Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SISTEM SENSORI PERSEPSI

(ALBASINO RETINA)

OLEH: KELOMPOK 4

1) ATHIUL MA’RIFA (NH0113165)


2) SURYA NINGSI (NH0115107)
3) NUR SYAMSINAR (NH0115115)
4) NUR HARTINI (NH0115121)
5) NUR MAWADDAH (NH0115127)
6) NURUL AFIAH (NH0115133)
7) RANI ASTUTI (NH0115141)
8) RIBKA DJILARFOIN (NH0115148)
9) RISMA PAGIRIK (NH0115154)
10) SERLY BANNA K (NHO115160)
11) SRIWAHYUNI (NH0115168)
12) TANTRI LESTARI (NH0115176)
13) WINDI DAMAYANTI (NH0115183)
14) YOAN KEILAYOKA (NH0115191)
15) ZETPRIANIS.PANGGALO(NH0115198)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
KONSEP MEDIS

1. Delinisi

Ablasio berasal dari bahasa Larin ablatio yang berarti pembuangan atau
terlepasnya salah satu bagian badan. Ablasio retina non regmatogen atau ablasio
retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat dibawah
retina dan mengangkat retina. Ablasio retina non regmatogen dapat terjadi walaupun
tidak terdapat pemutusan retina atau traksi vitreoretina (Vaughan. GD. 2010).

Adalah kelainan mata dimana lapisan sensori retina terlepas dari lapisan epitel
pigmen retina. Antara kedua lapisan tersebut tidak terdapat taut yang erat, sehingga terjadi
akumulasi cairan subretinal di antara kedua lapisan tersebut. (Kanski JJ. 2011).

Ablasio Retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari
sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara embriologis (prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM,dkk).

2. Etiologi

Ablasio retina eksudatif texudotivc retinal detachment) umumnya terjadi


sekunder dari penyakit lain. Ablasio retina eksudatif dapat terjadi karena adanya
kerusakan epitel pigmen retina (pada keadaan normal berfungsi sebagai outer
barrier), karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai
sebab atau penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan (Vaughan, GD.
2010).

Ablasio retina eksudatif disebabkan penyakit epitei pigmen retina dan


koroid penyakit-penyakit degeneratif, inflamasi dan infeksi, serta neovaskularisasi
subretina akibat bermacam-macam hal kelainan ini dapat terjadi pada skleritis,
koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea,idiopati toksemia gravidarum (llyas, S.
2011).
Tumor koroid atau retina yang tumbuh kedepan, menyebabkan lepasnya
retina dari epitel pigmen, kemudian disusul dengan timbulnya eksudasi oleh karena
rangsangan, cairan ini mengumpul didalam celah potensial, menyebabkan ablasi
retina. Misalnya pada retinoblastoma, melanosarkoma.

Transudat, pada hipertensi, retinopati nefretika, Coat's disease.Eksudat, pada


korioditis.Transudat dan eksudat yang terkumpul dalarn celah pctensial, menyebabkan
ablasi retina tanpa didahului dengan robekan.

3. Tanda dan Gejala


Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Gejala yang sering dikeluhkan
penderita adalah :
a. Floaters (terlihatnya benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigrnen retina yang lepas atau degenerasi
vitreus itu scndiri.
b. Photopsia/light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya sumber cahaya di
sekitarnya yang, umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam kerernangan
cahaya atau dalam keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan. penderita mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tira yang semakin Jama sernakin luas. Pada keadaan yang telah
lanjut, dapat terjadi penurunan tajam pengl i ha tan yang be rat
d. Ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mula
bagian bawah bola mata dan akhirnya menutup pandangan.

