adalah terlepasnya neurosensoris retina ((lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan
jaringan bagian dalam)) dari lapisan epitelia pigmen retina (RPE) akibat adanya
cairan subretina (ruang potensial) --. Akan mengakibatkan ggn nutrisi retina dr
pembuluh darah koroid yg bila berlangsung lama akan mengakibatkan ggn fungsi
menetap.
2.3.2. Epidemiologi
. Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000
populasi dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000
orang dan lebih sering terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 40-70 tahun. Pasien dengan
miopia yang tinggi (>6D) memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia
sekitar 2%, komplikasi ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka
kejadian ablasio hingga 10%.3
Faktor etiologi :
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti tumor,peradangan hebat,akibat trauma atau
sebagai komplikasi dari diabetes
- Pencairan vitreous
- Hole atau robekan
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya
robekan pada retina cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau
terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen),
atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi).
Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor
retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat
disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.
Faktor predisposisi:
- Miopia tinggi karena pada miopia axial line memanjang ada bagian@
tertentu ada penipisan (degenerasi) mudah mengalami robekan.
- Pasca retinitis
- operasi katarak (afakia, pseudofakia),
- trauma okuler
- Membran epiretina
- Perdarahan vitreous yg terlalu lama akan menyebabkan ada tarikan /traksi
yg bisa juga menimbulkan robekan
- Peradangan khorioretina ex: pd toksoplasmosis
- Operasi intraokuler ex: operasi katarak yg meneybabkan vitreous banyak
prolaps / intervensi yg terlalu berat bisa menyebakan robekan retina.
1. C. PATOFISIOLOGI
Pada Ablatio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina dan bercampur
dengan cairan sub retina.
Ada 4 tipe:
1. Ablasio retina regmatogen ( regma = robek)
Dimana ablasi terjadi akibat adanya bag.retina yg robek cairan (vitreous fluid)
masuk ke ruang subretina akibatnya retina terlepas (terangkat) dr lapisan pigmen
koroid.
2. Ablatio oleh karena tarikan (Traksional )
terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel oleh ikatan atau sambungan
jaringan fibrosa dalam vitreous
2. Ablasio retina regmatogen traksional
3. Ablatio eksudatif (serous), terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina
akibat proses peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular,
jika cairan tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen.
KLINIS
Gejala
• Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/ rumah laba-laba akibat dari
vitreous cepat degenerasi
Photopsia Adanya kilatan cahaya(pijaran api) pd lapangan penglihatan akibat sensasi
berkedip cahaya karena iritasi retina oleh gerakan vitreous
Defek lapangan pandang
Visus menurun (tertutup tirai) Bayangan berkembang/ tirai bergerak dilapangan padang
Nyeri (-)
Tanda:
▫ RAPD (+) (Relative Afferent Pupillary Defect)
▫ TIO ↓ (5 mmHg lebih rendah dari mata normal)
▫ Iritasi ringan
▫ Tobacco dust (shafer’s sign) dilihat pada funduskopi terlihat spt debu yg
bertebaran
Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
4. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya trauma.
5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk
mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis dari ablasio
retina pada 75 % kasus.
Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta
seperti diabetes melitus.
2) Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh
karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
3) Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk
membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda
asing intraokuli dan tumor.
2.3.7. Penatalaksanaan
Prinsip
Temukan robekan atau hole
Tutup robekan atau hole
Scleral buckle
Pneumatic retinopexy
Vitrektomi
Punksi cairan SRF
Buat iritasi korioretinal disekitar hole atau robekan
1. Scleral buckling :
Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan peralatan dasar, waktu rehabilitasi
pendek,resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan lensa rendah, mencegah
komplikasi intraocular seperti perdarahan dan inflamasi.
Gambar 9.
Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah
drainase cairan sub retina dan dilakukan crioterapi .
Gambar 10.
Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan traksi
pada robekan retina oleh vitreus dihilangkan .
2. Retinopeksi pneumatic :
Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada
ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior
retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah
pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung
gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga
dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus
mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan
gelembung terus menutupi robekan retina.3,6
Gambar 11.
Setelah pengangkatan gel vitreus pada drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon inert
disuntikan ke dalam rongga vitreus .
3.Pars Plana Vitrektomy :
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga
pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara
pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian
memasukkan instruyen ingá cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan
vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan berkas badan kaca (viteuos stands),
membran, dan perleketan – perleketan. Teknik dan instruyen yang digunakan tergantung tipe
dan penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan
teknik-teknik bedah mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kali
operasi.3,6
Keuntungan PPV:
1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat
2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat
dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.
3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.
Kerugian PPV:
1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.
2. Dapat menyebabkan katarak.
3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil
4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang
dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
Gambar 12. Vitrektomi
2.3.8. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula sebelum dan sesudah
operasi serta ketajaman visualnya. Jika, keadaannya sudah melibatkan makula maka akan
sulit menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data yang ada sekitar 87 % dari operasi
yang melibatkan makula dapat mengembalikan fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus diman
makula yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari makula tersebut.6
Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan perlangsungannya kurang
dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar 75 % sedangkan yang
perlangsungannya 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50 %.3
Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina yang
melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level sebelumnya
dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa faktor seperti irreguler astigmat
akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progresif, dan edema makula. Komplikasi dari
pembedahan misalnya adanya perdarahan dapat menyebabkan kemampuan visual lebih
menurun.6