Anda di halaman 1dari 10

ABLASIO RETINA Tugas TnK 55 tahun di bawah sama keluarganya ke UGD RS dr wahidin sudirohusodo makassar.

Sumber infomasi yang di dapat dari keluarganya bahwa dia terjatuh di ruang tamu dan tidak sadarkan diri dan keluarganya mengatakan 2 tahun terakhir mengalami penglihatan kabur yang tidak di ketahui penyebabnya. Jawab : 1. KONSEP DASAR DEFINISI Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002). Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. ETIOLOGI Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50% ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama, dan trauma atau penggunaan fisik yang kuat dan mendadak akan menyebakan robekan retina. Komplikasi Diabetes Melitus dan Peradangan yang terjadi pada mata juga dapat mengakibatkan ablasio retina. Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah bayangan yang di fokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya

retina dari jaringan di bawahnya. Hal tersebut bisa terjadi akibat trauma, proses penuaan, diabetes berat, penyakit peradangan. Tetapi ablasio retina sering kali terjadi secara spontan. Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat prematuritas. Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh darah retina yang kecil bisa menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata yang dalam keadaan normal terisi oleh humor vitreus. Jika terjadi pelepasan makula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang. Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah: PATOFISIOLOGI Pada Ablatio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina dan bercampur dengan cairan sub retina. Ablatio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya: 1. Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas. 2. 3. Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca. Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen. Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor predisposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya. Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata

miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata afakia. Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid. MANIFESTASI KLINIS Ablasi retina akan memberikan gejala terdapatnya: 1. 2. 3. 4. 5. Gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya(fotopsia) / light flashes Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen\ Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan macula Retina lepas dengan robekan (rhegmatogenous) Tanda klinisnya: a. b. Ditemukan peninggian retina umumnya mulai dari perifer dan dapat mencapai posterior pole dengan cairan di bawah retina. Retina (yang lepas) tampak bergelombang (rugae), kadang ditemukan perdarahan vitreus. Di vitreus ditemukan sel pigmen retina, tanda utama adalah robekan retina dengan cairan di bawahnya.

c. d. e.

Umumnya disertai dengan penurunan tekanan intraokuler. Terkadang ditemukan afferent pupillary defect (APD). Pada yang kronis sering ditemukan pigmen epitel retina berbentuk garis lurus (demarcation line) membatasi antara daerah retina yang lepas dengan yang masih melekat, atau pada yang berat ditemukan fibrosis vitreus berat (proliferative vitreo-retinopathy) hingga perlekatan retina hebat (star fold, napkins ring, fixed folds, subretinal bands).

Retina lepas akibat cairan serous di bawah retina tanpa robekan (exudative) Tanda klinisnya: a. b. c. Ditemukan retina lepas dengan bentuk permukaan relatif mulus disertai cairan bawah retina Tidak ditemukan robekan retina. Cairan subretina biasanya bullous dengan bentuk retina lepas sesuai dengan posture atau posisi tubuh, prinsipnya adalah cairan mencari tempat yang paling rendah. d. Pemeriksaan APD (afferent pupillary defect) mungkin ditemukan. Retina lepas karena tarikan akibat fibrosis vitreus seperti pada proliferative diabetic retinopathy (PDR), retinopathy of prematurity (tractional detachment). Disebut juga tractional. Tanda klinisnya: a. Ditemukan retina lepas, umumnya tidak terlalu tinggi kecuali pada riwayat neonatus prematur. b. Retina yang lepas berhubungan dengan traksi atau fibrosis yang terjadi di dalam vitreus, dengan detachmnet yang paling tinggi di tempat perlekatan traksi/fibrosis. c. Terkadang disertai dengan robekan retina akibat tarikan traksi/fibrosis. d. Tanda lainnya dapat ditemukan sesuai dengan penyakit penyerta atau yang mendasari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan oftalmologia. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat. 2. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia. Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan: a. Pemeriksaan konfrontasi Pemeriksaan konfrontasi yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri. b. Pemeriksaan perimeter atau kampimetri. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah. 2. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas. 4. 5. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu

ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis. 2. Scleral indentat Fundus drawing Goldmann triple-mirror Indirect slit lamp biomicroscopy

ANALISIS SINTESA Survey primer Airway : kaji kepatenan jalan napas, ada tidaknya batuk atau darah yang menghambat jalan napas Breathing : kaji frekuensi napas, bunyi napas, ada tidaknya penggunaan otot bantu pernapasan Circulation : kaji nadi, capilarry refill time. Survey sekunder 1. Anamnesa a) Factor resiko terhadap abrasi retina Penurunan penglihatan yang tiba-tiba Melihat pijaran api/fotopsia Tabir yang menutupi penglihatan c) e) a) Riwayat: operasi mata,injury atau trauma pada mata DM Rasa frustasi klien. Indirak ophtal moscope Untuk mengevaluasi adanya kerusakan retina dan lepasnya retina b) Funduscopy Akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat denagn pembuluh darah di atasnya. 3. Diagnose keperawatan Penurunan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan stimulasi visual d) Rasa lemas terhadap berkurangnya/gangguan penglihatan pada mata. 2. Pemeriksaan penunjang b) Kondisi ablasio yang terjadi seperti keluhan klien terhadap :

Kurrang mampu dalam : self care berhubungan dengan gangguan mobilitas dan terbatasnya aktivitas. 4. Diagnose keperawatan (tambahan) Kecemasan berhubungan dengan Kehilangan penglihatan tiba-tiba Potensial hilangnya penglihatan Potensial gangguan konsep diri : peran Potensial injury berhubungan dengan menurunnya penglihatan Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan post operasi repair retina. Potensial infekasi berhubungan denagn prosedur pembedahan Knowledge deficit denagan Proses penyakit Therapy/penanganan 5. Tujuan keperawatan Mencegah menurunnya/hilangnya penglihatan Mengurangi kecemasan klien Klien terhindar dari injury dan peningkatan rasa nyaman Klien dapat menggambarkan: Penggunaan obat-obatan yang benar Mengidentifikasi kondisi komplikasi Pembatasan aktivitas 6. Intervensi keperawatan Perawatan segera Istrahatlah pada mata denagn menutup mata dengan eye patch/drop Posisi klien dengan kepala lebih rendah/datar (berkurangnya akumulasi cairan pada retina) Pembatasan aktivitas (pemenuhan self care di bantu oleh perawat) Pemberian obat tetes mata cyclopgia (cegah kontraksi dan akomodasi pi[upil) Adaptasi klien denagn lingkungan

Orientasi lingkungan Penempatan barang dalam batas pandang. 7. Perawatan post operasi Monitor TTV setiap 15-30 menit Monitor drainage eye patch Pembatasan aktivitas Jika gunakan silicon oil (bed rest) Jika gunakan gas silicon (posisi kepala klien mata yang di operasi) face down position Hindari pergerakan menyentuk seperti: bersin,batuk,muntah (pemberian antimetic dan antitusif) Bantu klien dalam aktifitas mata (pada dop 2-3 hari) Monitor tanda-tanda infeksi dan iritasi pada pupil (laporkan) Beri obat tetes mata sesuai instruksi Observasi balutan. 8. Evaluasi Perawat mengevaluasi 1. Tidak terjadinya vision loss lebih berat 2. Klien mampu membatasi aktivitas visualnya (mampu adaptasi) 3. Klien mampu ambulasi tanpa injury/jatuh 4. Kecemasan berkurang 5. Peningkatan pengetahuan (penanganan,proses penyakit). 3. PENATALAKSANAAN Tirah baring dan aktivitas dibatasi Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina Pasien tidak boleh terbaring terlentang Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan pembedahan, pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara: 1. Retinopeksi pneumatik Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina. 2. Scleral buckle Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari. 3. Vitrektomi itrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan laser atau menggunakan tindakan kriopeksi.
1. Laser

Pembedahan laser digunakan untuk menutup lubang atau robekan pada retina yang

biasanya ditemukan sebelum terjadinya ablasio.Sinar laser yang digunakan adalah yang mampu menciptakan lingkungan yang terbakar pada retina, Laser akan menempatkan luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah retina.
2. Kriopeksi

Kriopeksi merupakan teknik membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina.Cara kerja kriopeksi yaitu dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan kembali cairan di belakang retina. Kriopeksi biasanya dilakukan pada pasien berobat jalan dan hanya memerlukan pembiusan local pada mata. Penempelan kembali retina yang sukses, terdiri dari penempelan robekan retina, dan pencegahan agar retina tidak tertarik lepas lagi. ASPEK LEGAL ETIK Menghargai klien manusia yang utuh dan unik tanpa membedakan umur, status social, latar belakang budaya, dan agama Menghargai kerahasiaan dan privacy klien Melindungi hak asasi manusia Menghargai keputusan yang dibuat klien & keluarga Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap diberikan Bekerjasama dengan teman sejawat, tim kesehatan untuk pelayanan keperawatan terbaik Bekerja sesuai dengan kewenangannya pelayanan keperawatan yang

Anda mungkin juga menyukai