OLEH
MAWAR HANDAYANI
113781202
CI LAHAN
CI INTITUSI
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kekerapan tumor di mata sangat kecil dibandingkan tumor di bagian tubuh yang
lain, sekitar satu persen saja. Tapi hal ini sangat penting karena mata alat vital dan
pengobatannya terkadang sulit sehingga harus mengorbankan penglihatan. Karena itu,
sering terjadi tawar-menawar antara dokter dengan pasien untuk mengangkat tumor
tersebut karena setiap pengangkatan tumor ganas mengharuskan tepi sayatan bebas dari
sel-sel tumor, artinya sayatan harus dilakukan beberapa milimeter sampai beberapa
centimeter di luar jaringan tumor.
Bisa dibayangkan, betapa sulit mengatur sayatan yang bebas tumor tanpa harus
mengorbankan bola mata. Kebanyakan pasien tidak ingin kehilangan matanya, sehingga
yang diangkat hanya sebagian, hal inilah yang menimbulkan kekambuhan dan akhirnya
membawa kematian.
II. TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini antara
lain sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui landasan teoritis tumor mata
B. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor mata
C. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor mata
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MATA
(PALPEBRA)
A. KONSEP DASAR MEDIS
I.
DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri
dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai kanker.
Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang
menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata,
seperti otot mata, saraf mata, dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi sebelah
medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan s fenoid. Sebelah
superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan
sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilari.
II.
ETIOLOGI
a. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang
b.
c.
d.
e.
f.
III.
KLASIFIKASI
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:
PATOPISIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik
yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita
pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada
anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan
prognosisnya jelek.
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa.
Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital
atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai
struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan
motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi
intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup
mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur,
keratitis, dan penipisan kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal,
dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat
bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
V.
MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri orbital
Jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran
khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
b.
Proptosis
Pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan
bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat
(lesi ganas).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Penglihatan ganda
Nyeri
Merah
Pembengkakan kelopak atau terlihatnya massa tumor
Mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotidkavernosa.
i.
Palpasi
Bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
j.
Pulsasi
Menunjukkan
lesi
vaskuler;
fistula
karotidkavernosa
atau
malformasi
Gerak mata
Sering
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital
(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
VI.
a.
b.
CT scan orbit
Menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap
perluasan keintrakranial.
c.
Venografi orbital
Mungkin membantu.
d.
Tomografi terkomputer ini sangat membantu karena dengan alat itu dapat terlihat
dengan jelas seluruh jaringan lunak orbita dan tulang-tulangnya sekalipun. Dengan
tomografi terkomputer diperoleh kesehatan nilai akurasi sampai sekitar 80-85 %, hal
ini dapat dicapai, oleh karena dengan pemeriksaan tomografi terkomputer tampak
perbedaan densitas jaringan yang rnembentuk jenis tumor tersehut Untuk lesi yang
terletak di retrobulbair dengan pemeriksaan tomografi terkomputer didapatkan nilai
akurasi 99.4 %. Hasil pemeriksaan tomografi terkomputer yang negatif palsu dapat
terjadi bila lesi terbatas di daerah bulbus okuli.
Pemeriksaan diagnostik pada mata secara umum sebagai berikut :
a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau
vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan
ke retina atau jalan optic.
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor
pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada
glaukoma.
e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic,
papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia
sistemik / infeksi.
VII.
PENATALAKSANAAN
Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe
tumor. Sebagian tumor orbita hanya membutuhkan terapi medis (obat-obatan) dan
sebagian membutuhkan tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total
massa tumor, sebagian lainnya tidak membutuhkan terapi. Kadang-kadang setelah
pengangkatan massa tumor pasien masih membutuhkan terapi tambahan seperti
radioterapi (sinar) dan kemoterapi.
a.
Tumor jinak
Memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
b.
Tumor ganas
Memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan
khemoterapi. Terkadang
Prioritas Keperawatan
a. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
b. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan
c.
Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan
KOMPLIKASI
a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
VIII.
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan
kebutaan.
b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi
(kerusakan) pada bagian epitel kornea.
c. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Makanan/ cairan
Mual / muntah (glaucoma akut)
c. Neurosensori
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
III.
PATOFLODIAGRAM
DAFTAR PUSTAKA
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito
Moyet.
(2003).Buku
Saku
Diagnosis
Keperawatan
edisi
10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Singapore
National
Eye
Centre.
(2010).
kondisi
mata
dan
perawatan
DATA UMUM
a. Identitas Klien
Inisial
: Ny S
Umur
: 34 Thn
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Guru Honorer
Alamat
: Bonto Ramba
Tgl Masuk RS
: 23 Juni 2014
Tgl pengkajian
: Musdalifah
Umur
: 22 Thn
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK (Kuliah)
Pekerjaan
: Pelajar/Mahasiswi
Alamat
: Bumi Batara
Hubungan
: Adik kandung
IV.
34
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X= Meninggal
---------= Tinggal serumah
G1: Klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya masih hidup.
GII: Klien mengatakan anak pertama dari 4 bersaudara, dan sekarang menderita tumor
palpebra.
GIII: Klien memiliki 1 orang anak dan sekarang dalam keadaan sehat.
V.
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
Hari: Senin, 23/06/2014, Jam: 12.35
a. Keadaan umum
Kehilangan berat badan
:Kelemahan
: Klien tampak gelisah.
Tinggat kesadaran
: Composmentis
Cirri-ciri
: tinggi, kulit sawo matang, berisi.
Tanda-tanda vital
: - TD : 110/70 mmHg
S
- N : 80x/menit
: 36,2 C
: 20x/menit
b. Head to Toe
1. Kepala : Bentuk Ovall, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri
tekan
2. Mata
6. Leher
pembesaran limfoid
7. Thorax : Pemeriksaan
Jantung
Paru- paru
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
Data Objektif
Klien terlihat menahan sakit dan menutupi mata kirnya dengan telapak tangan
Klien terlihat mengeluarkan air mata saat nyeri datang
Klien kurang merespon gerakan lawan bicara
Klien tampak banyak mengajukan pertanyaan.
Klien tampak cemas
Skali 4
Visus
: VOD : 2/20
Slit Lamp
: VOS : 2/20
ANALISA DATA
N
O
DATA
ETIOLOGI
DS:
Klien mengatakan
MASALAH
Basalioma
pandangannya tidak
jelas pada jarak
tertentu.
DO:
Klien kurang merespon
gerakan lawan bicara.
Visus: VOD: 2/20
Slit Lamp: VOS : 2/20
Gangguan Persepsi
Sensori Penalihatan
Devek lapang pandang
DS:
Klien mengatakan mata
kirinya terasa nyeri
Klien mengatakan
pusing.
Tumor
Fisik
Gangguan Nyaman
nyeri
DO:
Klien terlihat menahan
sakit dan menutupi mata
kirnya dengan telapak
tangan.
Klien terlihat
mengeluarkan air mata
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
DS:
Klien mengatakan
Tumor
Kurang
Pengetahuan
kurang mengetahui
mengenai penyakitnya
karena tidak pernah
Psikologis
mengalami sebelumnya
begitupun keluarga
tidak ada yang pernah
mengajukan pertanyaan.
4.
DS:
Klien mengatakan
khawatir dengan
Kurang pengetahuan
Tumor mata
kondisinya
DO:
Cemas
INTERVENSI KEPERAWATAN
N
O
DX.
KEPERAWATAN
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
b/d gangguan
penerimaan sensori
dari organ
penerima d/d:
DS:
Klien
mengatakan
pandangannya
tidak jelas pada
jarak tertentu.
DO:
Klien kurang
merespon
TUJUAN
Mempertahankan
ketajaman lapang
ketajaman
penglihatan tanpa
kehilangan lebih
lanjut.
Kriteria hasil:
Berpartisipasi
dalam program
pengobatan.
Mengenal
gagguan sensori
dan berkompensasi
terhadap
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji ketajaman
penglihatan/visus.
1. Untuk mengetahui
berapa jauh gangguan
pada sensori persepsi
penglihatan klien.
2. Orientasikan klien
terhadap lingkungan,
dan orang lain di
areanya.
2. Memberikan
peningkatan,
kenyamanan dan
kekeluargaan, serta
mampu menurunkan
cemas.
3. Letakkan barang
yang dibutuhkan
atau posisi bell
dalam jangkauan.
3. Memungkinkan klien
melihat objek lebih
muda dan
gerakan lawan
bicara.
