Anda di halaman 1dari 12

JURNAL ILMU KEPERAWATAN

Volume 5 No. 1, Mei 2017

SUSUNAN REDAKSI
DAFTAR ISI
JURNAL ILMU KEPERAWATAN
PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PERUBAHAN POTENSI
KREATIVITAS ANAK AUTIS USIA 5-6 TAHUN DI KLINIK TERAPI WICARA
FASTABIKUL KHOIROT BEDALI LAWANG
Penanggung Jawab
Ari Damayanti Wahyuningrum..........................................................1-5
Ns. Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom
PENINGKATAN KENYAMANAN LANSIA DENGAN NYERI RHEUMATOID
Editor Kepala ARTHRITIS MELALUI MODEL Comfort Food For The Soul
Ns. Bintari Ratih K, M.Kep Dhina Widayati, Farida Hayati........................................................6-15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN


Penyunting/Editor RESILIENSI ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL (DOWN SYNDROME)
Ns. Tina Handayani, M.Kep STUDI DI SDLB-C YAYASAN BHAKTI LUHUR KOTA MALANG
Dian Pitaloka Priasmoro, Nunung Ernawati...................................16-24
Desain Grafis
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS
Ns. Ahmad Hasyim W., M.Kep, MN
TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DI KABUPATEN PONOROGO
Filia Icha Sukamto...........................................................................25-33
Sekretariat
Ns. Annisa Wuri Kartika., M.Kep FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI GEJALA
NYERI DADA KARDIAKISKEMIK PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ika Setyo Rini, Dini Widya Ayuningtyas, Retty Ratnawati..............34-41

FENOMENOLOGI : PENGALAMAN CARING PERAWAT PADA PASIEN


TRAUMA DENGAN KONDISI KRITIS (P1) DI IGD RSUD TARAKAN-
KALIMANTAN UTARA
Alamat Redaksi Merry Januar F., Retty Ratnawati, Retno Lestari............................42-56
Gedung Biomedik Lt. 2
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
Fakultas Kedokteran Universitas PADA PASIEN PRE OPERASI TERENCANA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR
Brawijaya MALANG
Jalan Veteran Malang 65145 Miftakhul Ulfa..................................................................................57-60
Telepon (0341) 551611, 569117,
567192 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN PADA PASIEN
Pesawat 126; CEDERA KEPALA YANG PERNAH DIRAWAT DI IGD RSUD DR. R. KOESMA
TUBAN
Fax (62) (0341) 564755
Moh. Ubaidillah Faqih, Ahsan, Tina Handayani Nasution..............61-73
Email: jik@ub.ac.id
Website: www.jik.ub.ac.id GAMBARAN PENGETAHUAN SAYUR ANAK USIA 5-12 TAHUN DI
YAYASAN ELEOS INDONESIA DESA SUKODADI KECAMATAN WAGIR
KABUPATEN MALANG
Ronasari Mahaji Putri, Susmini, Hari Sukamto Hadi.......................74-80

STUDI FENOMENOLOGI: POST TRAUMATIC GROWTH PADA ORANG


TUA ANAK PENDERITA KANKER
Zidni Nuris Yuhbaba, Indah Winarni, Retno Lestari.......................81-95

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI FIBRINOLITIK PADA PENDERITA


ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN DIABETES
DAN TIDAK DIABETES BERDASARKAN PENURUNAN ST-ELEVASI
Ni Made Dewi W., Djanggan Sargowo, Tony Suharsono..............96-102

www.jik.ub.ac.id
1
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017
2
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESILIENSI
ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL (DOWN SYNDROME) STUDI
DI SDLB-C YAYASAN BHAKTI LUHUR KOTA MALANG

Dian Pitaloka Priasmoro1, Nunung Ernawati2


1,2
Program Studi Keperawatan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang

ABSTRAK
Keluarga dengan anak down syndrome umumnya mengalami tingkat stres yang lebih tinggi. Sehingga
sangat penting bagi orang tua untuk memiliki ketahanan mental atau resiliensi. Resiliensi atau ketahanan
mental adalah kemampuan individu untuk bangkit dan pulih dari keadaaan stres. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis hubungan faktor individu, keluarga, dan komunitas yang berhubungan dengan
resiliensi orang tua. Metode dalam penelitian ini adalah korelatif observasional dengan pendekatan cross
sectional jumlah sampel 36 diambil dengan total sampling. Instrumen faktor-faktor yang mempengaruhi
resiliensi orang tua adalah kuisioner yang dibuat peneliti dan kuisioner baku Resilience Quotient. Instrumen
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan Pearson Product Moment dan Alpha Chronbach.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tahap editing, coding, tabulating dan analisis statistik. Uji
analisis yang digunakan adalah Pearson dan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap
varibel dependen dilakukan uji regresi linier dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini
menunjukkan faktor individu tinggi, faktor keluarga sedang, dan faktor komunitas sedang. Analisis korelasi
Pearson menunjukkan faktor yang berhubungan dengan resiliensip-value < α 0,05 adalah individu (p-
value=0.000, r=0,616), keluarga (p-value=0.001, r=0,547), dan komunitas (p-value=0.000, r=0,634). Analisis
multivariat dengan regresi linier berganda didapatkan faktor individu, keluarga dan komunitas memiliki sig
0,000 < 0,05, dan koefisien korelasi > 0,05 yang paling berhubungan adalah faktor individu 0.360).
Kesimpulan ada hubungan signifikan antara faktor individu, keluarga dan komunitas dengan resiliensi
orang tua. Dengan kekuatan hubungan yang kuat dan arah positif, artinya semakin tinggi faktor individu,
keluarga dan komunitas maka akan semakin tinggi resiliensi orang tua. Faktor individu adalah faktor yang
paling berkontribusi.
Kata Kunci: Faktor Individu, Keluarga, Komunitas, Resiliensi, Orang Tua, Retardasi Mental (Down Syndrome)

ABSTRACT
Families with children with Down syndrome generally experience higher stress levels. So it is very important
for parents to have the mental toughness or resilience. Resilience or mental endurance is the ability of
individuals to rise up and recover from stressful circumstances. The purpose of this study was to analyze
the relationship between the individual, family, and community resilience associated with older people. The
method in this research is correlative observational with cross sectional approach 36 the number of samples
taken by total sampling. Instruments factors that affect the resilience of parents is made researcher
questionnaire and standard questionnaire Resilience Quotient. Instruments has tested the validity and
reliability with Pearson Product Moment and Alpha Chronbach. Furthermore, the data processing is done
with the editing stage, coding, tabulating and statistical analysis. Test analysis is Pearson and to determine
the effect of independent variables on the dependent variable linear regression test with a confidence level
of 95%. The results showed a high individual factors, family factors were, and community factors were.
Pearson correlation analysis showed that factors associated with resilience p-value <0.05 was the individual
α (p-value = 0.000, r = 0.616), family (p-value = 0.001, r = 0.547), and the community (p-value = 0.000, r
= 0.634). Multivariate analysis with multiple linear regression obtained individual, family and community
has a sig 0.000 <0.05, and correlation coefficients> 0.05 are most relevant is the individual factor 0360). In
conclusionthere were significant relationship between individual, family and community with the resilience
of the elderly.With the strength of strong relationships and a positive direction, meaning that the higher
the individual, family and community, the higher the resilience of the elderly. The individual factors is the
most contributing factor.
Keywords: Factor Individual, Family, Community, Resilience, Parent, Mental Retardation (Down Syndrome)

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 5, No. 1, Mei 2017; Korespondensi: Dian Pitaloka P.; Program Studi
D-3 Keperawatan; Poltekes RS dr. Soepraoen Malang; Jalan Sudanco Supriyadi No. 22 Sukun Kota
Malang; Telepon 0341-335750; E-mail: priasmoro.pitaloka@gmail.com / HP. 081233199747

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


16
PENDAHULUAN Retardasi mental dapat didefinisikan
sebagai penurunan Intelegence Quotient (IQ)
Keluarga dengan anak down syndrome
umumnya mengalami tingkat stres yang secara keseluruhan di bawah 70 dan disertai

lebih tinggi daripada keluarga dengan dengan adanya defisit fungsional pada

perkembangan anak-anak yang biasa (Riper, perilaku adaptif seperti perilaku dalam

