(ALBASINO RETINA)
OLEH: KELOMPOK 4
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KONSEP MEDIS
1. Delinisi
Ablasio berasal dari bahasa Larin ablatio yang berarti pembuangan atau
terlepasnya salah satu bagian badan. Ablasio retina non regmatogen atau ablasio
retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat dibawah
retina dan mengangkat retina. Ablasio retina non regmatogen dapat terjadi walaupun
tidak terdapat pemutusan retina atau traksi vitreoretina (Vaughan. GD. 2010).
Adalah kelainan mata dimana lapisan sensori retina terlepas dari lapisan epitel
pigmen retina. Antara kedua lapisan tersebut tidak terdapat taut yang erat, sehingga terjadi
akumulasi cairan subretinal di antara kedua lapisan tersebut. (Kanski JJ. 2011).
Ablasio Retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari
sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara embriologis (prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM,dkk).
2. Etiologi
1) Gejala subyektif:
Penderita mengeluh dan merasa seperti ada tirai yang menutupi
sebagian lapangan pandangan pada mata yang menderita ablasio retina. Dengan
anamnesis yang teliti kita dapat mengetahui adanya banyak penderita
yang sering merasakan melihat adanya kilatan-kilatan cahaya-cahaya
(fotopsia) pada mata yang menderita ablasio beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelumnya. Metamorfopsi berupa makropsi dan mikropsi. Karena cairan
ablasi bergerak rnencari ternpat yang rendah maka penderita merasakan seolah-
olah melihat suatu tirai yang bergerak kesuatu arah.Bila terjadi dibagian
temporal, dimana terletak macula lutea, maka visus sentral lenyap.Sedangkan
bila terdapat dibagian nasal, visus sentral lebih lambat terganggu. Lambat
laun tirai rnakin turun dan menutupi sama sekali matanya, karena terdapat ablasi
retina total, sehingga presepsi cahayanya rnenjadi 0 (nol)
2) Gejala Objektif:
Dengan oftalmoskop kita dapat melihat retina yang berwarna abu-abu
dengan patan-lipatan yang berwarna putih Gambaran koroid yang normal tidak
tampak terlihat retina yang berlipat-lipat, yang berubah-ubah bentuknya bila
kepala digerkan.Lipatan ini menetap bila disebabkan tarikan oleh badan kaca,
walaupun kedudukan kepala berubah. Pembuluh darah menjadi berwarna lebih
gelap, berkelok-kelok dan tarnpak tidak dalam satu daratan.
4. Patofisiologi
Ablasio non regmatogen (tanpa robekan retina), terjadi karena adanya eksudat
di bawah lapisan retina, misal pada:
a. lnflamasi okuler, yaitu: Vought Koyanagi Harada Disease.
b. Penyakit vaskuler okuler, yaitu: coat's disease.
c. Penyakit vaskuler sistemik, yaitu: hipertensi maligna
d. Tumor intra okuler, yaitu: melanoma khoroid hemangioma.
Penyakit epitel pigmen retina, koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada
skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum,
penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah
retina dan koroid (ekstravasasi) ,transudat dan eksudat yang terkumpul dalam
celah potensial ,retina terangkat (terpisahnya sel kerucut dan batang dengan sel
epitel pigmen), ablasio retina non regmatogen (ablasio retina eksudatif), ablasi
retina tanpa didahului dengan robekan. (American Academy of Ophthalmology. 2011)
5. Penatalaksanaan
Pada kasus ablasio retina non regmatogen yang terjadi karena penirnbunan
eksudat akibat dari penyakit lain maka pengobatan dapat dilakukan pada penyakit
yang menjadi penyebabnya. Pemberian azetilzolamin 0,% dapat membantu
mempercepat penyerapan penyerapan eksudat pada kasus ablasio retina non regmatogen.
Teknik operasi dilakukan untuk rnerekatkan kembali retina.
KONSEP KEPERAWATAN
Seorang pasien datang ke rumah sakit A dengan keluhan mata kiri mendadak kabur
± 10 hari yang lalu sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat
melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu. Kedua mata
kabur tidak dapat melihat dengan jelas terutama mata kiri hanya terlihat bayangan hitam
seperti ombak,kilatan cahaya tidak tampak.
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 39 tahun
TTL : 12 Mei 1962
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.veteran selatan No.3R.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Lama bekerja :-
MRS : 5 April 2017
Keluarga terdekat : Suami
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Pegawai PT.POS Banyuwangi
Alamat : Banyuwangi.
Data laboratorium
Tanggal 05 April 2017
Darah lengkap : Urine lengkap :
- Hb : 11,5 gr% - Leukosit 25 /ul (+)
- LED : 20 mm/l - Eritrosit 25 /ul (+)
- Leuko : 5.100 X 109 /dl - Warna : kining muda
- Thrombosit : 240 X 109 /L - Kekeruhan : Jernih
Pengobatan :
Atropin 1 % 2 X 1 tts OS
Analisa Data
T Tanggal Kelompok Data Kemungki Masala Diagnosa
nan Penyebab h Keperawatan
05/04/2017
DS:Kx.mengeluh mata Lep Lepasnya Per Pe Perubahan
Kirinya tidak bisa saraf sensori Perubahan persep-si
Melihat/kabur se-jak retina persepsi sensori melihat
10 hari yang lalu, yg . sensori berhubungan
tampak hanya melihat de-ngan efek
bayangan hitam spt dari lepasnya
ombak saja. saraf senori dari
DO: VOS 1/300PI BSA re-tina
TOS 10,2 mmHg
FdOS = FR (+)
Pupil N II batas
Tegas, retina
blass
(+),makula reff see
¯,
tear belum
ditemu
kan.
2. Diagnosa
a. Perubahan persepsi sen sori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya
saraf sensori dari retina.
b. Ansietas yang berhu-bungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
3. Intervensi
Dx1 :
Anjurkan klien untuk bed rest total.
Berikan penjelasan tujuan bed rest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir, batuk,
bersin, muntah.
Jaga kebersihan mata.
Berikan obat tetes mata. Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran
dokter.
Dx 2 :
Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit & prog
nosisnya.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijang kau oleh klien.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ ketegangan.
4. Implementasi
Dx 1:
Menganjurkan klien untuk bed rest total, usahakan tidur terlentang.
Memberikan penjelasan tujuan bed rest total.
Menghindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir,
batuk, bersin, muntah.
Menjaga kebersihan mata, ditutup dengan kassa, tidak boleh menggosok mata.
Memberikan obat tetes mata Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran
dokter. Atropin tetes 1% 2x1 tetes OS.
Dx 2 :
Mengkaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik, sesuai respon yang
diberikan klien.
Memberikan kenya-manan dan ketentraman hati.
Memberikan penje- lasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit &
prognosis nya.
Memberikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien.
Menggali intervensi yang dapat menurunkan ansietas. Menanyakan
hobi/kegemaran klien
Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ ketegangan.
Mendengarkan musik/radio.
5. Evaluasi
07-04-2017
S: Klien mengeluh mata kiri nya masih kabur.
O:VOS1/300 PI BSA
TOS10,2 mmHg
FdOS= FR (+)
Pupil N II batas Te- gas, retina blass (+), makula reff ¯, belum
ditemukan.
A: Masalah klien belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
07-04-2017
S: Klien menanyakan rencana operasinya.
O: Klien terus bertanya tentang rencana operasinya.
A: Masalah klien belum teratasi.
P: Lanjutkan itervensi
Daftar pustaka
Ilyas S,SpM, dkk. 2014 Ilmu Penyakit Mata edisi kelima.Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Kanski JJ, Bowling B, editors. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.
Elsevier, 2011
Sagung Seto llyas, S. 2011. llmu Penyakiy Mata, Ed 4 Jakarta: Fakultas
kedokteran