1) Gejala subyektif:
Penderita mengeluh dan merasa seperti ada tirai yang menutupi
sebagian lapangan pandangan pada mata yang menderita ablasio retina. Dengan
anamnesis yang teliti kita dapat mengetahui adanya banyak penderita
yang sering merasakan melihat adanya kilatan-kilatan cahaya-cahaya
(fotopsia) pada mata yang menderita ablasio beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelumnya. Metamorfopsi berupa makropsi dan mikropsi. Karena cairan
ablasi bergerak rnencari ternpat yang rendah maka penderita merasakan seolah-
olah melihat suatu tirai yang bergerak kesuatu arah.Bila terjadi dibagian
temporal, dimana terletak macula lutea, maka visus sentral lenyap.Sedangkan
bila terdapat dibagian nasal, visus sentral lebih lambat terganggu. Lambat
laun tirai rnakin turun dan menutupi sama sekali matanya, karena terdapat ablasi
retina total, sehingga presepsi cahayanya rnenjadi 0 (nol)
2) Gejala Objektif:
Dengan oftalmoskop kita dapat melihat retina yang berwarna abu-abu
dengan patan-lipatan yang berwarna putih Gambaran koroid yang normal tidak
tampak terlihat retina yang berlipat-lipat, yang berubah-ubah bentuknya bila
kepala digerkan.Lipatan ini menetap bila disebabkan tarikan oleh badan kaca,
walaupun kedudukan kepala berubah. Pembuluh darah menjadi berwarna lebih
gelap, berkelok-kelok dan tarnpak tidak dalam satu daratan.
4. Patofisiologi
Ablasio non regmatogen (tanpa robekan retina), terjadi karena adanya eksudat
di bawah lapisan retina, misal pada:
a. lnflamasi okuler, yaitu: Vought Koyanagi Harada Disease.
b. Penyakit vaskuler okuler, yaitu: coat's disease.
c. Penyakit vaskuler sistemik, yaitu: hipertensi maligna
d. Tumor intra okuler, yaitu: melanoma khoroid hemangioma.

Penyakit epitel pigmen retina, koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada
skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum,
penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah
retina dan koroid (ekstravasasi) ,transudat dan eksudat yang terkumpul dalam
celah potensial ,retina terangkat (terpisahnya sel kerucut dan batang dengan sel
epitel pigmen), ablasio retina non regmatogen (ablasio retina eksudatif), ablasi
retina tanpa didahului dengan robekan. (American Academy of Ophthalmology. 2011)

5. Penatalaksanaan

Harus segera dirawat, karena tindakan harus dilakukan secepatnya, sebab


pada ablasi retina, lapisan batang dan kerucut tidak dapat terlalu lama terlepas,
berhubung makanannya didapat dari lapisan kapiler koroid. Kalau terlarnbat
ditindak, lapisan batang dan kerucut menjadi degenerasi sehingga tindakannya
tidak berhasil.

Pada kasus ablasio retina non regmatogen yang terjadi karena penirnbunan
eksudat akibat dari penyakit lain maka pengobatan dapat dilakukan pada penyakit
yang menjadi penyebabnya. Pemberian azetilzolamin 0,% dapat membantu
mempercepat penyerapan penyerapan eksudat pada kasus ablasio retina non regmatogen.
Teknik operasi dilakukan untuk rnerekatkan kembali retina.
KONSEP KEPERAWATAN

Seorang pasien datang ke rumah sakit A dengan keluhan mata kiri mendadak kabur
± 10 hari yang lalu sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat
melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu. Kedua mata
kabur tidak dapat melihat dengan jelas terutama mata kiri hanya terlihat bayangan hitam
seperti ombak,kilatan cahaya tidak tampak.
1. Pengkajian

I. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 39 tahun
TTL : 12 Mei 1962
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.veteran selatan No.3R.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Lama bekerja :-
MRS : 5 April 2017
Keluarga terdekat : Suami
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Pegawai PT.POS Banyuwangi
Alamat : Banyuwangi.

