Anda di halaman 1dari 22

Bimbingan

RETINAL DETACHMENT/
ABLASIO RETINA
Oleh:
AGNES DANIELLA

Pembimbing:
dr. ROSMARYATI MANALU, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SMF MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
2021
RETINA
• Jaringan kompleks di mata
• Bagian saraf retina:

1. Lapisan luar : sel batang dan sel kerucut

2. Lapisan tengah : sel bipolar

3. Lapisan dalam : sel ganglion


• Ablasio retina :penyebab kebutaan terbanyak setelah katarak
& glaukoma  penatalaksanaannya hanya pembedahan
• Ablasio retina : lepasnya lapisan saraf dari lapisan di
bawahnya

(lepasnya sel kerucut dan sel batang dari sel pigmen epitel)
Retina terdiri dari pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam. Permukaan luar berhubungan dengan choroidea dan permukaan dalam
berhubungan dengan corpus vitreous
LAPISAN RETINA
ABLASIO RETINA
DEFINISI
keadaan terpisahnya lapisan neurosensoris retina dari sel epitel pigmen retina
dimana pada keadaan normal sel neurosensoris / fotoreseptor biasanya terekat.

EPIDEMIOLOGI
1 dari 15.000 orang, biasa terjadi pada 40-70 tahun
40-45% memiliki miopia tinggi, 30-35% pernah menjalani operasi pengangkatan
katarak, 10-20% pernah mengalami trauma okuli.
ABLASIO RETINA
KLASIFIKASI

a) ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

b) ABLASIO RETINA TRAKSIONAL

c) ABLASIO RETINA EKSUDATIF

A B C
Ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan
masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina

pendorongan retina oleh cairan vitreus yang masuk
melalui robekan/lubang pada retina ke rongga subretina

Retina terlepas dari lapisan epitel pigmen
Temuan Funduskopi
• Retina yang terangkat berwarna pucat
dibandingkan pembuluh darah di
atasnya
• Adanya robekan retina berwarna
merah muda

• Tampak retina yang terlepas saat


bola mata

bergoyang
diabetes melitus proliferatif

Jaringan fibrosis pada vitreous

Terjadi tarikan pada jaringan fibrosis menyebabkan ablasi retina dan
penglihatan turun tanpa rasa sakit
Temuan funduskopi:
• retina yang terlepas
mempunyai konfigurasi
konkaf dan tidak
terdapat robekan
koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis

Ektravasasi cairan akibat peradangan

Penimbunan cairan subretina

Eksudat tertimbun mengangkat retina
Penglihatan berkurang dari ringan
hingga berat

Temuan funduskopi:
• tampak bulae pada retina yang

lepas dengan posisi bergantung

pada posisi dari pasien, cairan akan

terakumulasi
pada daerah yang paling bebas
a) ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA
gaya yang mencetuskan lepasnya perlekatan retina melebihi gaya yang mempertahankan
perlekatan retina. Robekan retina terjadi sebagai akibat dari interaksi traksi dinamik
vitreoretina dan adanya kelemahan di retina perifer dengan predisposisi degenerasi.
Gejala: fotopsia&floater (+), defek lapang penglihatan dari perifer ke sentral, TIO ↓,
gambaran
b) tobacco atau Schaffer
dust RETINA
ABLASIO sign, robekan retina (+)
TRAKSIONAL
adanya kontraksi progresif dari membran fibrovaskular di daerah perlekatan vitreoretina yang
luas. Traksi tangensial, traksi anteroposterior, traksi bridging
Gejala: fotopsia&floater (-), defek lapang penglihatan berkembang lambat dan bisa jadi
stabil, robekan retina (-), perpindahan cairan tidak terjadi
c) ABLASIO RETINA EKSUDATIF
kerusakan pada epitel pigmen retina akibat penyakit subretina, dan masuknya cairan
yang berasal dari koroid ke dalam ruang subretina.
Gejala: kehilangan penglihatan ringan-berat, metamorfopsia, defisit lapang pandang, bulae
(+) diretina yang lepas, kasus kronik  eksudat keras dapat terlihat
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
•ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pe ↓ tajam penglihatan • Pemeriksaan Laboratorium
• Floaters
• Pemeriksaan Imaging
• Fotopsia
• Riwayat: trauma, pembedahan, penyakit mata, penyakit
sistemik dan
• keluarga

•PEMERIKSAAN FISIK B-scan pada ablasio retina.


• Pemeriksaan Visus
• Pemeriksaan Lapang Pandang
• Pemeriksaan Pupil
• Pemeriksaan Slit Lamp
• Pemeriksaan Funduskopi
• Pemeriksaan Tekanan Intraokular
DIAGNOSIS BANDING
RETINOSCHISIS DEGENERATIF CHOROIDAL DETACHMENT
Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak
ada traksi vitreoretinal. Defek lapangan pandang Gejala fotopsia dan floaters tidak ada
jarang di observasi karena jarang terjadi penyebaran karena tidak ada traksi viteroretinal. Defek
ke daerah posterior, namun jika ada maka lapangan pandang ada pada mata dengan
merupakan defek yang absolut. pelepasan koroid yang luas.

