Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang berjudul “Anatomi, Fisiologi, Pengkajian dan Diagnosa
Keperawatan Pada Indra Pendengaran” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan
sekelas atas bantuan dan kerjasamanya sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...1
C. Tujuan………………………………………………………………………….1
Bab II Pembahasan
A. Anatomi Indra Pendengaran……………………………………………………6
B. Fisiologi Indra Pendengaran……………………………………………………8
C. Gangguan Pada Indra pendengaran…………………………………………….9
D. Pengkajian Pada Indra Pendengaran……………………………………………10
E. Diagnosa keperawatan pada Klien Dengan Gangguan Indra pendengaran…….12
Bab III Penutup…………………………………………………………………………13
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk
dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat
ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu
adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki
lima / panca indera yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat
memberikan respon sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang
cacat indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia
normal. Indera Manusia ada lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi /
pengertian, yaitu :
1. Indera Penglihatan
Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk
gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan
cepat. Jumlah mata manusia ada dua buah yang bekerja saling menunjang satu sama lain.
Orang yang tidak memiliki mata disebut buta sehingga butuh bantuan tongkat, anjing
pemandu, dll untuk kemudahan dalam mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk
bergerak.
2. Indra Penciuman
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu
dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah
busuk dengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan
tersebut. Di dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.
3. Indra Pengecap
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-
benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah dapat merespon berbagai jenis dan macam
rasa seperti rasa manis, rasa pahit, rasa asam dan rasa asin. Kita dapat menikmati
makanan dan minuman karena adanya indra pengecap ini. Bagian lidah yang depan
berguna untuk merasakan rasa asin, bagian yang sebelah samping untuk rasa asam,
bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang
untuk rasa pahit.
4. Indra Pendengaran
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di
sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar
kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa
mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian
tengah dan bagian dalam.
5. Indra Peraba
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu,
sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor
yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di
sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dll.
Apabila dibagi ke dalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi ke dalam tiga grup
kelompok, yakni :
1. Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu
indra pembau (idung) dan indra pengecap (lidah). • Mekanoreseptor adalah alat indera
yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra
peraba (kulit) dan indra pendengaran (kuping). • Photoreseptor adalah alat indera yang
merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indra penglihatan atau mata. Berdasarkan
uraian diatas, maka kami akan membahas salah satu dari alat indera tersebut, yaitu
anatomi dan fisiologi pada indera pendengaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1. Anatomi dan fisiologi indera pendengaran ?
2. Mekanisme terjadinya pendengaran ?
3. Kelainan atau kerusakan yang terjadi pada indera pendengaran ?
4. Pengkajian pada sistem pendengaran?
5. Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan indera pendenfaran?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Sensori persepsi. Selain itu
diharapkan agar mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami panca indera khusunya dalam indera pendengaran.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari indera pendengaran
3. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya mekanisme pendengaran.
4. Mengatahui kelainan yang terdapat pada alat indera pendengaran.
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran.
BAB II. PEMBAHASAN
A. ANATOMI TELINGA
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga
tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga
dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk
diolah.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan.
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus
akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini
berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi
sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus
terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus
tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas
meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan
temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan
sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa,
yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak
setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga).
Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia
diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi
oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat
yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan
atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran
shrapnell. Liang ini berukuran panjang sekitar 2,5cm.
2. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis)
yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang
landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui
persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani,
sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian
dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan
telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah
fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau
fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang
tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat
dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi
suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi
membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika
menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan
usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut
terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga
tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan
permukaan luar membran tympani.
2. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang
antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan
garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika
telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan
terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum
timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus
di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan
didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih
hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di
dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada
sebelah kanan. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.
3. Test Swabach
Tujuan kita melakukan tes swabach adalah membandingkan daya transport melalui
tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Gelombang-gelombang
dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara.
Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale. Penguji
meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus.
Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan
akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar
suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi
pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak
mendengar suara.
4. Tes Audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan ketajaman audiometer. Alat ini
menghasilkan nada-nada murni dengan beragam frekuensi melalui earphone. Pada
setiap frekuensi, ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik
sebagai presentase dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran
obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling
terpengaruh.