II. Status kesehatan saat ini


1. Alasan kunjungan ke RS. mata kiri mendadak kabur ± 10 hari yang lalu
sebelumnya
melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat melihat walau jaraknya dekat.
Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu.
2. Keluhan utama saat ini: Kedua mata kabur tidak dapat melihat dengan jelas terutama
mata kiri hanya terlihat bayangan hitam seperti ombak,kilatan cahaya tidak tampak.
3. Lama keluhan : Mata kiri ± 10 hari (tiba-tiba)
Mata kanan 2 tahun yang lalu.
4. Timbulnya keluhan: Mata kiri : mendadak.
Mata kanan : Bertahap
5. Faktor yang memperberat: Bila mata mengalami iritasi/kemasukan debu.
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: datang kedokter spesialis mata di
Banyuwangi dan Surabaya, mendapat obat tetes mata dan obat oral, ke rumah sakit
dirujuk oleh dokter yang merawat dengan diantar saudara.
7. Diagnosa medik: Mata kiri : Ablasio retina
Mata kanan: Katarak matur, tanggal 09 April 2017
III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
1. Penyakit yang pernah dialami: Sejak 2 tahun yang lalu mata kanan kabur ada
bintik putih ditengah-tengah bola mata
2.      Klien tidak mempunyai riwayat alergi.
3.      Imunisasi lengkap tidak ada reaksi kecuali demam sewaktu mendapat
imunisasi BCG.
4.      Kebiasaan : minum teh pagi hari.
5.      Obat-obatan : lamanya ± 2 tahun, minum obat-obat tradisional (jamu) dan
resep dari dokter spesialis mata, obat tetes mata dan obat oral.
6.      Pola nutrisi : makan 3 X sehari, BB= 48 Kg, TB= 158 cm, makan nasi,
sayuran, lauk-pauk dan buah-buahan serta susu, tidak ada pantangan, nafsu
makan baik.
7.      Pola eliminasi : BAB= 2 X sehari (pagi/sore), tanpa menggunakan pencahar,
warna kuning, konsistensi lembek. BAK= 2 – 3 X, warna kuning jernih, bau tidak
terlalu menusuk.
8.      Pola tidur dan istirahat : waktu tidur pukul 20.00 Wib – 05.30 Wib (± 7 – 8 jam)
sebelum tidur menonton TV sebentar.
9.      Pola aktifitas dan latihan : Memasak,mencuci, bersih-bersih rumah dan
kegiatan rumah tangga lainnya, kegiatan waktu luang diisi bersama keluarga,
kesulitan dalam melakukan pergerakan tubuh, mandi,mengenakan pakaian dan
bersolek terutama dalam berebrapa hari belakangan ini.
10.  Pola kerja : sebagai ibu rumah tangga yang tidak mempunyai jam kerja.
IV. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami/mendaerita penyakit
seperti yang diderita klien.
V. Riwayat lingkungan : lingkungan bersih dan aman bebas dari polusi
VI. Aspek Psikososial :
-          Pola pikir dan persepsi: klien memakai kaca mata, sering pusing dan tidak bisa
melihat dengan jelas pandangan kabur. Klien sangat memikirkan pelaksanaan operasi
dan keadaan matanya juga anak perempuannya yang hampir selesai sekolahnya klien
ingin menyaksikan wisuda dan pernikahan anaknya nanti. Harapan klien cepat sem
buh dan dioperasi karena tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Suasana hati
cemas dan gelisah, perhatian terfokus pada pelaksanaan operasi dan keadaan
matanya.
-          Hubungan/komunikasi: bicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan dan
mengerti orang lain. Klien tingagal bersama suami dan 2 orang anaknya sedangkan
anak tertuanya sekolah diakademi pariwisata Nusa dua Bali. Adat istiadat yang dianut
adalah adat Jawa, pembuat keputusan dalam keluarga ayah dan ibu setelah itu baru
dimusyawarahkan ke anak-anak dan keluarga yang lain, keuangan memadai.
- Pertahanan koping: pengambil keputusan suami dan kakak klien, jika stres tidur
dan diam, yang dapat dilakukan perawatan agar klien merasa nyaman dan aman
adalah memberikan penjelasan mengenai penyakit klien dan pelaksanaan operasinya.
- Sistem nilai kepercayaan: Tuhan YME merupakan sumberkekuatan, setiap
minggu mengikuti pengajian tapi mulai jarang sejak sakit.

VII. Pengkajian fisik :


Kepala : bentuk simetris,keluhan kadang pusing bila dipaksa untuk melihat.
Mata:
Mata kanan Mata kiri
1/300 PI BSA Visus 1/300 PI BSA
14,6 mmHg Tekanan okuli 10,2 mmHg
Spasme (-) Oedema(-) Palpebra Sapsme(-), Oedema(-)
CVI(-), PCVI(-) Konjunctiva CVI(-), PCVI(-)
Jernih Kornea Jernih
Dalam BMD Dalam
Reguler Iris Reguler
2 mm Pupil Bulat, VC (+) 3mm
Keruh Lensa Jernih
uskopi FR (+) pupil N II Batas tegas,warna normal, retina blass (+), makula Reff ¯,
eksudat (-), tear be-
lum ditemukan.
Fungsi penglihatan : kabur,terlihat bayangan hitam seperti omnbak,tidak ada rasa sakit.
Tanda – tanda radang (-), pemeriksaan mata terakhir tanggal 06 April 2017
Pada praktek dokter spesialis mata disurabaya,kemudian klien dirujuk keRS untuk
mendapat perawatan lebih lanjut.
Hidung : tak ada kelainan
Mulut dan tenggorokan : tak ada kelaian
Penapasan : Batuk (-), RR= 18 X/menit, pola napas baik tidak ada perubahan.
Sirkulasi : Nadi 80 X/menit, distensi vena jugularis tak ada,suara jantung tamabahan tak
ada,pusing kadang-kadang bila dipaksakan melihat lama.
Nutrisi : diet biasa, nafsu makan baik,mual-muntah tak ada, intake cairan 1 – 2 liter.
Eliminasi : tak ada kelainan
Reproduksi : tak ada kelaianan
Neurologis : Tingkat kesadaran GCS : 456, orientasi baik, bisa mengingat orang, waktu
dan tempat.
Muskuloskeletal : Tak ada kelainan
Kulit : warna putih, integritas baik, turgor baik

Data laboratorium
Tanggal 05 April 2017
Darah lengkap : Urine lengkap :
- Hb : 11,5 gr% - Leukosit 25 /ul (+)
- LED : 20 mm/l - Eritrosit 25 /ul (+)
- Leuko : 5.100 X 109 /dl - Warna : kining muda
- Thrombosit : 240 X 109 /L - Kekeruhan : Jernih

Kimia darah : Darah puasa : 79 mg/dl


- Bilirubin total 0,49 mg/dl 2 jam PP : 127 mg/dl
- Bilirubin terikat 0,6 mg/dl Kreatinin serum : 0,66 mg/dl
- SGOT : 29 u/l BUN : 9 mg/dl
- SGPT : 26 u/l
- Protein total : 7,2 g/dl
- Albumin : 4,1 g/dl
- Glukosa : 3.2 g/dl

Pengobatan :
Atropin 1 % 2 X 1 tts OS
Analisa Data
T Tanggal Kelompok Data Kemungki Masala Diagnosa
nan Penyebab h Keperawatan
05/04/2017
DS:Kx.mengeluh mata Lep Lepasnya Per Pe Perubahan
Kirinya tidak bisa saraf sensori Perubahan persep-si
Melihat/kabur se-jak retina persepsi sensori melihat
10 hari yang lalu, yg . sensori berhubungan
tampak hanya melihat de-ngan efek
bayangan hitam spt dari lepasnya
ombak saja. saraf senori dari
DO: VOS 1/300PI BSA re-tina
TOS 10,2 mmHg
FdOS = FR (+)
Pupil N II batas
Tegas, retina
blass
(+),makula reff see
¯,
tear belum
ditemu
kan.

05/041997 DS: kx.terus An Ansietas


menanya Ancaman Ansietas/ yang
kan kapan pelak kehilangan cemas berhubungan
sanaan peng dengan
operasinya lihatan ancaman
serta keadaan kehilangan
mata penglihatan
nya.
DO:
Kx.gelisah,selalu
Bertanya,tdk me
nuruti anjuran u/
bedrest total,ber
debar-debar.

2. Diagnosa
a. Perubahan persepsi sen sori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya
saraf sensori dari retina.
b. Ansietas yang berhu-bungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.

3. Intervensi
Dx1 :
 Anjurkan klien untuk bed rest total.
 Berikan penjelasan tujuan bed rest total.
 Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir, batuk,
bersin, muntah.
 Jaga kebersihan mata.
 Berikan obat tetes mata. Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran
dokter.
Dx 2 :
 Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
 Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.
 Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit & prog
nosisnya.
 Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijang kau oleh klien.
 Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
 Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ ketegangan.

4. Implementasi
Dx 1:
 Menganjurkan klien untuk bed rest total, usahakan tidur terlentang.
 Memberikan penjelasan tujuan bed rest total.
 Menghindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir,
batuk, bersin, muntah.
 Menjaga kebersihan mata, ditutup dengan kassa, tidak boleh menggosok mata.
 Memberikan obat tetes mata Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran
dokter. Atropin tetes 1% 2x1 tetes OS.

Dx 2 :
 Mengkaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik, sesuai respon yang
diberikan klien.
 Memberikan kenya-manan dan ketentraman hati.
 Memberikan penje- lasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit &
prognosis nya.
 Memberikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien.
Menggali intervensi yang dapat menurunkan ansietas. Menanyakan
hobi/kegemaran klien
 Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ ketegangan.
Mendengarkan musik/radio.

5. Evaluasi
07-04-2017
S: Klien mengeluh mata kiri nya masih kabur.
O:VOS1/300 PI BSA
TOS10,2 mmHg
FdOS= FR (+)
Pupil N II batas Te- gas, retina blass (+), makula reff ¯, belum
ditemukan.
A: Masalah klien belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi

07-04-2017
S: Klien menanyakan rencana operasinya.
O: Klien terus bertanya tentang rencana operasinya.
A: Masalah klien belum teratasi.
P: Lanjutkan itervensi

Daftar pustaka

American Academy of Ophthalmology. 2011 San Francisco: American


Academy of Ophthalmolog.y

Ilyas S,SpM, dkk. 2014 Ilmu Penyakit Mata edisi kelima.Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Kanski JJ, Bowling B, editors. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.
Elsevier, 2011
Sagung Seto llyas, S. 2011. llmu Penyakiy Mata, Ed 4 Jakarta: Fakultas
kedokteran

Vaughan, GD., Asbury, T., Riordan-Eva. 2010. Oftalmology


Umum,Edisi 14. Jakrta; Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai