A. Pengertian
Suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel
pigmen retina (Ilyas, 2012: 187).
B. Etiologi
C. PATOFISIOLOGI
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma,
akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong
retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga
retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca
1
(traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis,
koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut
pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca
bedah.
2
3. Ablasi Retina Tarikan atau Traksi
Terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan
mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan
kaca terdapat fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus, roliferatif,
trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
Gejala subjektif berupa merasa ada tirai yang menutupi lapang pandangan
mata yang menderita ablasio retina, merasa melihat adanya kilatan-kilatan cahaya
dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu sebelumnya. Merasa adanya
benang-benang yang melayang-layang di lapang penglihatan dalam berbagai
bentuk. Merasa melihat asap yang naik turun bila proses ablasio badan kaca
mengenai makula.
Gejala objektif lebih mudah dilihat pada pemeriksaan dengan slit lamp,
yang paling umum adalah tampak adanya red free light, kekeruhan prepapiler,
sering ditemukan garis-garis badan kaca yang menyerupai ablasi badan kaca.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina
adalah tajam penglihatan, penglihatan warna, lapang pandang. Pemeriksaan
objektif adalah elektroretinograf (ERG), elektrookulograf (EOG), dan visual
evoked respons (VER) (ilyas, S.2011)
3
Gambar 4. Pemeriksaan Indirek retina
2. Ketajaman penglihatan
Penderita mengeluh tajam penglihatan menurun, penglihatannya seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakin luas.
3. Tes refraksi
4. Respon reflek pupil
5. Gangguan pengenalan warna
6. Pemeriksaan slitlamp
7. Tekanan intraokuler
8. USG mata
Prosedur ini dilakukan bila kondisi media kerus, sehingga tidak dapat
dilakukan pemeriksaan menggunakan indirek
4
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Penanganan ablasio retina adalah dengan pembedahan, yang dilakukan
sesegera mungkin. Tindakan bertujuan untuk melekatkan kembali bagian retina
yang lepas dengan krioterapi atau laser. Berbagai teknik operasi dikembangkan
diantaranya adalah : pneumatix retinopexy, scleral bulking dan vitrektomi
(Ilyas, 2012 : 190).
1. Pneumatic retinopexy
Merupakan metode yang sering digunakan terutama pada robekan
tunggal pada bagian superior retina. Tujuan dari prosedur ini adalah
untuk menutup kerusakan pada retina dengan gelembung intra ocular
sehingga cairan subretina di reabsorbsi. Teknik pelaksanaan prosedur
ini ialah dengan penyuntikan gas SF6/C3F8 pada rongga vitreus
5
3. Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, dan juga ablasio rematogen yang disertai traksi vitreus atau
perdarahan vitreus.
b. Keperawatan
1) Sebelum Operasi
Anjurkan pasien mencuci rambut dengan shampo 1 hari sebelum
prosedur dilakukan, dan pastikan kebersihan tubuh dengan mandi yang
bersih
Puasakan pasien 6 jam sebelum prosedur dilakukan.
Untuk pasien wanita, dilarang menggunakan perhiasan maupun riasan
di wajah
Apabila menggunakan gigi palsu harus dilepas (kecuali bila
pemasangan permanen)
2) Setelah Operasi
Memberikan edukasi pada pasien untuk:
Mengkonsumsi obat peroral maupun obat tetes mata sesuai anjuran
dokter
Hindari benturan maupun tusukan pada mata yang dioperasi
Jangan menggosok mata yang di operasi
Mata yang di operasi tidak boleh terkena air selama 1 minggu, mandi
dapat dilakukan seperti biasa namun bagian wajah dibersihkan dengan
handuk basah yang bersih
Bila akan cuci rambut harus dilakukan posisi menengadah
Tidak melakukan intim suami-istri selama 1 minggu
Jangan mengangkat benda berat
6
Jika keluar rumah, mata yang di operasi harus ditutup verban atau
dengan dop selama 1 minggu, tiap hari verban diganti 2x sehari dan
hindari debu
Tidak ada pantangan dalam hal makanan, dianjurkan makan berserat
dan banyak minum
Jika mengalami batuk harus segera berobat ke dokter
Bila dilakukan pemasangan Silikon oil atau gas SF6/C3F8 maka pasien
posisi tidur telungkup 8-10 jam perhari
Apabila diberikan gas SF6/C3F8 tidak boleh naik pesawat udara selama
14-30 hari setelah operasi
Kontrol 1 minggu paska operasi
Bila ada keluhan nyeri hebat atau penglihatan menurun segera kontrol
dokter walaupun belum waktunya
H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal setelah pembedahan
a. Peningkatan TIO
b. Glaukoma
c. Infeksi
d. Ablasio koroid
e. Kegagalan pelekatan retina
f. Ablasio retina berulang
2. Komplikasi lanjut
a. Infeksi
b. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
c. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
d. Diplopia
e. Kesalahan refraksi
f. Astigmatisme
7
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat Penyakit sekarang
Mengeluh adanya bayangan hitam bergerak, Melihat benda bergerak seperti
tirai, penglihatan kabur.
3. Riwayat Keluarga : Penyakit mata dalam keluarga, DM, HT
4. Riwayat penyakit dahulu : Penyebab timbulnya ablasio retina yaitu myopi,
retinitis, trauma, degerasi perifer.
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual : Meliputi informasi dan tanggapan pasien
tentang penyakit dan pengaruh sakitnya terhadap cara hidup, perasaan
terhadap penyakit dan therapinya, pekerjaan dan lingkugannya .
6. Pemeriksaan fisik :
Visus : Untuk melihat ketajaman penglihatan (menurun)
Funduskopi : retina berwarna abu – abu, permukaan retina tidak rata
Refraksi : Kelainan refraksi mata myopi.
Flurensin anglografi : Kebocoran didaerah para papilaris dan daerah
yang berdekatan dengan ruptur serta terliha gangguan permebialitas
koriokapilaris akibat rangsangan langsung badan kaca pada choroid.
USG : Terlihat lubang pada retina yang berbentuk ladam
kuda. Lubang kecil atau bulan sabit.
8
J. PATHWAY KEPERAWATAN
Ablasio retina
ↆ Tindakan operasi/kurang informasi kurang pengetahuan/informasi
Cahaya tidak jatuh tepat di povea ↆ
ↆ
ↆ Terdapat luka terbuka
Persepsi bayangan seperti tirai ↆ pola koping tidak efektif
ↆ Pintu masuk sumber infeksi ↆ
Penurunan tajam penglihatan ↆ
ↆ Resiko infeksi timbul rasa khawatir berlebih
Resiko injury ↆ
Merangsang mediator
nyeri
ↆ
Gangguan rasa
nyaman nyeri
9
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus ablasio retina adalah sebagai berikut
Pre-operasi:
1. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Post operasi
10
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN
1. Resiko cedera berhubungan Setelah dilakukan perawatan, selama 1x24 1. Pakaikan penanda resiko jatuh pada gelang pasien
dengan ketidakmampuan jam cidera tidak terjadi, dengan kriteria: 2. Pasang penanda resiko jatuh berupa segitiga berwarna kuning
mengenali lingkungan, Pasien dapat beradaptasi dengan pada tempat tidur pasien
keterbatasan lapang pandang, lingkungan ruang rawat 3. Memasang standing akrilik pada meja pasien
kelemahan fisik Keluarga ikut terlibat dalam perawatan 4. Atur posisi tempat tidur pada posisi rendah
pasien 5. Tempatkan pasien dekat dengan nurse station
Pasien dan keluarga mampu 6. Dekatkan bel pada pasien
melakukan tindakan-tindakan 7. Pasang handrail
pencegahan cedera 8. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
9. Menghidupkan lampu dimalam hari
10. Cek kondisi pasien tiap 8 jam
11. Bantu pasien dalam melakukan mobilisasi
12. Berikan penjelasan pada pasien tentang pencegahan pasien jatuh
13. Biarkan pintu terbuka kecuali pada pasien kasus isolasi
14. Evaluasi therapy yang diberikan
2. Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan perawatan, selama 1x24 1. Kaji kembali tingkat kecemasan pasien
dengan kurang efektif jam, kecemasan pasien berkurang, dengan 2. Observasi TTV tiap shift
penerimaan informasi tentang kriteria: 3. Berikan pasien kesempatan untuk mengekspresikan
penyakit, persiapan tindakan, Pasien tanpak rileks perasaannya
koping kurang efektif TTV dalam batas normal 4. Kaji pengetahuan pasien mengenai tahapan operasi
terhadap perubahan status pasien mengetahui tentang penyakit, 5. Beri penjelasan secara individu tentang tahapan pelaksanaan
persiapan tindakan, memiliki koping operasi
11
DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN
kesehatan atau perubahan efektif terhadap perubahan stattus 6. Berikan motivasi untuk memperkuat semangat dalam
peran kesehatan atau perubahan peran menghadapi operasi
pasien dapat melakukan teknik relaksasi 7. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
nafas dalam 8. Sarankan pada pasien dan keluarga untuk berdoa sesuai dengan
keyakinannya sebelum diantar ke kamar operasi
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 1. Kaji tingkat nyeri dan intensitas nyeri
dengan luka operasi jam, rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria: 2. Observasi TTV tiap shift
Pasien mengatakan nyeri berkurang 3. Atur posisi tidur senyaman mungkin
Skala nyeri turun 4. Anjurkan pasien unuk istirahat di tempat tidur
TTV dalam batas normal 5. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
6. Jelaskan penyebab nyeri
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgesic
4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 1. Ukur TTV
dengan kurang efektif jam, infeksi tidak terjadi dengan kriteria: 2. Ukur visus pre dan post operasi
penerimaan informasi tentang TTV dalam datas normal 3. Beri penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan
perawatan sebelum dan Tidak ada tanda-tanda infeksi sebelum tindakan operasi
sesudah tindakan Pasien mampu melakukan perawatan 4. Lakukan perawatan mata dengan tehnik aseptik dan antiseptik
sebelum dan sesudah tindakan 5. Bersihkan mata yang telah dioperasi dengan kapas lembab steril
dan ganti verban setiap hari
6. Jaga kebersihan tempat tidur pasien
7. Anjurkan pasien agar mata yang dioperasi tidak terkena air
selama 2 minggu
12
DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN
8. Ajarkan pasien/keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah memberikan obat tetes/salf
9. Beri pendidikan kesehatan tentang perawatan mata di rumah
10. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik topikal/oral
5. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan perawatan selama 1. Observasi TTV tiap shift
mual berhubungan dengan 1x24jam, rasa nyaman terpenuhi dengan 2. Atur posisi istirahat semi fowler
efek sekunder anesthesi kriteria: 3. Anjurkan pasien untuk minum air hangat
TTV dalam batas normal 4. Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering
Mual berkurang 5. Libatkan keluarga dalam aktifitas pasien
Kebutuhan nutrisi terpenuhi 6. Kolaborasi dengan dokter bila perlu untuk pemberian therapi
13