2007). Meskipun beberapa keluarga dengan kehidupan sehari-hari, kemampuan sosial,

anak-anak down syndrome mengalami dan komunikasi. (Norhidayah, Wasilah, dkk.,

kesulitan beradaptasi dengan stres, akan 2013).

tetapi keluarga lain dapat berhasil Penyebab retardasi mental ini bervariasi,
beradaptasi dan bahkan berkembang. dapat berasal dari faktor genetik ataupun
Resiliensi diartikan sebagai kemampuan kromosomal. Karena kesehatan merupakan
keluarga untuk pulih dengan mempertahan- sesuatu yang unik, maka secara umum
kan integritas sebagai sebuah unit serta perawatan difokuskan pada perkembangan
memastikan pemulihan kesejahteraan dan9 pendidikan. Adaptasi keluarga
anggota keluarga dan unit keluarga secara didefinisikan sebagai hasil dari upaya
keseluruhan. keluarga untuk membawa tingkat
Retardasi mental sindromik adalah keseimbangan dan fungsi baru untuk
retardasi mental yang disertai dengan menghadapi stres atau situasi (Riper, 2007).
adanya beberapa dismorfologi fisik Orang tua merupakan unit dalam keluarga
sedangkan retardasi mental nonsindromik memiliki kontribusi dalam keberhasilan
adalah retardasi mental tanpa disertai resiliensi. Berdasarkan hasil penelitian
dengan kelainan lain (Luttenberg, de keberhasilan keluarga dalam beradaptasi
Brouwer, Kleefstra, et al, 2006). rupanya dipengaruhi oleh resiliensi keluarga

Meskipun penggunaan skrining prenatal (Faqurudheen, Hena& Mathew, Sini T, et al.,


telah banyak dilakukan namun angka 2014). Dengan latar belakang di atas maka
kejadian down syndrome masih relatif peneliti perlu untuk menganalisis faktor-
tinggi. Di Amerika Serikat setiap tahun faktor apa saja yang mempengaruhi resiliensi
dilahirkan sekitar 3000-5000 anak orang tua yang memiliki anak retardasi
penyandang retardasi mental (Faqurudheen, mental (down syndrome).
Hena & Mathew, Sini T, et al., 2014).Menurut
catatan Indonesia Center for Biodiversity
METODE PENELITIAN
dan Biotechnology (ICBB) Bogor tahun 2013
Desain yang digunakan dalam penelitian
dalam Norhidayah, Wasilah, dkk (2013), di
ini adalah deskriptif korelasional, dengan
Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak
pendekatan cross sectional. Populasi dan
pengidap down syndrome. Salah satu
sampel dalam penelitian ini adalah orang
yayasan dikota Malang yang fokus
tua anak retardasi mental. Sampel diambil
mengelola anak-anak cacat fisik dan
dengan tekniktotal sampling dengan jumlah
berkebutuhan khusus adalah yayasan Bhakti
36 responden.
Luhur, dimana terdapat 450 anak dan 100 anak.

www.jik.ub.ac.id
17
Instrumen yang digunakan adalah Analisis Univariat
kuisioner baku resiliensi (Resilience Ques- Tabel 1. Karakteristik Faktor dan
tion). Dan Kuisioner faktor individu, keluarga Resiliensi Orang Tua
dan komunitas yang disusun oleh peneliti. Variabel Mean Std. Min-Mak
Sebelum instrumen digunakan untuk Deviation
Skor faktor 30,5 5,337 14-36
mengambil data dilakukan uji validitas Individu
dengan Product Momen Pearson Skor Faktor 28,19 5,631 12-36
keluarga
Correlation dan reliabilitas Alpha Skor Faktor 25,58 6,096 12-36
Komunitas
Chronbach’s. Dan didapatkan hasil
Skor Resiliensi 64,42 17,275 34-93
instrument valid dan reliable.
Sumber : data primer
Penelitian dilakukan di SLB C Yayasan
Pada tabel diketahui diketahui bahwa
Bhakti Luhur Kota Malang padabulan Mei-
dari 36 responden, mean skor faktor individu
Juni 2016 dengan pengisian kuisioner dan
adalah 30,5 dalam kategori tinggi. Mean
wawancara selama 45 menit. Data yang
skor faktor keluarga adalah 28,19 dalam
didapat selanjutnya dilakukan analisis
kategori sedang. Mean skor faktor
univariat yang disajikan dalam bentuk mean,
komunitas adalah 25,58 dalam kategori
median, modus, standart deviasi, minimum,
sedang. Dan mean skor resiliensi adalah
dan maksimum dan data katagorik disajikan
64,42 dalam kategori ketahanan sedang.
dalam bentuk distribusi frekuensi dan
prosentase. Bivariat dengan uji korelasi
Bivariat
Pearson. Dan multivariat dilakukan dengan
Sebelum dilakukan uji korelasi Pearson
uji regresi linier.
dilakukan uji normalitas data menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai
HASIL PENELITIAN signifikan (p-value) > 0,05 yang artinya
penyebaran data normal.
Data gambaran umum responden
disajikan dalam bentuk narasi yaitu Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Pearson
berdasarkan data hasil penelitian diketahui No. Komponen r p-value
bahwa dari 36 responden, rata-rata berjenis 1. Individu * resiliensi 0.616 0.000
kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (63,9%), 2. Keluarga*resiliensi 0.547 0.001
berumur 36-40 tahun sebanyak 10 orang 3. Komunitas * resiliensi 0.634 0.000
(47,2%), merupakan ibu kandung sebanyak
Sumber : data primer
23 orang (63,9%), memiliki anak retardasi 2
orang sebanyak 19 orang (52,8%), besar Berdasarkan tabel menunjukan bahwa ρ
berpendidikan SMA sebanyak 12 orang value < α 0.05 maka Ho ditolak artinya ada
(80,6%), merawat anak dibantu oleh orang hubungan antara faktor individu, keluarga
tua sebanyak 12 orang (33,3%), mendapat dan komunitas terhadap resiliensi orang tua.
informasi perawatan anak dari masyarakat Untuk mengetahui keeratan hubungan antar
sebanyak 19 orang (52,8%). variabel (r) maka dapat diketahui bahwa

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


18
keeratan hubungan variable individu, R Square (R2) adalah 0,612 atau 61,2% yang
keluarga dan komunitas dengan resiliensi artinya persamaan yang diperoleh layak
didapatkan nilai > 0.4 sehingga dapat digunakan dan mampu menjelaskan
disimpulkan bahwa faktor individu, keluarga resiliensi sebesar 61,2%, sebesar 38,8%
dan komunitas mempunyai hubungan yang sisanya dijelaskan variabel lain.
kuat dengan resiliensi dengan arah positif Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
(+). Yang artinya semakin tinggi faktor regresi ada beberapa uji asumsi klasik yang
individu, keluarga dan komunitas maka akan harus dipenuhi agar kesimpulan dari regresi
semakin tinggi resiliensi orang tua. tersebut tidak bias, yaitu uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, uji
Analisis Multivariat
heteroskodesitas dan uji linieritas. Dari
Untuk melihat besarnya hubungan pengujian asumsi klasik didapatkan hasil
variabel independent dengan variabel prasyarat terpenuhi, sehingga dapat
dependent merupakan data numerik. disimpulkan bahwa secara bersama-sama
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linier faktor individu, keluarga, dan komunitas
Variable Koefisien Koefisien p-value R berhubungan secara bermakna dengan
korelasi square resiliensi orang tua. Dan faktor individu
(β)
Konstanta -23.712 0.079 0,612 adalah yang paling berkontribusi atau
Individu 1.163 0.360 0.009 berhubungan dengan perilaku agresif
Keluarga 1.038 0.339 0.007
Komunitas 0.914 0.323 0.023 sebesar 0,360.
Sumber : data primer

Berdasarkan tabel hasil di atas PEMBAHASAN


didapatkan variabel yang dapat memprediksi Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang
resiliensi adalah variabel dengan ρ value < α hubungan antara variabel independent
0.05 yaitu faktor individu, keluarga, dan dengan variabel dependent yaitu faktor-
komunitas. Sehingga H o ditolak, hal faktor yang mempengaruhi resiliensi
inidapatdisimpulkanbahwafaktorindividu, (individu, keluarga, dan komunitas) dengan
keluargadankomunitasberpengaruhterhadap
resiliensi orang tua anak retardasi mental
proses resiliensi orang tua anak down syndrome. (Down syndrome) Studi di SDLB-C Yayasan
Dengan urutan yang besarnya paling
Bhakti Luhur Kota Malang.
berkontribusi atau berhubungan (dengan
nilai koefisien korelasi atau β > 0,05) adalah Hubungan Faktor Individu dengan
faktor individu, keluarga dan komunitas. Resiliensi Orang Tua Anak Retardasi
Persamaan selanjutnya dilakukan uji Mental (Down Syndrome)
ANOVA dan dilihat hasil Summary Model Everall, Reobin (2006) menyebutkan
untuk mengetahui kelayakan persamaan dan bahwa resiliensi sering dihubungkan dengan
seberapa besar nilai persen kepercayaan kemampuan seseorang bangkit kembali
persamaan menjelaskan presiksi. Dari tabel untuk menghadapi tekanan atau stres. Ini
didapatkan hasil Model Summary Adjusted merupakan kunci utama yang mempenga-

www.jik.ub.ac.id
19
ruhi seseorang lebih efektif dalam kehidupan pendidikan juga merupakan hal terpenting
dan pekerjaan. Faktor-faktor yang berhu- dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi
bungan dengan resiliensi antara lain adalah pendidikan seseorang, semakin banyak
faktor individual, keluarga, dan komunitas pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga
(Everall, Reobin,2006). akan lebih siap dalam menghadapi masalah

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel yang akan terjadi (Perdana A, Ichsan B, &

9 diketahui bahwa dari 36 responden, mean Rosyidah D, 2013). Selain itu kondisi

skor faktor individu adalah 30,5 dalam sosiodemografi individu seperti pekerjaan dan
pendapatan juga mempengaruhi individu.
kategori tinggi. Dan padatabel 10 diketahui
Individu yang bekerja dan memiliki
korelasi faktor individu dengan resiliensi
pendapatan akan merasa lebih tentram dan
orang tua menunjukkan nilai signifikansi p
memiliki peluang untuk mendapatkan
value = 0,000 < α 0,05 dan koefisien korelasi
bantuan dari luar lebih besar daripada yang
(r) = 0,616. Artinya ada hubungan signifikan
tidak bekerja dan berpenghasilan.
antara faktor individu dengan resiliensi.
Dengan kekuatan hubungan kuat dan arah Pernyataan tersebut didukung oleh

hubungan positif. Yang berarti semakin Holaday (2010) yang menyatakan bahwa

tinggi faktor individu maka akan semakin keterampilan kognitif berpengaruh penting

tinggiresiliensi orang tua. Dalam penelitian pada resiliensi individu. Kemampuan kognitif
ini lah yang nantinya berguna untuk
ini juga diketahui sebagian besar pendidikan
melepaskan pikiran dari trauma dengan
responden SMA dan Perguruan Tinggi,
menggunakan fantasi dan harapan-harapan
orang tua bekerja.
yang ditumbuhkan pada diri individu yang
Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa
bersangkutan. Sehingga dapat meningkatkan
orang tua memiliki kemampuan secara
kesejahteraan psikologis. Menurut Sagone
individual yang tinggi untuk menghadapi
& De Caroli (2014) menyatakan bahwa
stres. Kemampuan orang tua untuk
kesejahteraan psikologis pada individu dapat
menghadapi stress dipengaruhi oleh
meningkatkan perasaan penerimaan pada
kemampuan individu yang diperoleh melalui
diri sehingga individu akan lebih mudah
kemampuan kognitif. Dan kemampuan
beradaptasi dengan stress atau resilien
kognitif dipengaruhi oleh tingkat pendi-
(Sagone & De Caroli, 2014)
dikan. Notoatmodjo (2010) menyatakan
bahwa kognitif adalah kemampuan Hubungan Faktor Keluarga dengan
intelektual dalam berpikir, mengetahui dan Resiliensi Orang Tua Anak Retardasi
memecahkan masalah. Mental (Down Syndrome)
Tingkat pendidikan yang tinggi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
mempunyai resiko lebih rendah terjadinya 9 diketahui bahwa dari 36 responden, mean
penurunan fungsi kognitif karena dengan skor faktor keluarga adalah 28,19 dalam
proses pendidikan yang berjalan terus menerus kategori sedang. Dan pada tabel 10
seseorang akan cenderung mempunyai diketahui korelasi faktor keluarga dengan
kemampuan dalam uji fungsi kognitif. Tingkat resiliensi orang tua menunjukkan nilai

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


20
signifikansi ρ value < α 0,05 dan koefisien skor faktor komunitas adalah 25,58 dalam
korelasi (r) = 0,547. Artinya ada hubungan kategori sedang. Dan padatabel 10 diketahui
signifikan antara faktor komunitas dengan korelasi faktor keluarga dengan resiliensi
resiliensi. Dengan kekuatan hubungan kuat orang tua menunjukkan nilai signifikansi ρ
dan arah hubungan positif. Yang berarti value < α 0,05 dan koefisien korelasi (r) =
semakin tinggi faktorkomunitasmaka akan 0,634. Artinyaada hubungan signifikan
semakin tinggiresiliensi orang tua. Dalam antara faktor komunitas dengan resiliensi.
penelitian ini juga diketahui sebagian besar Dengan kekuatan hubungan kuat dan arah
responden memperoleh informasi tentang hubungan positif. Yang berarti semakin
perawatan anak dari masyarakat. Hasil tinggi faktor komunitas maka akan semakin
penelitian ini diasumsikan bahwa orang tua tinggiresiliensi orang tua. Dalam penelitian
memiliki cukup dukungan dari anggota ini juga diketahui sebagian besar responden
keluarga yang lain selama melayani dan bekerja, dalam perawatan anak dibantu oleh
merawat anak retardasi mental. Dukungan keluarga dan memperoleh informasi tentang
dari anggota keluarga lain selain diri sendiri penanganan dan perawatan anak dari
inilah yang membuat orang tua mampu masyarakat.
menghadapi stress dan menjadi resilien.
Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa
Pernyataan tersebut didukung oleh orang tua memiliki cukup dukungan dari
Friedman (2010) menyebutkaan bahwa berbagai sumber selama melayani dan
sebuah keluarga memiliki karakteristik yang merawat anak retardasi mental seperti
dinamis. Individu sebagai anggota keluarga jaringan sosial atau masyarakat.
yang ada didalamnya saling berinteraksi
Pernyataan tersebut didukung Marcotte
untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain
& Vilatte et al., (2014) yang menyebutkan
dan saling memberikan dukungan. Menurut
bahwa resiliensi individu juga dipengaruhi
Tselebis, et al., (2011) dukungan keluarga
faktor sosio demografik. Seperti hubungan
yaitu perasaan tentang sikap, tindakan,
sosial, pendapatan, dan penggunaan
bentuk perhatian dan penerimaan anggota
jaringan sosial sebagai dukungan. Menurut
keluarga yang tinggal dan hidup dengannya
Hadiningsih (2014) dukungan sosial adalah
disaat mereka menghadapi segala macam
informasi verbal atau nonverbal, bantuan
permasalahan. Kehadiran anggota keluarga
yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
yang lain akan memberikan perasaan nyaman
oleh orang-orang di sekitar individu di dalam
dan meningkatkan penerimaan individu
lingkungan sosialnya. Atau berupa kehadiran
terhadap diri sehingga membuat seseorang
maupun hal-hal yang dapat memberikan
lebih resilien (Sagone & De Caroli, 2014).
keuntungan emosional atau berpengaruh
Hubungan Faktor Komunitas dengan pada tingkah laku penerimanya. Dari
Resiliensi Orang Tua Anak Retardasi beberapa pernyataan di atas maka dapat
Mental (Down Syndrome) diasumsikan bahwa orang tua yang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel memiliki hubungan sosial akan mendapatkan
9 diketahui bahwa dari 36 responden, mean dukungan dari lingkungan sosialnya.

