Anda di halaman 1dari 56

Oleh :

Nurul Ramadani 1840312622


Aulia Khatib 1510312082
Della Reyhani Putri 1510312103

Preseptor :
dr. Andrini Ariesti, Sp.M (K)
 Ablasio retina adalah kelainan pada mata yang disebabkan
oleh terpisahnya lapisan neurosensoris retina (NSR) dari
lapisan epitel retina (RPE)  terhambatnya aliran cairan
subretina yang dapat menumpuk di ruang potensial antara
NSR dan RPE
 Insiden ablasio retina cukup banyak terjadi  kasus
emergency di bidang mata
 setiap tahun sekitar 1 sampai 2 orang dari 10.000 kasus
mengalami ablasio retina
 Ablasio retina terbagi menjadi 3
 Regmatogen  insiden terbanyak
 Traksional
 eksudatif (serosa)
 Ablasio retina dengan cepat akan mengakibatkan kematian
pada sel fotoreseptor, sekitar 12 jam setelah proses ini
terjadi. Jika tidak segera ditatalaksana dengan baik 
penurunan fungsi penglihatan dapat dengan cepat terjadi 
kehilangan fungsi penglihatan secara permanen
 Prinsip tatalaksana ablasio retina adalah menemukan robekan
dan segera menutup robekan tersebut.
 merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsang cahaya
 selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior
dinding 2 bola mata
 Ditengah-tengah retina posterior terdapat macula
 Di tengah makula terdapat fovea
 mendapatkan suplai darah dari dua sumber :
1. koriokapiler yang berada tepat di luar membrana Bruch
(1/3 luar retina termasuk lapisan pleksiform luar dan
lapisan inti luar, fotoresptor, dan RPE)
2. Cabang arteri retinalis (2/3 sebelah dalam)
 kelainan pada mata di mana lapisan sensori retina, sel
kerucut dan sel batang terlepas dari lapisan epitel pigmen
retina
 sel epitel pigmen retina masih melekat erat dengan membran
Bruch.
1. Ablasio retina regmatogenosa
akibat adanya robekan pada retina  cairan masuk ke dalam
rongga subretina, di antara lapisan sensori retina dan sel epitel
pigmen retina.

2. Ablasio retina non regmatogenosa


tidak terjadi robekan. Dibagi lagi menjadi :
-Traksional
-Eksudatif
-Traksional
 lapisan sensori retina tertarik keluar dari sel epitel pigmen
retina oleh kontraksi membran vitreoretina
 tidak diketahui asal dari cairan subretina

-Eksudatif
 cairan subretina berasal dari koroid melalui sel epitel pigmen
retina yang rusak
 1/10.000 tiap tahun
 Bilateral  10% kasus
 AS  6% ablasio retina regmatogen, insidensi 1/15.000
populasi
 Laki-laki > perempuan
 15% penderita ablasio unilateral bisa berkembang menjadi
bilateral
 Etnis yahudi lebih sring, jarang pada kulit hitam
 Sering pada usia 40-70 tahun  12,5/100.000 tiap tahun
 Miopia berat : >-5-6D  67% KASUS
 Afakia (pasien katarak setelah dioperasi tanpa lensa
intraocular)
 Usia lanjut
 Trauma : lebih sering pada usia 25-45 tahun
Berdasarkan pathogenesis
 Tears
-Akibat traksi vitreoretina dinamik
-memiliki predileksi di superior dan lebih sering di temporal
daripada nasal.
 Holes
-akibat atrofi kronik dari lapisan sensori retina, dengan
predileksi di daerah temporal dan lebih sering di superior
daripada inferior, dan lebih berbahaya dari tears.
Berdasarkan morfologi
 U-tears: terdapat flap yang menempel pada retina di bagian
dasarnya,
 incomplete U-tears: dapat berbentuk L atau J,
 operculated tears: seluruh flap robek dari retina,
 dialyses: robekan sirkumferensial sepanjang ora serata
 giant tears.
Berdasarkan lokasi
 oral: berlokasi pada vitreous base,
 post oral: berlokasi di antara batas posterior dari vitreous
base dan equator,
 equatorial
 post equatorial: di belakang equator
 macular: di fovea.9
 robekan retina disebabkan ketidakseimbangan dari gaya
 Gaya  2 fungsi : mempertahankan perlekatan retina dengan
RPE, gaya lain mencetuskan robekan
 Pada regmatogen : gaya yang mencetuskan lepasnya
perlekatan retina> gaya yang mempertahankan perlekatan
retina
 Tekanan yang mempertahankan perlekatan retina :
hidrostatik, onkotik dan transpror aktif.
-Tekanan hidrostatik intraocular vitreous > koroid
-Tekanan onkotik koroid > vitreus
-Pompa pada sel RPE secara aktif mentranspor larutan dari
ruang subretina ke koroid
 Interaksi traksi dinamik vitreoretinal + kelemahan di retina
perifer karena predisposisi degenerasi robekan retina
 Traksi vitreoretinal dinamik terjadi synchysis  likuefaksi
dari badan vitreus  berkembang menjadi lubang pada
korteks vitreous postOR yang tipis pada fovea
 Cairan synchytic dari tgh badan vitreous masuk lewat lubang
ke ruang retrohialoid yang baru terbentuk  terlepas
permukaan vitreous postOR secara paksa dari lapisan sensori
retina
  badan vitreous lain kolaps ke inferior dan ruang
retrohialoid terisi oleh cairan synchitic
 Fotopsia : hasil dari stimulasi mekanik retina
 Floaters : bayangan gelap yang disebabkan oleh masuknya
darah dan sel RPE e badan vitreus ketika retina robek
 Defek lapang penglihatan : perifer ke sentral  black curtain
 adanya defek relatif pupil aferen (Marcus Gunn pupil)
 TIO turun
 Iritis ringan
 Gambaran tobacco dust/ Schaffer sign
 Robekn retina pada funduskopi retina terlihat terangkat
berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya
a. Anamnesis
o Pasien biasanya datang dengan keluhan berupa :
 Peningkatan jumlah dan ukuran floaters, mengindikasikan robekan retina
 Tampak kilatan cahaya, sebagai stadium pertama dari robetkan retina atau ablasio retina
 Muncul bayangan di tepi lapang pandang
 Kesan tampilan tirai abu-abu pada lapangan pandang
 Penurunan penglihatan mendadak

o Riwayat trauma, riwayat operasi mata, riwayat kesehatan mata (misalnya


uveitis dan perdarahan vitreus), durasi gejala ,dan gangguan penglihatan.
 Pemeriksaan segmen luar untuk menilai tanda-tanda trauma
 Periksa pupil dan tentukan defek pupil aferen
 Periksa ketajaman penglihatan
 Periksa konfrontasi lapangan pandang
 Periksa metamorfopsia dengan tes Amsler grid
 Pemeriksaan slit lamp untuk melihat ada atau tidaknya pigmen
pada vitreus (Shafer’s sign)
 Periksa tekanan bola mata
 Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskopi (pupil harus dalam
keadaan dilatasi)
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta
Pada funduskopi :
 tampak bulae pada retina yang lepas dengan posisi
bergantung pada posisi dari pasien, cairan akan terakumulasi
pada daerah yang paling bebas.
 Karakteristik retina halus tanpa lipatan seperti pada ablasio
retina regmantogenosa.
 Pada segmen anterior dapat terlihat tanda radang seperti
injeksi episklera, iridosiklitis, atau bahkan rubeosis
bergantung pada penyebab.
 Pada kasus kronik eksudat keras dapat terlihat Pembuluh
darah teleangiektasis yang berdilatasi dapat terlihat.
 Fundukopi indirek
 USG
 retinokisis
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan.
Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :16
1. Menemukan semua bagian yang terlepas
2. Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing
daerah retina yang terlepas.
3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup
untuk menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang
permanen pada daerah subretinal.
 Teknik
1. Scleral buckling
2. Pars Plana Vitrektomy
 Keuntungan PPV:
 Dapat menentukan lokasi defek secara tepat
 Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena
teknik ini dapat dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.
 Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:
 Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.
 Dapat menyebabkan katarak.
 Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan
silicon oil
 Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli
anterior yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
Katarak
Glaukoma
Infeksi
Perdarahan ke ruang vitreus
Kehilangan penglihatan
keadaannya sudah melibatkan makula maka akan sulit
menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data yang ada
sekitar 87 % dari operasi yang melibatkan makula dapat
mengembalikan fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus dimana
makula yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari
makula tersebut.
 Nama : Tn. M
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 No RM : 01040024
 Usia : 54 tahun
 Alamat : Tabing
 Pekerjaan : Pedagang
 Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2019
KELUHAN UTAMA

Penglihatan mata kiri menurun sejak + 2 bulan yang lalu


 Penglihatan kiri menurun sejak + 2 bulan yang lalu, seperti
ada yang menghalangi. muncul perlahan-lahan dan semakin
lama dirasakan semakin bertambah buruk sehingga tidak bisa
melihat.
 Penglihatan seperti ditutup tirai (+)
 Sensasi seperti melihat debu-debu berterbangan (+)
 Sensasi seperti melihat kilatan cahaya (+)
 Mata terasa gatal (-)
 Mata berair (-)
 Mata merah (-)
 Riwayat trauma pada mata kiri (-)
 Riwayat tindakan operasi pada mata kiri (-)
 Mual (-), muntah (-)
 Pasien sebelumnya telah berobat ke spesialis mata, diberikan
kacamata koreksi,. Pasien merasa visusnya tidak membaik.
Setelah itu pasien berobat di RS Yos Sudarso, lalu di rujuk ke
RSUP DR. M. Djamil Padang.
 Riwayat penggunaan kacamata sejak 5 tahun yang lalu,
dengan dioptri +1,5
 Riwayat hipertensi (+) sejak 1 bulan yang lalu
 Riwayat CHF (+) sejak 4 bulan yang lalu
 Riwayat DM (-)
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien

• Pasien seorang pedagang


• Kebiasaan merokok (+), konsumsi alkohol (-)
STATUS OFTALMIKUS OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 1/60
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus + +
Bulu mata hitam, trikiasis tidak Bulu mata hitam, trikiasis tidak
Silia / supersilia
ada, madarosis tidak ada ada, madarosis tidak ada
Edema (-) Edema (-)
Palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Secret (-) Secret (-)
Margo Palpebra
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Hiperemis (-), edema(-), Hiperemis (-), Edema (-), Sekret
Konjungtiva Tarsalis
Sekret (-) (-)
Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-
Konjungtiva Forniks
folikel (-), Sikatrik (-) ), sikatrik (-)
Hiperemis (-), Injeksi siliar (-) Hiperemis (-), Injeksi siliar (-)
Konjungtiva Bulbii
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-),
Sklera Warna putih Warna putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, RP +/+, diameter 3 mm Bulat, RP +/+, diameter 3 mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreum Jernih Jernih
Fundus :
- Media Bening Bening
- Papil optikus Bulat, batas tegas, C/D 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, C/D 0,3-0,4
- Pembuluh darah
Aa:Vv 2:3 Aa:Vv 2:3
aa:vv
Perdarahan (-), eksudat (-), ablasio
- Retina Perdarahan (-), eksudat (-)
(+)
Tekanan bulbus okuli 18 mmHg 15 mmHg
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar
 Ro thoraks : Cardiomegali
 Echocardiografi : EF=42%, Global hipokinetik, LVH eksentrik
hipertrofi dengan disfungsi diastolic, LV yg relaksasi, AR mild,
AR mild ec kalsifikasi degenerative, MR mild ec restriktif PML
Laboratorium (21/02/19) :
 Hb/Ht/Leu/Tro : 15/48/8390/312000 • PT/APTT : 10,0/32,8
 Eritrosit : 5,01 juta • GDP : 93 mg/dl
 LED : 3 mm • Ur/Cr : 17/0,9 mg/dl
 Retikulosit : 2,1 %
• Na/K/Cl : 140/4,0/102 Mmol/L
 Hitung Jenis : 0/6/0/45/42/7
• SGOT/SGPT : 27/29 u/l