Elevasi yang timbul berbentuk konveks, halus, tipis dan


tidak bergerak. Lapisan dalam yang tipis dapat disalah Tekanan intraokular dapat sangat rendah
artikan dengan ablasio retina regmatogenosa athropic karena lepasnya badan siliar. Pelepasan koroid
long-standing, akan tetapi demarcation line dan kista memberi gambaran konveks, halus, berwarna
sekunder tidak ditemukan pada retinoschisis. Robekan coklat, danrelatif tidak bergerak. Retina perifer
dapat terjadi pada salah satu atau kedua lapisan dan ora serata dapat terlihat tanpa indentasi
pada reticular retinoschisis. sklera.
PENATALAKSANAA
N SCLERAL BUCKLING
Pembedahan  untuk 1 lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan
melekatkan kembali bagian retina selanjutnya dengan scleral buckle atau sabuk (terbuat dari silikon).
Keuntungan : peralatan dasar, waktu rehabilitasi pendek, resiko
yang lepas.
iatrogenik rendah, mencegah komplikasi intraokular (perdarahan / inflamasi)
Krioterapi/laser menimbulkan
adhesi antara epitel pigmen dan
retina sensorikmencegah influks
RETINOPEKSI PNEUMATIC
cairan lebih lanjut
2 menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan
menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui
Prinsip pembedahan: robekan.
Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum
1. Menemukan bagian yang gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu
terlepas selama beberapa hari agar gelembung terus menutupi robekan retina.
2. Membuat iritasi korioretinal
sepanjang daerah retina
yang lepas
VITREKTOMI (PARS PLANA VITRECTOMY)
3. Menghubungkan koroid
dan retina adhesi Keuntungan : dapat menentukan lokasi defek tepat, mengeliminasi media yang
dinding korioretinal 3 mengalami kekeruhan (dapat dikombinasi dengan ekstraksi katarak), langsung
menghilangkan penarikan dari vitreous
permanen di daerah Kerugian: perlu tim berpengalaman & alat mahal, menyebabkan katarak,
subretinal kemungkinan perlu operasi kedua untuk keluarkan silicon oil, dapat terjadi reaksi
fibrin di COA pe↑ TIO
SCLERAL
BUCKLING

Pertama robekan pada retina ditandai pada luar sklera kemudian dilakukan cryoprobe atau laser
untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Setelah itu, Sabuk
dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan (fiksasi) pada robekan retina sehingga terjadi
penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal
menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.
RETINOPEKSI PNEUMATIC
Setelah
pengangkatan gel
vitreus pada
drainase cairan
sub retina, gas
fluorokarbon inert
disuntikan ke
dalam rongga
vitreus

merupakan metode yang sering digunakan juga pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika
terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina. Teknik pelaksanaannya adalah dengan
menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan
retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh
gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga
dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan.
PARS PLANA VITRECTOMY

membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen ingá cavum vitreous
melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan atau
mengeluarkan berkas badan kaca (vitreuos stands), semua komponen penarikan epiretinal dan
subretinal, membran, dan perlengketan. Lalu retina dilekatkan kembali dengan cairan
perfluorocarbon.
KOMPLIKASI
SESUDAH OPERASI
SELAMA OPERASI
GLAUKOMA
KEKERUHAN KORNEA
ISKEMIA SEGMEN

MIOSIS
ANTERIOR INFEKSI

PERFORASI SKLERA PELEPASAN KOROID

KOMPLIKASI DRAINAGE EDEMA MAKULA

FISHMOUTHING ROBEKAN RETINA SISTOID MACULAR

PUCKER DIPLOPIA
KRIOPEKSI PADA MAKULA / NERVUS OPTICUS

PASCA BEDAH
RUPTUR SKLERA
PERUBAHAN ANOMALI REFRAKSI

KEGAGALAN PENEMPELAN RETINA


PROGNOSIS
• Terapi yang cepat  prognosis yang lebih baik.
Perbaikan anatomis kadang tidak sesuai dengan perbaikan fungsi.

• Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan


kembali retina perifer  penglihatan sangat baik.

• Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan 


tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih
sepenuhnya.

• Pembedahan yang melibatkan makula  mengembalikan fungsi


visual sekitar 20/50 dimana makula yang terlibat hanya 1/3 atau
1/2 dari makula tersebut.
Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan
mengalami komplikasi  perubahan fibrotik pada vitreous
(vitreoretinopati proliferatif).

• Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan


berlangsung kurang dari 1 minggu  kemungkinan sembuh post
operasi + 75% sedangkan yang berlangsung 1-8 minggu memiliki
kemungkinan 50 %.29
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai