Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


RETINAL DETACHMENT DI RUANG MELATI RSUD Dr SOETOMO
SURABAYA
1.

Definisi
Retinal detachment atau ablasio retina adalah terpisah atau terlepasnya
retina dari koroid dan epitel pigmennya. Sel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari

2.

koroid mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid.


Etiologi
1) Perubahan degeneratif
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga
terjadi di koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke retina. Degeneratif retina
pada miopia menyebabkan 10-15 tahun lebih awal mengalami retina
detachment.
2) Trauma
Trauma tumpul dapat menyebabkan retina detachment akibat
adanya benturan yang menyebabkan terakumulasinya cairan di ruang sub
retina.
3) Pembedahan mata sebelumnya
Pasien yang telah mejalani operasi katarak yang mengalami
komplikasi kehilangan vitreus maka kemungkinan terjadi retina

3.

detachment.
4) Akumulasi cairan
5) Tarikan badan vitreus
Klasifikasi
1) Retinal detachment regmatogenesa
Ablasi terjadi akibat robekan pada retina sehingga cairan mauk ke
belakang sel pigmen epitel pada retina. Terjadi dorongan retina oleh
cairan vitreus yang masuk melalui robekan pada retina ke rongga
subretina sehingga retina mengapung dan lepas. Gejala retinal detachment
regmatogenesa adalah adanya fotopsia pada lapang pandang, pada
pemeriksaan funduskopi terlihat bahwa retina terangkat berwarna pucat
dan robekan retina berwarna merah serta jika pada saat bola mata
bergerak maka retina yang lepas akan bergoyang. Mata yang berbakat

untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi, pasca
retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi dibagian perifer,
50% ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama.
Ablasia retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan
perngelihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang nenutup.
Terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada ladang pengelihatan .
Ablasia retina yang berlokalisasi didaerah superotemporal sangat
berbahaya karena dapat mengangkat macula. Pengelihatan akan turun
secara akut pada ablasia retina bila lepasnya retina mengenai macula
lutes.Pada

pemeriksaan

funduskopi

akan

terlihat

retina

yang

lepas(ablasia) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam


badan kaca. Pada pupil terdapat adanya efek aferen pupil akibat
pengelihatan yang menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat
meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada ablasi yang telah
lama.
2) Retinal detachment traksi / tarikan
Ablasi karena tarikan jaringan parut pada badan kaca yang
mengakibatkan ablasi retina dengan gejala penurunan penglihatan tanpa
rasa sakit. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat
disebabkan diabetes mellitus proliferatif, trauma, dan perdarahan badan
kaca akibat bedah atau infeksi. Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam
badan kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau
fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut vitrektomi.
3) Retinal detachment eksudatif
Ablasi terjadi karena timbunan eksudat di bawah retina sehingga
retina terangkat. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya
cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Hal ini
disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis,
koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum.
Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan
retina terangkat terlihat cincin.Pengelihatan dapat berkurang dari ringan
sampai berat. Disebabkan oleh penyakit koroid dengan gejala penglihatan
berkurang dari ringan sampai berat serta dapat hilang (jika penyebab
hilang) atau menetap.

4.

5.

Tanda dan Gejala


1) Adanya floater dan fotopobia
2) Gangguan lapang pandang
3) Terlihat bayangan seperti tirai
4) Penurunan penglihatan tanpa disertai rasa nyeri
Patofisiologi
Jika terjadi robekan pada retina sehingga vitreus dapat memasuki
rungan subretina dan ablasio progresif. Jika retina tertarik oleh serabut
jaringan kontraktil pada permukaan retina maka dapat terjadi retinal
detachment traksional seperti pada retinopati proliferatif diabetes mellitus.
Cairan yang terakumulasi (jarang terjadi) dalam ruangan subretina
akibat proses eksudasi yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan
menyebabkan retinal detachment eksudatif.
Retinal detachment idiopatik atau regmatogen terjadi karena robekan
retina yang sering terjadi pada pasien dengan miopia, usia lanjut dan afakia.
Perubahan degeneratif retina pada miopia atau usia lanjut juga terjadi di
koroid yang akan menyebabkan berkurangnnya aliran darah ke retina.

6.

WOC

7.

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Oftalmologi

1. Pemeriksaan visus
Terjadi penuruan tajam penglihatan.
2. Pemeriksaan lapang pandang
Terjadi fotopsia atau pada lapang pandang tertentu seperti tertutupi
oleh tabir.
3. Pemeriksaan funduskopi
Paling baik untuk diagnosis retinal detachment. Retina tampak
keabuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Pada akumulasi
cairan menyebabkan adanya pergerakan atau undulasi retina ketika
mata bergerak. Pada robekan retina menyebabkan warna merah muda
karena pembuluh koroid yang ada di bawahnya.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk megetahui penyakit penyerta lain seperti
diabetes mellitus, glaukoma dan kelainan darah.
3) Ultrasonografi
Dengan ocular b-scan ultrasonografi untuk diagnosis retinal detachment
8.

dan keadaan patologis lainnya.


Penatalaksanaan
Penatalaksanaan retinal detachment adalah dengan operasi. Berikut
macam operasi adalah :
1) Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk
memasukkan cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat
dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
2) Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan
terjadi dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina,
mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah
silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut
melingkar. Peralatan tersebut dapat mempertahankan agar retina tetap
berhubungan dengan koroid dan sclera eksudat dari pigmen epithelium
lebih menutup sclera.
3) Photokoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil.
Dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang
mengalami pigmentasi. Epithelium menyerap sinar tersebut dan
merubahnya dalam bentuk panas. Metode ini digunakan untuk menutup
lubang dan sobekan pada bagian posterior bola mata.

4) Vitrektomi
Dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian
memasukkan instrumen hingga ke cairan melalui pars plana. Setelah itu
dilakukan pemotongan vitreus. Tehnik ini biasa dipakai pada ablasio
akibat diabetes mellitus ataupun hemoragik vitreus.
Komplikasi
1) Kebutaan
2) PVR (Proliferatif Vitroretinopati)
3) Kematian jaringan retina
4) Infeksi
5) Peningkatan TIO
10. Prognosis
Retinal detachment dapat diperbaiki dengan sekali pembedahan.
9.

Sesudah 6 bulan post operasi jika retina masih tetap melekat maka jarang
terjadi kekambuhan.

Konsep Asuhan Keperawatan


1.

Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
2) Keluhan utama
1. Adanya floater
Terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah,
pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadangkadang penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang datang
dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang.
Tabir ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi
lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam
hari dan memburuk di siang hari terutama sesudah stres fisik
(membungkuk, mengangkat) atau mengendarai mobil di jalan
bergelombang.
2. Adanya bayangan dari pinggir
3. Pandangan memburuk di siang hari setelah aktifitas fisik

4. Penurunan tajam penglihatan


3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji kapan mulai timbul keluhan, berapa lama, intensitas, apakah
semakin membaik atau memberat, hal apa yang dapat meningkatkan
keluhan serta hal apa yang dapat menurunkan keluhan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang
berhubungan dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi,
retinopati, trauma pada mata.
5) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti
yang dialami pasien dan miopi tinggi.

6) Pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah
dalam melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan
bantuan orang lain atau tidak.
2. Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan
selama tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan
operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk
rumah sakit
3. Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah
sakit. Juga ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum
dan setelah pelaksanaan operasi.
4. Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya.
Apakah peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga
ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain dirumah
sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri
pasien. Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana
pasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.
6. Pola sensori dan kognitif

Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara


berpikir dan jalan pikiran pasien.
7. Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan
stressor yang paling sering muncul pada pasien.
7) Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
2. Pemeriksaan mata
1) Pemeriksaan segmen anterior :
1. Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya
pada klien post operasi ablasio retina, palpebraenya akan
bengkak.
2. Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan
lensanya adalah jernih.
3. Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina
yang telah masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari
pemberian atropin.
4. Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
5. Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post
operasi akan mengalami hiperemi pada konjungtivanya.
2) Pemeriksaan segmen posterior :
1. Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
2. Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
8) Pemeriksaan diagnostik
a. Visus
Untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau
tidak dan untuk mengetahui sisa penglihatan yang masih ada.
Pengujian ini dengan menggunakan kartu snelen yang dibuat
sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat
optik mata membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio
retina didapatkan penurunan tajam penglihatan.
b. Fundus kopi
Untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan
retina, reflek dan gambaran koroid.
2.

Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
2) Cemas berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Post Operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan post operasi


2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
perawatan post operasi
3.

Intervensi
Pre Operasi
1) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cedera
menurun.
Kriteria Hasil :
- Resiko cedera tidak terjadi
- Klien mengerti pencegahan resiko cedera
- Klien mampu melakukan pencegahan resiko cedera
Intervensi :
1. Orientasikan klien terhadap ruangan tempat dirawat.
R : agar klien mengetahui kondisi ruangan tempat dirawat.
2. Dekatkan benda yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari klien.
R : agar klien mudah menjangkau dan keperluan sehari-hari terpenuhi.
3. Jauhkan benda yang dapat membahayakan klien.
R : untuk mengurangi resiko cedera.
4. Observasi aktifitas klien setiap hari.
R : untuk mengetahui perkembangan dan pencegahan resiko cedera.
2) Cemas berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam
diharapkan cemas berkurang / hilang.
Kriteria Hasil :
- Skala HARS berkurang / nol
- Ekspresi wajah rileks
- Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap cemas
Intervensi :
1. Berikan informasi yang tepat tentang penyakitnya.
R : informasi yang tepat diharapkan dapat menurunkan kecemasan
klien.
2. Motivasi klien untuk bersemangat dan yakin akan sembuh.
R : agar klien termotivasi untuk sembuh.
3. Anjurkan klien untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan bila ada hal
yang akan disampaikan tentang penyakitnya.
R : dengan berdiskusi maka akan memberikan informasi yang tepat
dan jelas.
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan post operasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam


diharapkan nyeri berkurang / hilang.
Kriteria Hasil :
- Skala nyeri berkurang / nol
- Tanda vital dalam rentang normal
- Ekspresi wajah rileks
- Klien tenang
Intervensi :
1. Observasi tingkat nyeri.
R : untuk mengetahui perkembangan nyeri.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dengan nafas dalam.
R : tehnik relaksasi dengan nafas dalam diharapkan dapat mengurangi
nyeri.
3. Anjurkan untuk banyak istirahat.
R : istirahat dapat menghemat energi.
4. Berikan posisi senyaman mungkin.
R : klien dapat beristirahat senyaman mungkin sehingga nyeri akan
berkurang.
5. Observasi tanda vital setiap 3 jam sekali.
R : untuk mengetahui perkembangan keadaan klien.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
R : untuk mengurangi nyeri.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda infeksi
- Tidak ada faktor resiko infeksi
- Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1. Observasi tanda infeksi.
R : untuk mengetahui tanda awal infeksi.
2. Observasi tanda vital setiap 4 jam sekali.
R : untuk mengetahui perkembangan keadaan klien.
3. Jaga kebersihan area luka operasi dan rawat luka secara aseptik.
R : untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Anjurkan untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
R : nutrisi yang adekuat akan mempercepat proses penyembuhan luka
operasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
R : antibiotik sebagai agen pencegahan infeksi.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan
post operasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam


diharapkan kurang pengetahuan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Klien paham tentang perawatan post operasi
- Klien mampu mengerti perawatan post operasi
Intervensi :
1. Ajak diskusi klien dan keluarga.
R : agar klien dan keluarga dapat berkomunikasi dengan perawat
mengenai perawatan post operasi.
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan post operasi.
R : agar klien dan keluarga memahami bagaimana cara perawatan post
operasi.
3. Beri leaflet / catatan kepada klien dan keluarga.
R : dengan adanya leaflet klien dan keluarga dapat membaca kembali
dan mengingat bagaimana perawatan post operasi.

Anda mungkin juga menyukai