Kesan : Eosinofilia, limfositosis relatif,


retikulositosis
 Ablasioretina rhegmatogen OS
 CHF LVH fc II ec CAD
 Hipertensi stage I
 Bed rest
 Vitrektomi + Endolaser + Silicon oil OS
 Posop ed 6x1 OS
 LFX ed 6x1 OS
 Ciprofloxacin 2 x 500 mg
 Asam mefenamat 3 x 500 mg bila perlu
 Furosemid 1 x 40 mg
 Spironolakton 1 x 25 mg
Hari rawatan kedua (20-3-2019)
S/ Penglihatan mata kiri menurun sejak± 2 bulan yang lalu
O/
STATUS OFTALMIKUS OD OS
Visus 20/20 1/60
Palpebra Edem (-) Edem (-)
CoA Cukup dalam Cukup dalam
Bulat, RP +/+, diameter 3 Bulat, RP +/+, diameter 3
Pupil
mm mm,
Lensa Bening Bening
Tekanan bulbus okuli 14 mmHg 15 mmHg
O/ STATUS OFTALMIKUS OD OS
Fundus :
- Media Bening Bening
- Papil optikus Bulat, batas tegas, C/D 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, C/D 0,3-0,4
- Pembuluh darah
Aa:Vv 2:3 Aa:Vv 2:3
aa:vv
Perdarahan (-), eksudat (-),
- Retina Perdarahan (-), eksudat (-)
ablasio (+)
- Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

A/ Ablasio retina rhegmatogen OS


P/ Rencana vitrektomi + endolaser + silicon oil OS hari ini
 Hari rawatan ketiga (21-3-2019)
 S/ Post vitrektomi + endolaser + silicon oil OS
 O/

STATUS OFTALMIKUS OD OS
Visus 20/20
Palpebra Edem (-)
CoA Cukup dalam
Pupil Bulat, RP +/+, diameter 3 mm
Lensa Bening
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi
O/ STATUS OFTALMIKUS OD OS
Fundus :
- Media Bening
- Papil optikus Bulat, batas tegas, C/D 0,3-0,4
- Pembuluh darah
Aa:Vv 2:3
aa:vv
- Retina Perdarahan (-), eksudat (-)
- Makula Reflek fovea (+)

A/ Post vitrektomi + endolaser + silicon oil OS


P/ - Posop ed 6x1 OS
- LFX ed 6x1 OS
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia
 Quo ad functionam : Dubia ad malam
 Keluhan utama : penglihatan mata kiri menurun sejak +2
bulan yang lalu, penglihatan menurun seperti melihat tirai
ditutup, terdapat sensasi seperti debu beterbangan dan
kilatan cahaya
-> diagnosis mengarah pada ablasio retina

 Faktorrisiko : usia >40 tahun; riwayat DM, riwayat trauma


mata, riwayat operasi mata disangkal
-> faktor risiko ablasio retina rhegmatogen
-> 50% kasus ditemukan floaters atau photopsia
Pemeriksaan oftalmologi :
 visus OS : 1/60, tidak maju dengan pinhole
 funduskopi indirek : ablasio inferior
 funduskopi direk : ablasio lebih dari separuh lapangan
pandang inferior
-> Penurunan visus bila ablasio mengenai makula
-> Ablasio inferior – penurunan lapangan pandang superior
Tatalaksana :
 Vitrektomi + Endolaser + Silicon oil OS
 Ablasio retina merupakan lepasnya bagian sensoris retina dari
Retinal Pigment Epithelium (RPE).
 Ablasio retina dapat diklasifikasikan menjadi tiga
berdasarkan patogenesisnya, yaitu regmatogenosa,
traksional, dan eksudatif.
 Adapun ablasio retina dapat terjadi akibat berbagai faktor,
seperti trauma, miopia, dan sebagai komplikasi dari
pembedahan removal katarak, serta komplikasi dari
penyakit-penyakit seperti diabetes melitus.
 Ablasio retina dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti fotopsia (light flashes atau kilatan cahaya), floaters
(bercak-bercak gelap di lapangan pandang), dan defek
lapangan padang yang biasanya dideskripsikan sebagai lapang
pandang yang seperti tertutup tirai gelap
 Tujuan dari tatalaksana ablasio retina  mengembalikan
kontak antara neurosensorik retina yang terlepas dengan RPE
dan eliminasi kekuatan traksi

Anda mungkin juga menyukai