Visus: VOD:
2/20
Slit Lamp:
VOS : 2/20
pengobatan.
Mengidentifikasi
/ memperbaiki
potensial bahaya
dalam
lingkungan.
memudahkan
pemanggilan
pertolongan bila
dibutuhkan.
4. Dorong
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan/kemungk
inan kehilangan
penglihatan.
4. Sementara intervensi
dini mencegah
kebutaan, klien
kemungkinan
menghadapi/mengala
mi pengalaman
penglihatan
sebagian /total.
Meskipun kehilangan
penglihatan telah
terjadi dan tidak dapat
diperbaiki,
kehilangan lebih
lanjut dapat dicegah.
5. Lakukan tindakan
untuk membantu
klien mengalami
keterbatasan
penglihatan.
2.
Gangguan rasa
nyaman nyeri b.d
adanya massa pada
mata d/d:
DS:
Klien
mengatakan
mata kirinya
terasa nyeri
Klien
mengatakan
pusing.
DO:
Klien terlihat
menahan sakit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam klien
diharapkan tidak
mengalami nyeri lagi
dengan KH:
Skala nyeri
menurun
Rasa pusing
berkurang
Air mata
berhenti
mengalir
1.
5. Menurunkan bahaya,
keamanan,
berhubungan dengan
pperubahan lapang
pandang atau
kehilangan dan
akomodasi pupil
terhadap sinar
lingkungan.
1. Untuk mengetahui
tingkat nyeri
2.
Lakukan
pendekatan dengan
klien dan keluarga.
3.
Menciptakan
lingkungan yang
nyaman.
3. Untuk
memberikan
ketenangan kepada
dan menutupi
mata kirnya
dengan telapak
tangan.
Klien terlihat
mengeluarkan
air mata saat
nyeri dating.
Skala nyeri 4
Kurang pengetahuan
tentang penyakit,
prognosis dan
pengobatan b.d
kurangnya informasi
d/d:
DS:
Klien
mengatakan
kurang
mengetahui
mengenai
penyakitnya
karena tidak
pernah
mengalami
sebelumnya
begitupun
pasien.
4.
5.
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 1x24 jam
diharapkan klien
dapat mengetahui dan
memahami tentang
penyakitnya dengan
KH:
Klien
mengatakan
mengetahui
tentang
penyakitnya
Klien tidak
tampak
bertanyatanya lagi
Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi.
4. Untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi
dengan tim medis
dalam memberikan
analgesik
5. Untuk mengurangi
rasa nyeri
1. Kaji pengetahuan
klien.
2. Jelaskan kepada
klien hal-hal yang
perlu
diperhatikan/dihinda
ri.
2. Agar proses
penyembuhan lebih
cepat.
3. Jelaskan kepada
klien tentang
pentingnya
pengobatan
mengikuti pengobatan
dan perawatan yang
diberikan
keluarga tidak
ada yang
pernah atau
menderita
penyakit yang
sama.
DO:
Klien tampak
banyak
mengajukan
pertanyaan.
Ansietas b/d
perubahan status
kesehatan d/d:
DS:
Klien
mengatakan
khawatir dengan
kondisinya
DO:
Klien tampak
cemas
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 1x24 jam
diharapkan ansietas
berkurang/terkontrol
dengan KH:
klien melaporkan
tidak ada
manifestasi
kecemasan
secara fisik.
Tidak ada
manifestasi
perilaku akibat
kecemasan
1. Kaji dan
dokumentasikan
tingkat kecemasan
klien.
1. Memudahkan
intervensi.
3. Alat untuk
mengidentifikasi
mekanisme koping
yang dibutuhkan untuk
mengurangi
kecemasan.
4. Menciptakan rasa
percaya dalam diri
klien bahwa dirinya
mampu mengatasi
masalahnya dan
memberi keyakinan
pada diri sendri yang
dibuktikan dengan
pengakuan orang lain
atas kemampuannya.
5. Anjurkan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
6. Sediakan informasi
factual (nyata dan
benar) kepada klien
dan keluarga
menyangkut
diagnosis, perawatan
dan prognosis.
7. Kolaborasi
pemberian obat anti
ansietas.
5. Menciptakan perasaan
yang tenang dan
nyaman.
6. Meningkatkan
pengetahuan,
mengurangi
kecemasan.
7. Mengurangi ansietas
sesuai kebutuhan