Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengajar : Ns. Jumiarsih Purnama S. Kep,. M. Kep

ASUHAN KEPERAWATAN

NEUROMA AKUSTIK

DISUSUN OLEH KLP 3 :

DARNA 201701002

FERDIANSYAH SURNI 201701005

SARTIKA DEWI 201701016

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
NabiMuhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran
yangdiridhoi Allah SWT.

Makalah ini disusun agar dapat lebih memahami tentang Asuhan


Keperawatan Neuroma Akustik yang akan sangat berguna terutama untuk
mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................i
Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR .................................................................................3
A. Definisi .....................................................................................................3
B. Etiologi ....................................................................................................3
C. Factor Resiko ............................................................................................4
D. Klasifikasi .................................................................................................4
E. Patofisiologi...............................................................................................5
F. Manifestasi Klinis .....................................................................................5
G. Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................6
H. Penatalaksanaan ......................................................................................8
I. Komplikasi ..............................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................10
A. Pengkajian .............................................................................................10
B. Diagnosa keperawatan ..............................................................................12
C. Intervensi .................................................................................................12
BAB IV PENUTUP .............................................................................................16
A. Kesimpulan ..............................................................................................16
B. Saran .........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Schwannoma vestibular atau yang dikenal sebagai neuroma akustik
merupakan schwannoma yang terbanyak ditemukan di kepala dan leher.
Schwannoma sinonasal dapat timbul di vestibulum, septum, konka nasi, fosa
pterygopalatina, maupun sinus paranasal.1.2 Tumor sinonasal umumnya
berasal dari epitel, seperti papiloma, tumor kelenjar air liur, atau karsinoma.
Tumor jaringan lunak pada traktus sinonasallebihjarang terjadi dan didominasi
oleh lesi vaskular dan fibrohistiositik. 3 Presentasi klinis dari schwannoma
sinonasal hampir sama dengan tumor lain yang berada di area ini, yaitu
tergantung dari lokasi dan ukuran dari tumor.
Neuroma akustikus merupakan 6-8%  dari seluruh tumor intracranial,
sedangkan untuk daerah cerebello pontine tumor ini berkisar 75%, dari
seluruh kasus 5% Neuroma Akustik didapatkan bilateral berhubungan dengan
Neurofibromatosis tipe 2 (National Instituties of Health, 1991).
Di Amerika Serikat setiap tahun ditemukan 2000 – 3000 kasus baru
Neuroma Akustik dengan sebaran mulai decade 2 sampai decade 8, tertinggi
antara umur 50-60 tahun (National Instituties of Health, 1991). Sedangkan
kejadian Neuroma Akustik di Surabaya belum diketahui secara pasti. Di RSU
Dr Sutomo rata-rata dilakukan tindakan operasi 1 kali tiap bulan.
Walaupun secara histology tumor ini tergolong jinak, dan pertumbuhan
yang lambat akan tetapi lokasi yang berdekatan dengan batang otak, fungsi
pendengaran, fungsi keseimbangan dan fungsi motorik wajah sehingga
managemen yang tidak baik akan berdampak buruk bagi penderita (DR. dr.
Agus Turchan, Sp.BS (K), 2010)
Kemajuan penanganan Neuroma Akustik yang dilakukan secara
menyeluruh dengan melibatkan berbagai keahlian serta tambah baiknya sarana
diagnostic, teknik operatif, teknik anastesi telah menurunkan angka kematian
pasca dilakukan tindakan operasi dari 40% di awal abad 20 sampai 1% di
akhir abad 20, demikian komplikasi lesi nervus facialis menurun, serta

1
preservasi fungsi pendengaran telah meningkat pesat setelah dilakukan teknik
monitoring fungsi motorik nervus facialis dan auditorius selama dilakukan
pembedahan (propp et al, 2006).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medical Bedah III yang berupa
Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Neuroma Akustik
b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya Neuroma Akustik.
c. Untuk mengetahui factor resiko dari Neuroma Akustik.
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari Neuroma Akustik
e. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya Neuroma Akustik.
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Neuroma Akustik.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Neuroma Akustik
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Neuroma Akustik
i. Untuk mengetahui komplikasi dari Neuroma Akustik
j. Agar amahasiswa bisa membuat asuhan keperawatan tentang Neuroma
Akustik.

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh pada saraf
keseimbangan (vestibular) yaitu saraf menghubungkan bagian dalam telinga
dengan otak. Tumor otak ini disebut juga dengan vestibular schwannoma
karena tumbuh dari sel Schwann, sel yang menutupi saraf keseimbangan.
Itulah mengapa pengidap neuroma akustik biasanya akan mengalami
gangguan pendengaran dan keseimbangan tubuh.
Menurut Brunner & Suddart dkk (2002) Neuroma akustik adalah tumor
jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel schwan
pada bagian ventribuler saraf ini.
Secara umum Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan
biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat
tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis
posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari telinga batin Anda ke
otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat
menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.
B. Etiologi
Etiologi neuroma akustiik adalah :
1. Idiopatik
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum
di ketahui secara pasti penyebabnya).
2. Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak
adanya kedua gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki
sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka.
Satu NF2 gen diwariskan dari sel telur ibu dan NF2 satu gen diwariskan
dari sel sperma dari ayah. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu

3
mencegah pembentukan tumor pada sel saraf. Khususnya gen NF2
membantu mencegah neuromas akustik. Hanya satu gen berubah dan
berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah pembentukan neuroma
akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu
sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik
biasanya akan berkembang.
C. Faktor Resiko
Beberapa hal berikut ini meningkatkan risiko terjadinya
neuroma akustik:
1. Usia 30–60 tahun. Orang yang berusia 30–60 tahun lebih
berisiko mengalami penyakit neuroma akustik
dibandingkan yang berusia kurang dari 30 tahun atau lebih
dari 60 tahun.
2. Ada riwayat keluarga mengalami neurofibromatosis tipe-2.
Sekitar 5 persen penderita neuroma akustik memiliki
keluarga yang menderita neurofibromatosis tipe-2 (sejenis
tumor di kulit dan jaringan ikat yang terjadi karena
gangguan genetik).
3. Paparan radiasi sinar X. Seseorang yang pernah menjalani
radiasi di daerah kepala dan/ atau leher saat masa kanak-
kanak lebih rentan mengalami penyakit ini. Beberapa studi
juga mengungkapkan bahwa penggunaan telepon seluler
dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko
neuroma akustik, namun hal ini masih butuh diteliti lebih
lanjut.
D. Klasifikasi
Terdapat dua jenis neuroma akustik, yaitu:
1. Neuroma akustik unilateral, yaitu neuroma akustik yang hanya terjadi pada
satu telinga. Ini adalah jenis neuroma akustik yang paling sering terjadi.
2. Neuroma akustik bilateral, yaitu bila neuroma akustik menyerang saraf
pada kedua telinga. Jenis ini biasanya merupakan masalah genetik.

4
E. Patofisiologi
Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang
berada pada nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang
berasal dari nervus cochlearis.
Setelah tumor tumbuh cukup besar untuk mengisi kanalis auditorius
interna, maka tumor akan tumbuh terus biasanya menuju kearah medial yakni
rongga cerebellopatine angine dan bentuk tumor saat ini mencapai rongga ini
adalah speris.
Saat tumor mencapai diameter 2cm dan sudah berada di cerebellopantine
angle, tumor akan menekan permukaan lateral batang otak yang jika tumor
tumbuh lebih besar akan mendorong batang otak ke arah yang berlawanan.
Saat tumor mencapai diameter 4 cm tumor berkembang ke arah depan
dan menekan saraf trigenimus yang menimbulkan gejala nyeri wajah satu sisi.
Dan apabila tumor berkembang ke arah bawah akan menekan saraf IX, X, XII
dan menyebabkan kesulitan menelan.
Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan
menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya
hidrocepalus obstruktif. Terjadinya hidrocepalus akan menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraktanial dengan gejala nyeri kepala, mata
kabur, serta mual dan muntah.
F. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala neuroma akustik termasuk yang pertama dalam 90% dari
mereka dengan tumor adalah :
1. Gangguan pendengaran pada satu telinga, sering disertai dengan dering di
telinga atau tinnitus. Hilangnya pendengaran biasanya halus dan
memburuk secara perlahan, meskipun kadang-kadang tiba-tiba kehilangan
pendengaran dicatat tuli.

5
2. Hilangnya keseimbangan dan kegoyangan.
3. Vertigo berhubungan dengan mual dan muntah, dan tekanan di telinga,
yang semuanya dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi saraf
vestibulocochlear. Selain itu lebih dari 80% pasien telah melaporkan
tinnitus (paling sering sepihak dering bernada tinggi, kadang kadang mesin
seperti mengaum atau mendesis suara, seperti ketel uap).
4. Karena bagian keseimbangan dari saraf kedelapan adalah tempat tumor
muncul tumors besar yang memampatkan berdekatan batang otak dapat
mempengaruhi lokal saraf kranial lainnya Paradoksnya, saraf kranial ke 7
jarang terlibat pra-bedah, keterlibatan dari saraf trigeminal (CN V) dapat
menyebabkan hilangnya sensasi di terlibat sisi wajah dan mulut Kompresi
saraf kranial ketujuh dapat menyebabkan kejang, kelemahan atau
kelumpuhan otot-otot wajah. Double visi adalah langka gejala tetapi dapat
terjadi ketika saraf kranial 6 dipengaruhi. Saraf Glossopharyngeal dan
saraf vagus yang jarang terlibat, tetapi keterlibatan mereka dapat
mengakibatkan muntah atau menelan dan / atau kesulitan berbicara diubah
refleks. Tumor yang lebih besar dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial , Tumor terkait meningkatkan tekanan intracranial dapat
menyebabkan sakit kepala, kiprah kikuk dan kebingungan mental. Ini bisa
menjadi komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan
mendesak.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. MRI
Saat ini MRI merupakan standart diagnosis untuk  tumor di daerah
fossa posterior dan cerebellopontine angel, apalagi adanya functional MRI
Spectroscopy yang dapat membedakan berbagai kelainan Space
Occupying Process.
2. CT Scan

6
Dengan pemeriksaan CT Scan  gambaran tumor dan struktur di
sekitarnya lebih jelas, CT Scan mempunyai nilai lebih tinggi untuk melihat
sruktur tulang.
3. Rontgen Plain Photo
Daerah meatus akustikus interna mungkin tampak gambaran erosi dan
dilatasi pada daerah yang dicurigai.
4. Tes pendengaran
Baik menggunakan teknik bisikan, arloji, maupun garpu tala (Tes
Rinne dan tes Weber).
a. Test Rinne
Membandingkan hantaran melalui udara dan melalui tulang.
Caranya ialah garputala digetarkan, lalu diletakkan pada tulang di
belakang telinga dengan demikian getaran melalui tulang akan sampai
ke telinga dalam. Apabila pasien tidak mendengar bunyi dari garputala
yang digetrakan itu, maka garputala dipindahkan ke depan liang
telinga, kira-kira 2,5 cm jaraknya dari liang telinga. Hantaran disini
ialah hantaran melalui udara. Pada pasien yang pendengarannya masih
baik, maka hantaran melalui udara lebih baik dari hantaran melalui
tulang. Jadi garputala yang tadi diletakkan di tulang telinga belakang
telinga tidak terdengar lagi, ketika dipegang di dekat liang telinga akan
terdengar lagi, disebut uji rinne positif.
b. Test Weber
Membandingkan hantaran tulang telinga kanan dengan teling akiri.
Caranya garputala digetarkan kemudian diletakkan pada garis tengah
seperti di ubun-ubun, dahi, atau pertengahan gigi seri. Pasien dengan
gangguan pendengaran akan mengatakan bahwa salah satu telinga
lebih jelas mendengar bunyi garputala itu. Pada orang normal akan
mengatakan bahwa tidak mendengar perbedaan bunti kiri dan kanan.
Bila lebih keras ke kanan disebut lateralisasi ke kanan

7
5. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Pemeriksaan pada 12 nervus kranialis, dan lebih diutamakan pada N
trigeminus (N 5), N facialis (N7), N auditorius (N 8), N glasofaringeus (N
9), N vagus (N10), N hipoglosus (N 12)
H. Penatalaksanaan
Pengobatan neuroma akustik dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode pengobatan yaitu :
1. Audiometri dan Pemindaian
Pada tumor kecil dengan pertumbuhan lambat, dokter melakukan
pengamatan dengan audiometri dan tes pemindaian secara berkala.
Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai 1 tahun. Tujuan pemeriksaan
berkala untuk mengamati perkembangan tumor. Apabila tumor terus
membesar hingga menimbulkan gejala tertentu, diperlukan penanganan
lain.
2. Perawatan Mandiri di Rumah
Yakni dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Pengidap
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang secara rutin, tujuannya
untuk memantau ada atau tidaknya pertumbuhan tumor pasca operasi.
3. Operasi
Mikro untuk neuroma akustik adalah teknik satu-satunya yang
menghilangkan tumor. Operasi pengangkatan tumor adalah paling umum
untuk pengobatan neuroma akustik. Penatalaksanaan denga radiasi tidak

8
akan menghilangkan tumor, namun hanya akan memperlambat atau
menghentikan pertumbuhannya.
4. Stereotactic terapi radiasi
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh
empat metode gamma, radioterapi, terapi radiasi stereotactic juga disebut
Radiosurgery atau radioterapi. Radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang
besar. Tidak jelas berapa persentase tumor dikendalikan oleh metode ini
untuk waktu yang lama Di masa lalu ketika dosis radiasi yang lebih tinggi
digunakan, tingkat kegagalan sekitar 12% (yang kemudian diperlukan
operasi). Kebanyakan ahli bedah merasa bahwa tumor ini jauh lebih sulit
untuk dihilangkan setelah perawatan radiasi Radiasi tidak menghapus
tumor dan ketika tumor iradiasi pembedahan sering ditemukan bahwa
mereka telah tumbuh sel-sel tumor di dalamnya.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyebabkan penyusutan tumor
atau membatasi pertumbuhan tumor. Keberhasilan jangka panjang dan
risiko ini pendekatan pengobatan tidak diketahui. MRI periodik
pemantauan seluruh kehidupan pasien dianjurkan.
Terapi radiasi dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat
kadang-kadang terjadi bahkan bertahun-tahun kemudian. Terapi radiasi
dapat juga menyebabkan kerusakan pada saraf kranial tetangga, yang
dapat mengakibatkan gejala seperti mati rasa, nyeri atau kelumpuhan otot-
otot wajah. Dalam banyak kasus gejala-gejala ini sementara.
pengobatan radiasi juga dapat menginduksi pembentukan dari
schwannomas jinak atau ganas lainnya. Tipe ini pengobatan karenanya
mungkin kontraindikasi pada perawatan neuromas akustik dari pada
mereka yang NF2 yang cenderung untuk schwannomas mengembangkan
dan tumor lainnya.
I. Komplikasi
1. Paralis nervus facialis
Kelumpuhan saraf facialis terjadi karena adanya penekanan pada
nervus VII oleh tumor yang semakin membesar.

9
2. Kebocoran cairan cerebrospinal
Tumor tumbuh besar dan menekan otak kecil sehingga menyebabkan
hidrocepalus obstruktif.
3. Nyeri wajah dan kesulitan menelan
Karena tumor tumbuh terus menerus hingga berukuran sekitar 4 cm,
maka akan menekan saraf trigeminus dan menekan saraf cranial IX, X,
XII, sehingga nyeri wajah dan kesulitan menelan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. jenis kelamin
c. umur
2. Keluhan utama
Fugsi pendengaran klien menurun, mual dan muntah, pusing yang
berlebih.
3. Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4. Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami
pasien. Halini sangat di butuhkan karena pada Neuroma Akustik yang
beretiologi padaherediter atau keturunan.
5. Pengkajian fisik dan Pola-pola fungsi kesehatan
a. Inspeksi : pada telinga terlihat adanya benjolan/pertumbuhan
abnormal.
b. Palpasi : terasa nyeri ketika di palpasi area telinga bagian tengah .
c. Pola tata laksana hidup sehat

10
Biasanya ada riwayat mengenai gaya hidup klien yang tidak sehat.
d. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan untuk makan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut.
e. Pola eliminasi
Klien dengan Neuroma Akustik pola defekasinya lancar, peristaltic
usus normal, tidak terjadi inkontinensia urine.

f. Pola aktivitas dan latihan


Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena vertigo yang di alami
klien. kelemahan.
g. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola tidur dan
istirahat klien.
h. Pola hubungan dan peran
i. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan pendengaran.
j. Pola persepsi dan konsep diri
Pola pendengaran klien berkurang serta daya pemahaman terhadap
sesuatu tidak efektif. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah, tidak kooperatif.
k. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan/
kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan pada muka dan ekstremitas
normal.
l. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual
m. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

11
n. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan, vertigo.
(Marilynn E. Doenges, 2000).

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
2. Gangguan persepsi sensori (auditori) berhubungan dengan fungsi
pendengaran menurun.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
cairan inedekuat
4. Resiko cidera berhubungan dengan vertigo
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
Tujuan: nyeri berkurang atau nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
 Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.
 Menunjukkan / menggunakan perilaku untuk mengurangi
kekambuhan.
Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya ( dengan skala 0-10 ),
karakteristiknya ( misal : berat, berdenyut, konstan ), lokasinya,
lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
b. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
itu muncul.
c. Ajarkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang.

12
d. Berikan kompres dingin pada kepala.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi ( analgesic seperti asetaminofen,
ponstan, dan sebagainya ).
2. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan fungsi
pendengaran menurun.
Tujuan: meningkatkan kepekaan fungsi pendengaran klien.
Kriteria hasil:
 menunjukkan fungsi pendengaran yang lebih baik
 komunikasi dapat terjalin
Intervensi:
a. Hilangakn suara bising/stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhan
Rasional: menurunkan respon emosi yang berlebihan/bingung yang
sesuai dengan sensorik.
b. Catat adanya perubahan yang spesifik,gunakan instruksi verbal yang
sederhana dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional: membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami
gangguan dan mengidentifikasi peningkatan fungsi neurologis.
c. Berikan petunjuk (isyarat) pada orientasi realita.
Rasional: meningkatkan koping terhadap frustasi karena salah
persepsi.
d. Beriakan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan
gunakan musik.
Rasional: membantu menghindari masukan sensori pendengaran.
e. Kolaborasikan pada ahli fisioterapi,terapi pendengaran.
Rasional: berfokus dalam peningkatan evaluasi fungsi pendengaran.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
cairan inede kuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
 menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan.
 tidak mengalami mual dan muntah.

13
 Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi:
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
d. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan (hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang
lembut.Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
h. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan
atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.

14
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan vertigo
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
 Bebas dari cedera
 Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas
yang tepat.

Intervensi:
a. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
Rasional: program terapeutik dapat menjalin kerja sama antara perawat
dan klien
b. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
Rasional: pendampingan terhadap klien dapat mencegah jatuh, dan
cedera
c. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
Rasional: mengurangi resiko jatuh
d. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat.
Rasional: memudahkan klien untuk beraktifitas.
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan :  Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam maka
ansietas akan berkurang.
Kriteria Hasil :
 Tampak rileks.
 Melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Intervasi :
a. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien
b. Berikan penjelasan tentang hubungan antara penyakit dan gejalanya.
c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi
tentang prognose penyakit.

15
d. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur pembedahan 
sebelum dilakukan.
e. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya
lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus, menyebabkan
gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan. Juga dikenal
sebagai schwannoma vestibular, neuroma akustik mnerupakan penyebab
umum gangguan pendengaran. Penyebabnya 2 gen Neurofibromatosis
(NF2)yang diturunkan oleh ayah dan ibu. Tanda gejala gangguan
pendengaran, (tinnitus) di telinga yang terkena, kegoyangan, kehilangan
keseimbangan, Pusing (vertigo), wajah mati rasa dan kelemahan.
B. Saran
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran pada satu telinga,
biasanya bertahap dengan tanda gejala lainnya, dianjurkan sesegera di periksa
guna mengetahui dan mencegah neuroma akustik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2017. Neuroma Akusti- Gejala, Penyebab, Dan Mengobati-Alodokter.


Www.Alodokter.Com Diakses Tanggal 26 November 2019
Halodoc. 2019. Pengobatan Untuk Mengatasi Neuroma Akustik. Jakarta
Www.Halodoc.Com Diakses Tanggal 26 November 2019
Hutahaean, Fransiska & Muhtarum Yusuf. 2015. Pengalaman Klinis Penanganan
Scbwannoma Sinonasal (Laporan Kasus). Jurnal Tht – Kl Vol. 3
September-November 2015, Hlm 113-121
Maqdisi, Yhanis, Al. 2011. Makalah Askep Neuroma Akustik. Yhanis-
Almaqdisi.Blogspot.Com Diakses Tanggal 26 November 2019
Nigrum, Mulya. Neuroma Akustik. Www.Scbrid.Com Diakses Tanggal 26
November 2019
Nimas, Mita, Em. 2018. Neuroma Akustik. Https://Hellosehat.Com Diakses
Tanggal 26 November 2019
Sustrisno, Sigit. Asuhan Keperawatan Neuroma Akustik. Www.Academia.Edu
Diakses Tanggal 26 November 2019

17

Anda mungkin juga menyukai