Anda di halaman 1dari 25

Dr. dr.

Vera Sumual, SpM(K)


Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Mata
RSUP Prof. R. D. Kandou Manado
09/02/20
Definisi
Lepasnya neurosensorik retina yakni lapisan
fotoreseptor dari epitel pigmen retina.
09/02/20
09/02/20
• Riwayat keluarga dengan Retinal Detachment
• Riwayat operasi mata sebelumnya, terutama operasi
katarak (Komplikasi operasi, contohnya kehilangan
vitreous)
• Axial Myopia (miopia tinggi)
• Riwayat trauma
• Lattice Degeneration
• myopic therapy untuk Glaukoma
A. Primer
• Regmatogenosa
B. Sekunder
• Traksional
• Eksudatif
Regmatogenosa (primer) Traksional (sekunder) Eksudatif (sekunder)

Riwayat afakia, miopia, trauma tumpul, DM, prematuritas, trauma Hipertensi maligna,
fotopsia, floaters, field defect, tembus, sickle cell disease, eklampsia, gagal ginjal
progresif, pada pasien yang sehat oklusi vena
Robekan retina Bisa terlihat pada 90-95% kasus tidak ada robekan primer, tidak ada, bisa karena
tapi nanti bisa terjadi kebetulan
robekan sekunder
Derajat dari ora serata sampai ke diskus, batas jarang mencapai ora, bisa bergantung pada volume
lepasnya retina konveks, mengikuti gravitasi sentral atau perifer dan gravitasi, bisa
mencapai ora, bisa sentral
atau perifer
Mobilitas retina lipatan atau bula yang berundulasi retina tegang, batas dan bula mulus, biasanya tanpa
permukaan bentuk konkaf lipatan
Bukti kronisitas Demarcation lines, intraretinal Demarcation lines biasanya tidak ada
macrocysts, retina atrofik
Pigmen di 70% dari kasus ada pada kasus trauma tidak ada
vitreus
Perubahan pada biasanya syneretic, PVD, tarikan pada traksi vitreus biasanya bening, kecuali
vitreus retina yang sobek pada uveitis
Massa di koroid tidak ada tidak ada mungkin ada

TIO biasanya rendah biasanya normal bervariasi


09/02/20
Ablasio Retina Regmatogenosa
• Suatu defek robekan full thickness atau diskontinutas pada retina
sensorik ini memberi jalan kepada saraf yang berasal dari cairan vitreous
sehingga cairan masuk kebelakang antara sel pigmen epitel dan retina
(ruang subretina).
• Patogenesis Robekan Ada 2 type:
• Tears---disebabkan oleh traksi vitreoretinal dinamic (prediksi
superotemporal > nasal)
• Holes----disebabkan oleh atrofi kronik dari retina sensorik .
• Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai
pelepasan korpus vitreus, miopia, afakia, degenerasi lattice dan trauma
mata
• Penanganan: menutup robekan.
Ablasio Retina Non Regmatogenosa

Ablasio Retina Traksional


• Ablasio retina yang terjadi akibat traksi, terutama disebabkan oleh
retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada
prematuritas atau trauma mata.
• Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenesa, ablasio
retina akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan
cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata.
• Patogenesis Vitreoretina traksi terjadinya force/traksi dari vitreous ada 2
type: Dynamic vitreotraction dan static vitreoretina traction.
Ablasio Retina Non Regmatogenosa

Ablasio Retina Eksudatif


• Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat
tertimbunnya eksudat subretina dan mengangkat retina.
• Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan
dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini
disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada
skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, toksemia
gravidarum, idiopatik.

• Penanganan tergantung kasus:


• Sebagian besar mengalami resoksi spontan, terapi
kortikosteroid dan laser.
Diagnosis
1. Anamnesis
-Floaters
-Fotopsia
-Penurunan tajam penglihatan
-Tutupan seperti tirai gelap

2. Pemeriksaan Oftalmologi
-Pemeriksaan visus
-Pemeriksaan lapangan pandang
-Pemeriksaan funduskopi
• Opthalmoskop direk.
• Opthalmoskop indirek atau tree mirror mulai dari polus posterior
sampai anterior retina.

• 60% kuadran temporal atas


• 15% kuadran nasal atas
• 15% kuadran temporal bawah
• 10% kuadran nasal bawah
3. Pemeriksaan Penunjang Lain
- Pemeriksaan ultrasonografi

4. Diagnosis Banding
Retinoschisis degenerative
Choroidal detachment
Massa koroidal

09/02/20
Gambaran Ultrasonografi menunjukkan tampilan berbentuk corong
dimana terlihat lapisan retina yang terlepas
Lattice Degeneration
• Degenerasi vitreoretina yang paling sering dijumpai
• Insidens 6-10% dalam populasi umum, separuhnya bilateral.
• Sering pada miopia dengan sedikit kecenderungan familial.
• Menimbulkan penipisan retina berbentuk daerah-daerah
bundar, oval atau linier yang disertai pigmentosa, garis-garis
putih bercabang, dan bintik-bintik kuning keputihan, dan
perlekatan erat vitreoretina pada tepinya
• Menimbulkan ablasio retina pada sejumlah kecil mata, tetapi
20-30% mata ablasio retina disertai dengan degenerasi lattice .
• Microcystoid Degeneration
• Snowflakes
• Paving Stone Degeneration
• Honey Comb Degeneration
• Drussen
• Oral Pigmentary Degeneration
Penatalaksanaan
1. Retinopeksi Pneumatik
2. Laser Photocoagulation
3. Scleral Buckle
4. Vitrektomi

Prinsip pembedahan:
• Cari semua kerusakan retina
• Membuat iritasi chorioretina disekitar retina yang rusak
• Menghubungkan retina dan choroid untuk membuat terjadinya adhesi
chorioretina yang mengisi ruangan subretinal
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat berupa Proliferative retinopathy (PVR).
PVR terjadi pada 8 – 10% pasien yang melakukan pembedahan retinal
detachment.
Faktor risiko komplikasi ini ialah
Usia
Robekan retina yang besar
Pembedahan retinal detachment sebelumnya
Penggunaan cryotherapy
Perdarahan vitreous
Lepasnya choroid.

09/02/20
09/02/20
Ablasio Retina
Peran Dokter Umum
Tingkat kompetensi 2, SKDI
1.Edukasi
2.Mendiagnosis
3.Merujuk
4.Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Daftar Pustaka
American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical Science
Course , Retina and Vitreous, 2012-2013. pg 286-92.
Kanski JJ, Gregor ZJ. Retinal Detachment: a colour manual of diagnosis
and treatment 2nd Ed. Butterworth-Heinemen, 1994.
Rogers AH, Duker JS. Rapid diagnosis in ophthalmology. China; Mosby
Elsevier, 2008.
Djatikusumo A, Hutapea MH. Buku Ajar Oftalmologi: Ablasio Retina.
Jakarta; Badan Penerbit FKUI, 2017. pg. 257-9.

09/02/20
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai