FITRI ANDRIYANI
5020031038
2. ETIOLOGI
Penyebab dari malformasi anorektal sejauh ini belum diketahui, namun
ada yang mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Tidak ada
faktor resiko jelas yang mempengaruhi seorang anak dengan anus
imperforate. Tetapi, hubungan genetik terkadang ada. Paling banyak kasus
anus imperforate jarang tanpa adanya riwayat keluarga, tetapi beberapa
keluarga memiliki anak dengan malformasi.
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
3. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter,
dan otot dasar panggul
beberapa faktor risiko yang diduga dapat menyebabkan terjadinya
malformasi anorektal diantaranya yaitu :
1. Pemakaian alkohol, oleh ibu hamil Pemakaian alkohol oleh ibu hamil
bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu
yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.
2. Teratogenik, Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa
menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.
Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Secara umum,
seorang wanita hamil sebaiknya: Mengkonsultasikan dengan dokternya
setiap obat yang dia minum, Berhenti merokok, Tidak mengkonsumsi
alcohol, Tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat
mendesak.
3. Gizi, gizi Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan
menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang
baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah
asam folat.
4. Faktor fisik pada rahim, Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan
ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah
cairan ketuban yang abnormal dapat menyebabkan atau menunjukkan
adanya kelainan bawaan.
3. TANDA GEJALA
1. Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya, atau justru lahir
tanpa lubang anus.
2. Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
3. Tinja pertama (mekonium) tidak keluar dalam jangka waktu 24–48
jam setelah lahir
4. Perut tampak membesar
5. Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra.
4. PATOFISIOLOGI/FATOFLOW DIAGRAM
Gangguan
pertumbuhan fusi,
Atresia ani /
pembentukan dari malformasi anorektal Feses tidak keluar
tonjolan embriogenik
Feses menumpuk
Perubahan defekasi :
- Pengeluaran tak
terkontrol
- Iritasi mukosa
Abnormalitas spingter Trauma jaringan
rektal
Perawatan tidak
Inkontinensia Fekal adekuat
Resiko
Gangguan Rasa Nyaman Infeksi
Nyeri Akut
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tindakan sementara
a. Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia, anak segera
untuk pembedahan, bila diduga ada malformasi rectum, pasien
harus segera dikirim ke ahli bedah yaitu untuk dilakukan kolostomi
transversum akut. Ada 2 tempat yang dilakukan kolostomi yang
dianjurkan dipakai pada neonatus dan pada bayi yaitu
transverskolostomi dan sigmoidkolostomi, selain kolostomi juga
bisa dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika perlu.
b. Pada malformasi anorektal pada laki-laki dilakukan insisi atau di
iris hanya pada garis hitam dikulitnya, kemudian diperlebar
perlahan-lahan dan apabila ada lubang dilanjutkan dengan
kelingking yang dilapisi Vaseline lalu didorong masuk sampai
teraba atau menonjol ujung rectum kemudian ujung rectum di
insisi tanpa dijahit.
c. Pada defek letah rendah langsung dilakukan terapi difinitif yaitu
anorektoplasti posterior sagittal (PSARP), sisanya dilakukan
kolostomi sementara.
6. ASUHAN KEPERAWATAN (SECARA KONSEP)
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Mayor Inkontinensia Fekal
DS : Atresia ani / b.d abnormalitas
malformasi anorektal
- Tidak mampu sfingter rectal
mengontrol
pengeluaran feses Feses tidak keluar
- Tidak mampu
menunda defekasi Feses menumpuk
DO :
- Feses keluar
sedikit-sedikit dan Peningkatan tekanan
intra-abdominal
sering
Minor
DS : Operasi anoplasik,
colostomi
-
DO :
- Bau feses Perubahan defekasi :
- Kulit perianal - Pengeluaran tak
terkontrol
kemerahan - Iritasi mukosa
Abnormalitas spingter
rektal
Inkontinensia Fekal
DO :
- Tampak meringis
Trauma jaringan
- Bersikap protekif
(mis. Waspada,
posisi menghindari Nyeri Akut
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi
meningkat
- Sulit tidur
Minor
DS :
-
DO :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan
berubah
- Proses berfikir
terganggu
- Menarik diri
- Diaphoresis
Ph
- Penurunan kerja
siliaris
- Ketuban pecah
lama
- Ketubah pecah dini
- Merokok
- Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekua-
tan pertahanan
tubuh skunder:
- Penurunan
hemoglobin
- Imununosu-
presi
- Leukopenia
- Supresi respon
inflamasi
- Vaksinasi tidak
adekuat
Abnormalitas
spingter rektal
nyaman
DO :
- Gelisah
Minor
DS :
- Sulit tidur
- Tidak mampu
rileks
- Mengeluh
kedinginan atau
kepanasan
- Merasa gatal
- Iritabilitas
- Mengeluh mual
- kelelahan
DO :
- menunjukkan
gejala disstres
- tampak merintis
atau menangis
- perubahan pola
eliminasi
- perubahan postur
tubuh
Rencana Keperawatan
DIAGNOSA OUTCOME INTERVENSI
KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
Inkontinensia Fekal Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi Fekal
b.d abnormalitas keperawatan selama 3x24 Observasi
sfingter rectal jam, maka Kontinensia - identifikasi masalah usus
Fekal dapat teratasi, - identifikasi pengobatan yang
dengan kriteria hasil : berefek pada kondisi
- pengontrolan gastrointestinal
pengeluaran feses - monitor BAB (mis. Warna,
meningkat frekuensi, konsistensi,
- defekasi membaik volume)
- frekuensi buang air - monitor tanda dan gejala diare,
besar membaik konstipasi, atau impaksi
- kondisi kulit Terapeutik
perianal membaik - berikan air hangat setelah
makan
- jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
- sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelakan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltic usus
- Anjurkan mencatan warna,
frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai toleransi
- Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
tinggi serat
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Herdi. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Penerapan
Diagnosis Medis Dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 1. mediAction:
Jogjakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI