Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Retinal Detechment


1. Pengertian
Retinal detachment atau ablasio retina adalah terpisah atau terlepasnya
retina dari koroid dan epitel pigmennya. Sel pigmen masih melekat erat dengan
membran Bruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid (Ilyas, 2015).

2. Tanda dan gejala


- Penglihatan kabur seperti ada tirai yang menutupi atau bergelombang
- Terlihat kilat- kilatan
- Terlihat bintik- bintik hitam yang mengapung
- Terlihat seperti ada lapisan hitam yang menutupi penglihatan
- Kulitas penglihatan menurun
3. Etiologi
a) Perubahan degeneratif
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di
koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke retina. Degeneratif retina
pada miopia menyebabkan 10-15 tahun lebih awal mengalami retina
detachment.
b) Trauma
Trauma tumpul dapat menyebabkan retina detachment akibat adanya
benturan yang menyebabkan terakumulasinya cairan di ruang sub retina.
c) Pembedahan mata sebelumnya
Pasien yang telah mejalani operasi katarak yang mengalami komplikasi
kehilangan vitreus maka kemungkinan terjadi retina detachment.
d) Akumulasi cairan
e) Tarikan badan vitreus
4. Klasifikasi
a) Retinal detachment regmatogenesa
Ablasi terjadi akibat robekan pada retina sehingga cairan mauk ke
belakang sel pigmen epitel pada retina. Retinal detachment traksi / tarikan
b) Retinal detachment eksudatif
Ablasi terjadi karena timbunan eksudat di bawah retina sehingga retina
terangkat. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan
dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstra vasasi).
5. Patofisiologi
Jika terjadi robekan pada retina sehingga vitreus dapat memasuki rungan
subretina dan ablasio progresif. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan
kontraktil pada permukaan retina maka dapat terjadi retinal detachment traksional
seperti pada retinopati proliferatif diabetes mellitus. Cairan yang terakumulasi
(jarang terjadi) dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi yang dapat terjadi
selama toksemia pada kehamilan menyebabkan retinal detachment eksudatif.
Retinal detachment idiopatik atau regmatogen terjadi karena robekan retina yang
sering terjadi pada pasien dengan miopia, usia lanjut dan afakia. Perubahan
degeneratif retina pada miopia atau usia lanjut juga terjadi di koroid yang akan
menyebabkan berkurangnnya aliran darah ke retina.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Tamsuri (2011) tanda dan gejala dari Retinal detachment adalah:
- Gejala dini : floaters dan fotopsia (kilatan halilintar kecil pada lapangan
pandang)
- Gangguan lapangan pandang
- Pandangan seperti tertutup tirai
- Visus menurun tanpa sertai rasa sakit
- Visus menurun
- Pada pemeriksaan fundus okuli, tampak retina yang terlepas berwarna
pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok di sertai atau
tanpa robekan retina.
7. Komplikasi
- Kebutaan
- PVR (Proliferatif Vitroretinopati)
- Kematian jaringan retina
- Infeksi
- Peningkatan TIO
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Oftalmologi
 Pemeriksaan visus
Terjadi penuruan tajam penglihatan.
 Pemeriksaan lapang pandang
Terjadi fotopsia atau pada lapang pandang tertentu seperti tertutupi
oleh tabir.
 Pemeriksaan funduskopi
Paling baik untuk diagnosis retinal detachment. Retina tampak
keabuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Pada akumulasi
cairan menyebabkan adanya pergerakan atau undulasi retina ketika
mata bergerak. Pada robekan retina menyebabkan warna merah muda
karena pembuluh koroid yang ada di bawahnya.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk megetahui penyakit penyerta lain seperti
diabetes mellitus, glaukoma dan kelainan darah.
3) Ultrasonografi
Dengan ocular b-scan ultrasonografi untuk diagnosis retinal detachment
dan keadaan patologis lainnya.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan retinal detachment adalah dengan operasi. Berikut macam
operasi adalah :
1) Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk memasukkan
cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium
yang menempel pada retina.
2) Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi
dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan
retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada
sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar. Peralatan tersebut dapat
mempertahankan agar retina tetap berhubungan dengan koroid dan sclera eksudat
dari pigmen epithelium lebih menutup sclera.
3) Photokoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan
dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi.
Epithelium menyerap sinar tersebut dan merubahnya dalam bentuk panas. Metode
ini digunakan untuk menutup lubang dan sobekan pada bagian posterior bola
mata.
4) Vitrektomi
Dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan
instrumen hingga ke cairan melalui pars plana. Setelah itu dilakukan pemotongan
vitreus. Tehnik ini biasa dipakai pada ablasio akibat diabetes mellitus ataupun
hemoragik vitreus.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
2) Keluhan utama
1. Adanya floater
Terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen
retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita
merasakan adanya tabir atau bayangan yang datang dari perifer (biasanya dari
sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak bersama-sama
dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata. Pada stadium awal,
penglihatannya membaik di malam hari dan memburuk di siang hari terutama
sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau mengendarai mobil di
jalan bergelombang.
2. Adanya bayangan dari pinggir
3. Pandangan memburuk di siang hari setelah aktifitas fisik
4. Penurunan tajam penglihatan
3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji kapan mulai timbul keluhan, berapa lama, intensitas, apakah semakin
membaik atau memberat, hal apa yang dapat meningkatkan keluhan serta hal apa
yang dapat menurunkan keluhan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan
dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada
mata.
5) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami
pasien dan miopi tinggi.
6) Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam
melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang
lain atau tidak.
2. Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama
tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga
dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk rumah sakit.
3. Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga
ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah
pelaksanaan operasi.
4. Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah
peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana
hubungan pasien dengan pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah
pelaksanaan operasi.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien.
Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien
menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.
6. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan
pikiran pasien.
7. Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang
paling sering muncul pada pasien.
7) Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
2. Pemeriksaan mata
1) Pemeriksaan segmen anterior :
a) Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien
post operasi ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.
b) Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya
adalah jernih.
c) Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah
masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
d) Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
e) Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan
mengalami hiperemi pada konjungtivanya.
2) Pemeriksaan segmen posterior :
a) Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
b) Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
8) Pemeriksaan diagnostik
a. Visus
Untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak dan
untuk mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Pengujian ini dengan
menggunakan kartu snelen yang dibuat sedemikian rupa sehingga huruf
tertentu yang dibaca dengan pusat optik mata membentuk sudut 500 untuk
jarak tertentu. Pada ablasio retina didapatkan penurunan tajam penglihatan.
b. Fundus kopi
Untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan retina, reflek
dan gambaran koroid.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
2) Cemas berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
perawatan post operasi
3. Intervensi
a. Pre Operasi
1) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cedera
menurun.
Kriteria Hasil :
- Resiko cedera tidak terjadi
- Klien mengerti pencegahan resiko cedera
- Klien mampu melakukan pencegahan resiko cedera
Intervensi :
1. Orientasikan klien terhadap ruangan tempat dirawat.
R : agar klien mengetahui kondisi ruangan tempat dirawat.
2. Dekatkan benda yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari klien.
R : agar klien mudah menjangkau dan keperluan sehari-hari terpenuhi.
3. Jauhkan benda yang dapat membahayakan klien.
R : untuk mengurangi resiko cedera.
4. Observasi aktifitas klien setiap hari.
R : untuk mengetahui perkembangan dan pencegahan resiko cedera.
2) Cemas berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam
diharapkan cemas berkurang / hilang.
Kriteria Hasil :
- Skala HARS berkurang / nol
- Ekspresi wajah rileks
- Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap cemas
Intervensi :
1. Berikan informasi yang tepat tentang penyakitnya.
R: informasi yang tepat diharapkan dapat menurunkan kecemasan
klien.
2. Motivasi klien untuk bersemangat dan yakin akan sembuh.
R: agar klien termotivasi untuk sembuh.
3. Anjurkan klien untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan bila ada hal
yang akan disampaikan tentang penyakitnya.
R: dengan berdiskusi maka akan memberikan informasi yang tepat dan
jelas.
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam
diharapkan nyeri berkurang / hilang.
Kriteria Hasil :
- Skala nyeri berkurang / nol
- Tanda vital dalam rentang normal
- Ekspresi wajah rileks
- Klien tenang
Intervensi :
1. Observasi tingkat nyeri.
R: untuk mengetahui perkembangan nyeri.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dengan nafas dalam.
R: tehnik relaksasi dengan nafas dalam diharapkan dapat mengurangi
nyeri.
3. Anjurkan untuk banyak istirahat.
R: istirahat dapat menghemat energi.
4. Berikan posisi senyaman mungkin.
R: klien dapat beristirahat senyaman mungkin sehingga nyeri akan
berkurang.
5. Observasi tanda vital setiap 3 jam sekali.
R: untuk mengetahui perkembangan keadaan klien.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
R: untuk mengurangi nyeri.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda infeksi
- Tidak ada faktor resiko infeksi
- Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1. Observasi tanda infeksi.
R: untuk mengetahui tanda awal infeksi.
2. Observasi tanda vital setiap 4 jam sekali.
R: untuk mengetahui perkembangan keadaan klien.
3. Jaga kebersihan area luka operasi dan rawat luka secara aseptik.
R: untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Anjurkan untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
R: nutrisi yang adekuat akan mempercepat proses penyembuhan luka
operasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
R: antibiotik sebagai agen pencegahan infeksi.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan
post operasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam
diharapkan kurang pengetahuan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Klien paham tentang perawatan post operasi
- Klien mampu mengerti perawatan post operasi
Intervensi :
1. Ajak diskusi klien dan keluarga.
R: agar klien dan keluarga dapat berkomunikasi dengan perawat
mengenai perawatan post operasi.
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan post operasi.
R: agar klien dan keluarga memahami bagaimana cara perawatan post
operasi.
3. Beri leaflet / catatan kepada klien dan keluarga.
R: dengan adanya leaflet klien dan keluarga dapat membaca kembali
dan mengingat bagaimana perawatan post operasi.

Anda mungkin juga menyukai