www.jik.ub.ac.id
21
Sehingga secara emosional orang tua anak oleh Sagone & De Caroli (2014) menyatakan
Retardasi Mental (down syndrome) lebih bahwa kesejahteraan psikologis pada
tahap terhadap stress atau tekanan karena individu dapat meningkatkan perasaan
lebih banyak mendapatkan informasi, saran penerimaan pada diri sehingga individu akan
maupun perhatian dari lingkungan sosial. lebih mudah beradaptasi dengan stress atau
Hal ini juga didukung oleh Hadiningsih resilien.
(2014) yang menyebutkan bahwa dukungan Dan dari hasil penelitian juga diketahui
sosial merupakan suatu proses yang nilai Adjusted R Square (R2) adalah 0.612
menjelaskan bentuk hubungan sosial yang atau 61.2% sehingga secara bersama-sama
menyumbangkan manfaat bagi kesehatan faktor individu, keluarga dan komunitas
mental atau fisik individu. mampu memprediksi resiliensi orang tua
sebesar 61,2%, dan 38,8% sisanya dijelaskan
Faktor yang Paling Berhubungan dengan
variabel lain yang tidak diteliti. Hasil
Resiliensi Orang Tua
penelitian ini diasumsikan bahwa terdapat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel faktor lain yang berhubungan dengan
12 hasil uji regresi diketahui bahwa dari resiliensi. Seperti keaktifan orang tua
ketiga faktor yaitu faktor individu, keluarga, melibatkan petugas kesehatan dalam
dan komunitas secara berurutanyang paling memperoleh dukungan. Pernyataan tersebut
berkontribusi atau berhubungan (dengan didukung oleh Nurdian & Anwar (2014) yang
nilai koefisien > 0,05) adalah faktor individu, menyatakan bahwa banyak hal yang dapat
keluarga dan komunitas. Artinya dalam hal dilakukan untuk meningkatkan resiliensi
ini faktor individu merupakan faktor yang individu yang rendah seperti mengikuti
paling berkontribusi atau berhubungan kelompok konseling atau melibatkan
dengan resiliensi. petugas kesehatan. Konseling merupakan
Hasil penelitian ini diasumsikan pada kegiatan dinamis yang memusatkan pada
dasarnya faktor yang paling menentukan usaha berfikir dan bertingkah laku untuk
tingkat resiliensi atau ketahanan orang tua meningkatkan penerimaan dan bantuan.
dalam mengahadapi stressor khususnya yang Hal ini bermanfaat untuk mereduksi gejala-
berasal dari keberadaan anak retardasi metal gejala Post Traumatic Disorder, sehingga
(down syndrome) adalah pada penerimaan individu mampu mempertahankan harga
diri. Kehadiran keluarga maupun dukungan diri serta penerimaan diri.
sosial atau masyarakat pada dasarnya adalah Penelitian ini dapat memberikan hasil
sumber dukungan tambahan. Yang lebih bahwa orang tua yang memiliki anak
utama dalam hal ini adalah kemampuan retardasi dapat meningkatkan resiliensi yang
orang tua dalam mengelola dukungan rendah menjadi lebih tinggi dengan
tersebut menjadi sumber kekuatan, meningkatkan faktor individu, keluarga dan
meningkatkan harapan, dan semangat yang komunitas. Fasilitas pendidikan untuk anak
berguna untuk meningkatkan kesejahteraan retardasi mental dapat membantu orang
psikologisnya. Pernyataan tersebut didukung tua dalam meningkatkan resiliensi dan

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


22
utamanya memberikan fasilitas dengan orang tua. Faktor individu diprediksi paling
menghubungkan orang tua dengan petugas berkontribusi atau berhubungan dengan
kesehatan apabila terdapat keadaan orang resiliensi orang tua.
tua tidak mampu resilien. Saran yang dapat diberikan yaitu
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu perawat dapat memberikan edukasi kepada
Responden hanya dibatasi pada orang tua masyarakat tentang faktor-faktor yang
yang aktif mengantar anak ke sekolah mempengaruhi keberhasilan resiliensi
sehingga peneliti tidak dapat memprediksi- keluarga sehingga masyarakat dapat
kan orang tua yang tidak terlibat dalam mengetahui dan dapat melukan tindakan
mengantarkan anak RM karena bekerja. untuk meningkatkan dukungan individu,
keluarga maupun masyarakat sebagai wujud
penerimaan pada orang tua yang memiliki
KESIMPULAN
anak retardasi mental (down syndrome).
Kesimpulan yang bisa diambil yaitu
Orang tua disarankan agar selalu aktif
faktor individu, keluarga dan komunitas
mencari informasi sebagai bentuk tindakan
berhubungan dengan resiliensi orang tua.
dalam meningkatkan kemampuan individu
Peningkatan faktor individu, keluarga dan
untuk resilien.
komunitas akan meningkatkan resiliensi

DAFTAR PUSTAKA Holaday, Morgot. (2010). Resilience and


severe burns. Journal of counseling and
Everall, Reobin. (2006). Creating a future:a
development, 75, 346-357.
study of recilience in suicidal female
adolescent. 84, 561-470. Luttenberg D, A P M de Brouwer, T kleefstra,
et al. (2006). Chromosomal copy number
Faqurudheen,Hena& Mathew,Sini T,dkk.
changes in patients with non-syndromic
(2014). Exploring family resilience in a
X linked mental retardation detected by
community mental health setup in South
array CGH. Journal of Medical Genetic,
India. Procedia Economics and Finance,
43, 362-370.
18, 391-399.
Marcotte, Diane& Vilatte, Aude et all. (2014).
Friedman, Marylin M. (2010). Keperawatan
Resilience factor in student presenting
keluarga teori dan praktik. Edisi 3.
depressive symptoms during the post-
Jakarta: EGC.
secondary school transition. Social and
Hadiningsih, Tyas T.(2014). Skripsi: Hubungan
behavioral sciences.159,91-95.
antara dukungan sosial dengan resiliensi
Norhidyah, Wasilah, dkk. (2013). Gambaran
pada remaja di Panti Asuhan Keluarga
kejadian kecemasan pada ibu penderita
Yatim Muhammadiyah Surakarta.
retardasi mental sindromik di SLB-C
Helton, L.R, & Smith, M.K. (2004). Mental
Banjarmasin. Berkala kedokteran, 9(1).
health practice with children and
Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan
youth. New York: The Hawort Social Work
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Practice Press.

www.jik.ub.ac.id
23
Nurdian, M D.& Anwar, Z.(2014). Konseling Sagone, Elisabetta & De Caroli, Maria Elvira.
kelompok untuk meningkatkan resilien (2014). Relationship between psychological
si remaja putri. Jurnal ilmiah psikologi well-being and resilience in middle and
terapan. 2 (01) late adolescents. Social and behavioral
Perdana A, Ichsan B, & Rosyidah D. (2013). sciences.141,881-887.
Hubungan tingkat pengetahuan tentang
Sastroasmoro, S dan Ismael. (1995). Dasar-
penyakit DM dengan pengendalian kadar
dasar Metodologi Penelitian Klinis.
gula darah pada pasien DM Tipe II di
Jakarta: FKUI
RSU PKU Muhamadiyah Surakarta.
Biomedika, 5(2). Broadway Book. Tselebis, Athanosios, et al. (2011). The 13
item family support scale: reliability and
Riper, Marcia V. (2007). Families of Children
validity of the Greek translation in a
with Down Syndrome: Responding to “A
Change in Plans” with resilience. Journal sample of Greek health care professionals.

of pediatric nursing., 22(2). Asia pasific family medicine.103.

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


24

Anda mungkin juga menyukai