada 5 hari SMRS, mata kanan pasien mendadak buram, tidak merah dan tidak nyeri. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Pasien merasa pandangan menjadi gelap seperti ada rambut atau
asap berterbangan di matanya. Lama kelamaan semakin gelap hingga yang kelihatan hanya
pinggir sebelah kanan. Pasien tidak melihat ada kilatan cahaya berulang. Tidak terdapat riwayat
penglihatan kabur sesaat yang hilang timbul sebelumnya. Pasien berobat ke dokter mata lalu
diperiksa dan dibilang ada masalah di retina kanan dan perlu dioperasi. Pasien kemudian dirujuk
ke RSCM.
Pasien menggunakan kacamata minus (-3 dioptri) di kedua mata sejak 10 tahun lalu. Pasien tidak
mengeluh ada gangguan pada mata sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu, namun pasien tidak berobat teratur. Riwayat
Diabetes Mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat anggota keluarga dengan keluhan serupa dengan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 16 x/ menit
Suhu : 36 oC
Lain-lain : dalam batas normal
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
Mata Kanan Pemeriksaan Mata Kiri
1/ 300 proyeksi baik Visus 6/ 12
Tenang Palpebra/ konjungtiva Tenang
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik mata depan Dalam
Bulat, sentral, middilatasi Iris/ pupil Bulat, sentral, refleks cahaya
(+)
Keruh, shadow test (+) Lensa Keruh, shadow test (+)
n/ p Tekanan Intra Okular n/ p
Baik ke segala arah Pergerakan Baik ke segala arah
Tobacco dust (+) Badan kaca Jernih
Papil bulat, batas tegas, CDR Funduskopi Papil bulat, batas tegas, CDR
0,3, aa/vv = 2/3 0,3, aa/vv = 2/3
Ablasio retina (+) di superior
temporal meluas ke inferior
temporal. Corrugated (+),
Tear (+), macula on

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi
(NANDA) Hasil (NOC) Kep dan Aktivitas
Ditandai dengan DS/ (NIC)
DO

1. Gangguan Persepsi NOC : Kompensasi NIC : Peningkatan


Panca indera Tingkahlaku Komunikasi : Defisit
( Penglihatan ) Penglihatan melihat
Defenisi: membantu
Data Subjektif : Defenisi: kegiatan untuk dalam menerima dan
Pengelihatan klien mengimbangi lemahnya mempelajari metode
buram, Pasien merasa penglihatan alternatif untuk hidup
pandangan Indikator : dengan gangguan
menjadi gelap seperti Pantau gejala dari penglihatan.
ada rambut atau asap semakin buruknya Aktivitas :
berterbangan di penglihatan Kenali diri sendiri
matanya. Posisikan diri untuk ketika memasuki ruang
menguntungkan pasien
Lama kelamaan penglihatan Catat reaksi pasien
semakin Ingatkan yang lain terhadap rusaknya
gelap hingga yang untuk menggunakan penglihatan (misal,
kelihatan hanya teknik yang depresi, menarik diri,
dan menolak kenyataan
pinggir sebelah menguntungkan
Menerima reaksi
kanan. penglihatan
pasien terhadap
Pasien tidak melihat Gunakan rusaknya penglihatan
ada pencahayaan yang Bantu pasien dalam
kilatan cahaya cukup untuk aktivitas menetapkan tujuan
berulang. yang sedang dilakukan yang baru untuk belajar
Memakai kacamata bagaimana melihat
Data Objektif : dengan benar dengan indera yang lain
Papil bulat, batas Memakai kontak Andalkan
tegas, CDR 0,3, aa/vv lens dengan bear penglihatan pasien yang
= 2/3 Merawat kacamata tersisa sebagaimana
Ablasio retina (+) di mestinya
dengan benar
superior temporal Berjalan satu dua
Menggunakan alat langkah di depan
meluas ke inferior bantu penglihatan yang
temporal. pasien, dengan siku
lemah pasien berada di sikumu
Corrugated (+), Tear Menggunakan Rujuk pasien dengan
(+), macula on
layanan pendukung masalah penglihatan ke
untuk penglihatan yang agen yang sesuai
Defenisi: Jangan
lemah
perubahan dalam memindahkan benda-
Menggunakan alat
jumlah benda di kamar pasien
maupun pola bantu komputer
tanpa memberitahu
rangsangan pasien
yang diterima yang Bacakan surat,
NOC : Kontrol Kecemasan
disertai koran, dan informasi
dengan penyusutan, lainnya pada pasien
Defenisi: Identifikasi makanan
pelebihan,
tindakan seseorang yang ada dalam baki
penyimpangan,
untuk menghilangkan dalam kaitannya dengan
atau gangguan
dan angka-angka pada jam
tanggapan
mengurangi perasaan Gambarkan
terhadap rangsangan
ketakutan dan tertekan lingkungan kepada
tersebut.
yang sumbernya tidak pasien
bisa diidentifikasi. NIC : Manajemen
Batasan Karaktristik : Lingkungan
Indikator :
Berubahnya pola Defenisi: memanipulasi
Memantau intensitas
perilaku sekeliling pasien untuk
kecemasan
Berubahnya kebaikan terapeutik.
Menghilangkan
ketajaman pencetus kecemasan Aktivitas :
pancaindera Menurunkan rangsang
Distorsi pancaindera lingkungan ketika cemas Ciptakan lingkungan
Konsentrasi yang Mencari informasi yang aman untuk pasien
lemah untuk mengurangi Identifikasi kebutuhan
Kegelisahan kecemasan rasa aman pasien,
koping terhadap berdasarkan tingkatan
situasi yang menekan fungsi fisik dan kognisi
Faktor-faktor yang Menggunakan strategi dan sejarah perilaku di
berhubungan : masa lalu
koping yang efektif
Pengintegrasian Hilangkan objek-objek
Menggunakan teknik
pancaindera yang yang membahayakan
relaksasi untuk
dari lingkungan
terganggu mengurangi rasa cemas
Sediakan kasur yang
Penerimaan terhadap Melaporkan jangka
bersih lagi nyaman
pancaindera yang waktu penurunan setiap
episode Beri keluarga/orang
terganggu penting lainnya
informasi tentang
menciptakan lingkungan
rumah yang aman bagi
pasien
PERSIAPAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN OPERASI

a. Persiapan penderita sebelum operasi

Mengatasi kecemasan

Membatasi aktivitas

Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata

Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan
kontriksi.

b. Persiapan penderita setelah operasi

Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.

Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

Evaluasi penutup mata

Bantu semua kebutuhan ADL

Perawatan dan pengobatan sesuai program

PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA KLIEN DENGAN ABLASIO


RETINA
Pada klien ablasio retina baik sebelum pembedahan maupun setelah pembedahan, perlu
diberikan pendidikan kesehatan dalam merawat matanya, antara lain :
Diberikan pengetahuan mengenai perawatan diri setelah dioperasi
Dianjurkan untuk menjaga kebersihan mata
Setelah pembedahan retina perawat menekankan untuk menjaga posisi yang benar untuk
memfasilitasi perekatan kembali lapisan retina.
Menkonsumsi anti oksidan (Vit C, Vit A, Vit E, Zinc, Cooper dan Lutein) menjaga agar dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Hindari ekspose berlebih terhadap sinar ultraviolet misalnya dengan menggunakan kaca mata
hitam agar mata tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.
Pemeriksaan berkala dengan Amsler Grid
Amsler Grid adalah cara pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita untuk memeantau
progresitifitas penyakit.
Menberikan penguatan psikologi kalau usaha operasi dapat mengembalikan fungsi penglihatan.
Preoperasi, Perawat perlu memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk
mengurangi kecemasan klien.
Post Operasi, Hindari gerakan menghentakkan kepala (menyisir rambut, membungkuk,
mengejan, bersin, batuk, muntah) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai
penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk mencegah hentakan
atau pergerakan kepala yang berlebihan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium

neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D.

Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid

di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga
mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina

kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi

pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah

baya atau lebih tua.

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam

mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin

terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun

kilatan cahaya yang nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.

Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.


Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi

2. Jakarta: EGC.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius

Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai