Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 Ketuban Pecah Dini

A. Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan


premature. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda
persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi konstraksi rahim
disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten).
(Manuaba dalam Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, 2005 hal 281)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
(Sarwono dalam Ilmu Kebidanan, 2009 hal 677)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
ada tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut KPD preterm dan ketuban pecah dini yang
terjadi setelah usia 37 minggu disebut KPD aterm.

B. . Faktor Predisposisi

Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifactorial yang


dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan Rahim berlebihan: kehamilan kembar, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang

1
4. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
7. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
8. Karena trauma, karena jatuh, coitus atau alat-alat
9. Merokok
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi; bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

C. Gejala - Gejala
Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban
benar sudah pecah atau belum, apabila pembukaan kanalis servikalis belum
ada atau kecil . Menurut Moctar, 1998 cara menentukannya adalah sebagai
berikut :

1. Adanya cairan berisi mekonium, vornik kaseosa, rambut lanugo atau


bila terinfeksi berbau
2. Adanya cairan ketuban dari vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan
gerakkan sedikit bagian terendah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan, cairan dapat keluar sedikit lebih banyak.
3. Cairan dapat keluar saat tidur, duduk atau saat aktifitas seperti berjalan
atau berdiri
4. Kadang – kadang cairan berwarna putih, jernih atau hijau
5. Apabila ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi pasien demam
Tanda-tanda infeksi: demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
djj bertambah cepat.

D. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar
cairan yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan

2
inspekulo dengan speculum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari
serviks atau menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit
bagian bawah janin, atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan
meningkatkan kemungkinan infeksi.

Pastikan bahwa:

1. Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:

 Bau cairan ketuban yang khas

 Tes nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi
biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan
hasil positif palsu

 Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati secret


servikovaginal yang mongering

2. Tidak ada tanda-tanda inpartu

E. Komplikasi
a. Ibu

 Infeksi maternal: koriamnionitis (demam >38°C , takikardi, leukositosis nyeri


uterus cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat),
endometritis, infeksi intrapartum (koriamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterin.

 Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.

 Prolapse tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang

 Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban
habis

3
 Komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas myometrium (dystonia,
atonia), sepsis cepat (karena daerah uterus dan intramnion memiliki
vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu

b. Anak

 Penekanan tali pusat (prolapses) : gawat janin, asfiksia janin, sepsis perinatal
sampai kematian janin.

 Trauma pada waktu lahir

 prematur

F. Tatalaksana
1. Tatalaksana umum

a. Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari

b. Rujuk ke fasilitas yang memadai

2. Tatalaksana khusus

Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:

a. <24 minggu

 Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan janin

 Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin


menjadi pilihan

 Jika terjadi infeksi (korioamnitis), lakukan tatalaksana korioamnitis

b. 24-33 minggu

 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta dan kematian janin lakukan


persalinan segera

 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau


betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam

 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin

4
 Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu atau di usia 32-33
minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kemaatangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan
sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi preterm)

c. >34 minggu

 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada


kontraindikasi

2.1.2 Pre-Eklampsia
A. Pengertian
Berikut ini adalah beberapa pengertian pre-eklamsia antara lain :
 Pre-eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau
sampai 48 jam post-partum ( Bobak dan Jensen, 1995 ). Umumnya
terjadi pada trimester 3 kehamilan. Pre-eklampsia dikenal juga dengan
sebutan Pregnancy Induced Hipertension ( PIH ) gestosis atau
toksemia kehamilan.
 Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan ( Mansjoer,dkk,2007)
 Pre-eklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (
usia kehamilan > 20 minggu dan/atau berat janin 500 gram ) yang
ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat
timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik
( Achdiat,2004)
 Pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan , ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubungan
atau berlanjyt dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada
ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan
5
dan abrupsio plasenta/solusio plasenta ( Skennan dan Kappel,2001
dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran , 2006)

B. Epidemiologi

Prevalensi pre-eklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan


definisi yang digunakan untuk menerangkannya ( Chappell et all, 1999 ).
Terjadi kurang dari 5% dari kebanyakan populasi , dan studi prospektif
menunjukkan insiden dibawah 2,2% bahkan pada populasi primigravida yang
diketahui prevalensinya lebih tinggi ( Higgins et al , 1997 dalam Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006)

C. Etiologi

Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum diketahui


secara pasti, pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-
faktor lain yang diperkirakan akan memengaruhi timbulnya pre-eklampsia
antara lain : primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa,
multgravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 25
tahun serta anemia.

D. Tanda dan Gejala


Pre-eklampsia dinyatakan berat bila ada saatu diantara gejala-gejala berikut ini
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih , +++ atau ++++pada pemeriksaan
kualitatif,
c. Oliguria, urine 400 ml/24 jam atau kurang.
d. Edema paru-paru ,sianosis
e. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan,
pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri ulu hati,
mual muntah atau secara emosi mudah marah.
f. Perrtumbuhan janin intrauterine terhambat
g. Adanya HELLP syndrome ( H= Hemolysis, ELL = Elevated Liver
Enzym, P = Low Plateled Count )

6
Kriteria menentukan adanya edema adalah : nilai positif jika pitting edema di
daerah tibia, lumbosacral, wajah ( kelopak mata ) dan tangan terutama setelah
malam tirah baring.
Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
+ = sedikit edema pada daerah kaki pretibial
++ = edema ditentukan pada ekstrimitas bawah
+++ = edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah
++++ = anasarka disertai asites
Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram per liter urine 24 jam
atau lebih dari 9 gram per liter sewaktu. Urine diambil denga
penyadapan/kateter.
+ = 0,3 gram protein per liter
++ = 1 gram protein per liter
+++ = 3 gram protein per liter
++++ = > 10 gram per liter
Kenaikan berat badan berlebih jika berat badan naik dari 500 gram perminggu
atau 2000 gram per bulan.

E. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan
diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti
plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40%-60%. Gangguan plasenta
menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan
IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensifisitas terhadap terhadap oksitosin
meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air
ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar intravaskuler,
menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema
jarigan berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan
naik dengan cepat.
7
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar
dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrum atau nyeri pada kuadran atas. Rupture hepar jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT
dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke
retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma ( Blind Spot ) dan
pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan
hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat ( sakit kepala,
hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek).
Pulmonary edema dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi
itu biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.

F. Faktor Predisposisi
a. Nulipara umur belasan tahun
b. Pasien yang miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak
sama sekali dan nutrisi yang buruk, terutama dengan diet kurang protein
c. Mempunyai riwayat preeklampsia atau eklampsia dalam keluarga
d. Mempunyai penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya
e. Kehamilan kehamilan dengan trofoblas yang berlebihan ditambah
vilikorion:
1. Kehamilanganda
2. Molahidatidosa
3. Diabetes Mellitus
4. Hidropfetalis

G. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamneses dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan pre-eklampsia
sebaiknya diperiksa juga :
a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : urium-kreatinin, SGOT,
LDH, bilirubin.
b. Pemeriksaan urine : protein, reduksi, bilirubin, sedimen.
c. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan
konfirmasi USG ( bila tersedia)
d. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
8
H. Komplikasi
Komplikasi ibu dengan pr-eklampsia atau PIH : cerebral vascular
accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi renal shutdown, retardasi
pertumbuhan, kematian janin intrauterine yang disebabkan hipoksia dan
premature. PIH dapat berkembang secara progesif menjadi eklampsia yaitu
pre-eklampsia yang ditambah dengan kejang dan koma (Kattheryn & Laura,
1995)

I. Pencegahan
Pencegahan timbulnya pre-eklampsia berat dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara tepat.
Penyuluhan akan manfaat akan istirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu
masih dpaat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi diantara
kegiatan tersebut, ibu dianjurkan untuk duduk atau berbaring. Nutrisi penting
untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.

J. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :
 Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
 Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklampsia
 Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solusio plasenta , pertumbuhan
janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
 Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegra
mungkin setelah matur atau imatur setelah diketahui bahwa resiko
janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan ( TD< 140/90 mmHg) atau


kenaikan sistolik kurang dari 30 mmHg dan kenaikan diastolik kurang
dari 15 mmHg

 Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin.

9
 Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu
dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus ( batas aman :
140-150/90-100 mmHg)
 Istirahat yang cukup ( berbaring 4 jam pada siang hari dan 8
jam pada malam hari )
 Diet rendah garam, tinggi protein.
 Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan , periksa
tiap 1 minggu. Pada setiap kunjungan
- Periksa tekanan darah
- Timbang berat badan pasien
- Periksa untuk menemukan adanya edema
- Periksa urine untuk menemukan adanya protein
- Pantau pertumbuhan janin, Tanya kepada ibu tentang
gerakan janin
- Periksa denyut jantung janin
 Indikasi dirawat, jika ada perburukan , tekanan darah tidak
turun setelah 2 minggu rawat jalan.
 Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan , tatalaksanakan
sebagai pre-eklampsia berat.

Penatalaksanaan pre-eklampsia berat ( TD > 160/90 mmHg) atau


kenaikan sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic lebih dari 15
mmHg

Dapat ditangani secara konservatif atau aktif.

 Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan


dengan pemberian obat medisinal ( untuk kehamilan < 35
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik ).
 Penanganan aktif :
Apabila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria berikut:
 Ada tanda-tanda imoending eklampsia
 Ada HELLP syndrome
 Ada kegagalan penanganan konservatif

10
 Ada tanda-tanda perrtumbuhan janin terhambat
 Usia kehamilan >35 minggu
 Maka ibu harus dirawat di rumah sakit, khususnya
kamar bersalin. Penatalaksanaan selama di rumah sakit
:
- Biarkan wanita tersebut beristirahat di ruangan yang tenang
- Periksa tekanan darah setiap 4 jam ( setiap 2 jam apabila
keadannya sangat parah)
- Lakukan pemeriksaan protein urine 2 kali sehari
- Pantau frekuensi jantung janin 2 kali sehari
 Pemberian obat medisinal : anti kejang
 Terminasi kehamilan : bila pasiem belum inpartu
dilakukan induksi persalinan
 Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi
persalinan tidak terpenuhi

2.2 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


2.2.1 Konsep Manajemen Kebidanan Ketuban Pecah Dini
2.2.2 Pengkajian
Data Subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami.
Yang perlu dikaji : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengenal klien.
b. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke RS atau BPM dan apa
saja yang dirasakan klien. Keluhan utama ibu dengan KPD adalah sering
mengeluarkan cairan ketuban dari alat kelamin.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang. Untuk mengidentifikasi
penyakit yang pernah diderita ibu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi apakah di keluarga ibu ada yang menderita
penyakit menurun, menular dan ada tidaknya keturunan kembar.

11
e. Riwayat menstruasi
Pengkajian mengenai menarche, siklus, lama, banyaknya, dan apakah
ada keluhan saat haid.
f. Riwayat Obstetrik yang lalu
Riwayat ini sangat penting untuk mendukung diagnosa aktual.
Kehamilan : Untuk mengetahui berapa kali ibu pernah hamil, jumlah
anak yang dimiliki, jumlah persalinan aterm, preterm dan
pernah abortus atau tidak , umur kahamilan saat lahir,
apakah ada penyulit saat hamil.
Persalinan : Tempat bersalin, penolong persalinan, berat badan bayi
saat lahir jenis kelamin anak, jenis persalinan.
Nifas : Apakah ada penyulit saat nifas, keadaan anak sekarang serta
umur anak sekarang untuk mengetahui bagaimana riwayat
persalinan ibu sebelumnya
g. Riwayat kehamilan sekarang
1. Kemungkinan klien merasa mual, muntah, perdarahan.
2. Kemungkinan kapan merasakan gerakan janin pertama kali
3. Kemungkinan apakah ada pemeriksaan kehamilan pada tenaga
kesehatan, mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe
4. Kemungkinan adanya tanda-tanda persalinan : keluarnya blood slem,
keluat air-air, nyeri pinggang menjalar ke ari-ari.
h. Riwayat Psikososial
Pengkajian mengenai status perkawinan, urnur pertama kali menikah,
dan sudah berapa lama menikah, kondisi psikososial ibu dan keluarga saat
ini.
i. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi pola pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehari-
hari, istirahat, personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.

j. Riwayat Kontrasepsi

12
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan
ibu, berapa lama dan apakah ada keluhan selama memakai alat
kontrasepsi.
Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang
dirasakan ibu, mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum.
1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : compos mentis
3) BB sebelum hamil :
4) BB sekarang :
5) Tinggi badan :
6) LILA : normalnya ≥ 23,5 cm
7) Nadi : normalnya 60-80x/menit
8) Suhu : normalnya 36,50 C -37,50 C
9) Tekanan Darah : normalnya 100/60mmHg – 130/90 mmHg
PEB : 160/110 mmhg
10) Pernafasan : normalnya 16-24x/menit
b. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi , perkusi)
1) Inspeksi
a) Rambut : kebersihan, mudah rontok/tidak, pertumbuhan
rambut
b) Kepala : tidak ada benjolan abnormal
c) Mata : bentuk simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih
d) Hidung : kebersihan, pernapasan cuping hidung
e) Mulut : karies gigi, stomatitis, kebersihan, bibir
pucat/tidak
f) Telinga : kesimetrisan, kebersihan
g) Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
h) Dada : tidak ada retraksi dinding dada
i) Payudara : hiperpigmentasi aerola, puting susu bersih dan
menonjol.
13
j) Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat pembesaran
abdomen.
k) Genetalia : bersih, tidak lendir darah, tidak oedema
l) Ekstremitas : simetris, terdapat oedema, tidak terdapat varises
2) Palpasi
a) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan tidak ditemukan bendungan vena
jugularis
b) Payudara : tidak ada nyeri tekan
c) Abdomen:
Leopold I : tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan.
Pada fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting
(kesan bokong).
Pemeriksaan Mc. Donald
Untuk mengetahui tua kehamilan (jarak fundus sd simfisis dalam cm
: 3,5 = tua kehamilan dalam bulan).
TBJ (( TFU – 12)x 155= berat janin dalam gram)
Leopold II : teraba bagian panjang, keras seperti papan ( kesan
punggung ) pada sebelah kiri dan teraba bagian kecil
di sebelah kanan.
Leopold III : pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat,
keras dan melenting ( kesan kepala ). Bagian bulat,
keras dan melenting masih bisa/tidak bisa
digerakkan.
Leopold IV : dilakukan jika kepala janin sudah masuk PAP
d) Ekstremitas : oedema +/+
3) Auskultasi : frekuensi DJJ normal 140-160x/menit
4) Perkusi : reflek patella +/+
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes valsava, tes nitrazin, dan tes tern.
Nilai normal pH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan normal pH cairan
amnion adalah 7,0-7,5.
2) Uji kertas lakmus / tes nitrazine.
a) Jika kertas lakmus berubah biru (basa) : air ketuban
14
b) Jika kertas lakmus berubah merah (asam) : urine
3) Pemeriksaan protein
Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih , +++ atau ++++pada pemeriksaan
kualitatif,

B. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Diagnosa : Ny. X G…P….AB… UK….tunggal/hidup/intrauterine/letkep


dengan ketuban pecah dini dan PEB
DS : Ibu mengatakan ini kehamilan ke… dengan HPHT…..
Ibu mengatakan merasa cemas karena keluar cairan dari
vagina dan belum merasa mules.
DO : Keluar air ketuban sejak pukul...
Belum keluar lendir darah
Pembukaan... cm
HPL tanggal……
Masalah : Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi
tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
Masalah yang ada pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
yaitu cemas, kurangnya pengetahuan dan informasi tentang
ketuban pecah dini. Kebutuhan ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini yaitu KIE tentang ketuban pecah dini.

C. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan berdasarkan keadaan dan
masalah pasien.
E. PERENCANAAN
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)

15
c. Kehamilan > 37 minggu, induksi Oxytocin Dengan memasukkan oxytocin 5
U kedalam infus dekstrosa 5 %
d. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam.
e. Lakukan pemantauan DJJ
f. Lakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan. Beri perhatian
lebih seksama (Varney, 2007).
F. PENATALAKSANAAN
Lakukan sesuai dengan intervensi
G. EVALUASI
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang sudah diberikan
kepada pasien Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini menurut Tucker dalam Sujiyatini dkk
(2009), antara lain :
a. Pasien mendapatkan terapi untuk infeksi atau tidak ada gejala infeksi.
b. Denyut jantung janin baik atau tidak terjadi gawat janin
c. Bayi lahir tidak mengalami hal yang tidak diinginkan.

Data Perkembangan di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh


langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney (2007) sistem
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :

S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.

O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik


klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan


intepretasi data subyektif.

P (Planning) : Mengambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,


perencanaan berdasarkan assessment.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun dan Fryanto, Achmad. 2012. ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS.


Jakarta:
Salemba Medika
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN
MATERNAL
DAN NEONATAL. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Sukrisno, Adi. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI KEBIDANAN.
Jakarta:
Trans Info Media

17

Anda mungkin juga menyukai