Oleh :
1908436828
Pembimbing:
dr. Bagus Sidharto, Sp.M
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lensa
2.1.1 Anatomi Lensa
Lensa berasal dari jaringan embrio ectoderm dan merupakan bagian dari
mata yang memiliki struktur yang lunak, elastis, avaskular (tidak memiliki
pembuluh darah), biconvex, yang pada orang dewasa memiliki diameter sebesar
9-10 mm dengan ketebalan anteroposterior sekitar 3,5 mm dengan berat 225 mg.
Kekuatan refraksi lensa adalah +17D dengan indeks refraksi 1.39%. Berada
menggantung di depan vitreus dengan bantuan ligament suspensorium (Zonula
zinni) dari badan siliar. Bagian bagian dari lensa yaitu:6
a) Kapsul Lensa
Kapsul lensa tersusun dari membran basal yang tebal yang menutupi
seluruh permukaan lensa. Ketebalan kapsul lensa pada bagian anterior yaitu 12-21
mikrometer dan pada bagian posterior 2-9 mikrometer. Kapsul lensa merupakan
tempat insersi dari serat zonular dan merupakan hal yang penting dalam merubah
bentuk lensa dalam proses akomodasi.
b) Epitel Lensa
Epitel anterior merupakan lapisan yang terdiri dari sel dengan epitel
kuboid dan hanya terletak bagian anterior lensa. Pada bagian ekuator, epitel
kuboid dapat berubah menjadi kolumnar dan memanjang membentuk serat lensa.
c) Korteks dan Nukleus Lensa
Serat lensa yang baru akan berlanjut bergerak dari luar lensa yang berasal
dari diferensiasi dari sel epitel lensa. Serat lensa lama, nukleus embrionik dan
fetal yang dihasilkan pada saat masa embrionik, kehilangan nukleusnya, dan
menetap di tengah dari2w2 lensa. Serat terluar yang baru terbentuk, membentuk
korteks lensa dan terdiri dari serat-serat yang berasal dari sel-sel epitel lensa yang
berdiferensiasi.
3
d) Zonula Fibers
Lensa didukung oleh zonular fibers yang melekat pada anterior dan
posterior kapsul lensa pada bagian tengah. Zonula fibers menahan lensa pada
tempatnya, yang dimana bagian ini melekat pada prosesus badan siliaris.
4
melalui kemampuan kontraksi dan relaksasi dari otot siliaris yang mempengaruhi
zonula dalam mengubah bentuk lensa.9
Otot siliaris merupakan otot polos yang melingkari lensa membentuk suatu
cincin yang melekat melalui ligamentum suspensorium. Otot siliaris dikontrol
oleh system saraf autonom melalui stimulasi simpatis yang menyebabkan
relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkan kontraksi (midriasis). Saat otot
siliaris distimulasi oleh saraf simpatis, ligamentum suspensorium akan menegang
dan ligamentum akan menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif,
pupil akan akan mengecil (miosis). Sebaliknya, saat otot siliaris distimulasi oleh
saraf parasimpatis, otot ini akan berelaksasi sehingga tegangan pada ligamentum
suspensorium berkurang yang akan menyebabkan lensa menjadi lebih bulat
karena elastisitas inherennya. Adanya mekanisme tersebut yang menyebabkan
kelengkungan lensa bertambah akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih
membelokkan berkas sinar. Mekanisme normal pada lensa yakni otot siliaris
berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi berkontraksi agar
lensa menjadi konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat.9
2.2 Katarak
2.2.1 Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani, Inggris dan Latin. Dalam bahasa
Yunani yakni katarrhakie, bahasa Inggris yakni cataract dan bahasa Latin yakni
5
cataracta yang berarti air terjun. Di Indonesia, katarak dapat diartikan sebagai
penglihatan yang seperti tertutup air hujan akibat lensa yang keruh atau disebut
bular. Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya sehingga menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus).2 Katarak
timbul karena multifactorial, namun proses penuaan merupakan penyebab utama.
Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus serta pemakaian obat-obatan
khususnya yang mengandung steroid, juga banyak berhubungan dengan
percepatan timbulnya katarak.3
6
Berdasarkan lokasi kekeruhan dalam lensa, katarak terkait usia
diklasifikasikan menjadi tiga jenis: kortikal, nuklear, dan subkapsular posterior.
Sel-sel epitel lensa adalah sel yang sangat aktif secara metabolik. Sel-sel ini
kemudian bermigrasi ke pusat lensa untuk membentuk serat lensa yang semakin
progresif dan yang nantinya menghasilkan sklerosis nuklear dari lensa.6
Patogenesis katarak bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya dipahami.
Lensa akan mengatur metabolisme dan pertumbahan sel sendiri sehingga sel-sel
lensa terus bertambah sepanjang hidup tetapi tidak ada sel-sel yang dibuang.
Metabolisme ini penting untuk mempertahankan integritas, transparansi, dan
fungsi lensa. Epitel lensa berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan ion dan
transportasi nutrisi, mineral, dan air kedalam lensa.8 Kandungan air lensa biasanya
stabil dan seimbang dengan aquous humor, namun seiring bertambahnya usia
akan berkurang sedangkan protein lensa (albuminoid) akan meningkat. Hal ini
menyebabkan lensa menjadi lebih keras, kurang elastis (daya akomodasi
menurun), dan menjadi kurang transparan.8
Kondisi sistemik dapat menjadi penyebab katarak seperti diabetes
mellitus. Kadar glukosa yang tinggi akan mempengaruhi kadar glukosa di aqous
humor menjadi kondisi hiperglikemik. Hal ini akan menyebabkan difusi glukosa
ke dalam lensa meningkat, dan akan diolah oleh enzim hexokinase. Enzim
heksokinase akan merubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dengan bantuan ATP
lalu akan berlanjut melalui siklus glikolisis anaerob (tekanan oksigen di lensa
rendah, sehingga hanya 3% glukosa yang akan masuk ke silkus krebs). Namun
enzim heksokinase memiliki mekanisme inhibisi umpan balik sehingga kadarnya
akan menurun bila terpapar glukosa tinggi terus menerus. Hal ini yang akan
mengaktivasi jalur enzim aldose reductase. Enzim ini akan mengubah glukosa
menjadi sorbitol yang nantinya akan diubah lagi menjadi fruktosa dengan bantuan
enzim polyoldehydrogenase. Afinitas enzim ini sangat rendah terhadap sorbitol,
sehingga akan terjadi penumpukan sorbitol di lensa. Akibatnya tekanan osmotik
meningkat yang kemudian akan menarik air masuk ke dalam lensa.6
7
Gambar 2.4 Metabolisme Glukosa di Lensa6
8
9
2.2.4 Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak dapat dibedakan atas waktu terjadinya, maturitas dan
morfologi. Berdasarkan waktu terjadinya, katarak dibagi atas katarak kongenital,
juvenile dan senile. Berdasarkan morfologi, katarak dibagi atas katarak nuklear,
kortikalis dan supkapsuler posterior.2,6
Berkurang
Bertambah
Cairan Lensa Normal Normal (air+masa lensa
(air masuk)
keluar)
Bilik Mata
Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
11
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai
menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat
juga unilateral. Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit untuk
membedakan corak warna. Katarak nuklear secara khas lebih mengganggu
gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa mengalami
pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi, dinamai
miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat
tanpa harus mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.6,12
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein
pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral dan menimbulkan
gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan
bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat
ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel
posterior, dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan
gambaran seperti embun.6,12
13
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.
Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti
plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk
pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu daripada penglihatan
jauh.6,12
14
Pasien dengan katarak akan mengeluh gangguan penglihatan mata
berupa:2,3
- Penglihatan buram
- Berkabut
- Second sight
- Diplopia monocular
- Merasa silau
- Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup
- Melihat warna terganggu
- Melihat halo sekitar sinar
- Penglihatan menurun
Konfirmasi keluhan tersebut, dalam pemeriksaan fisik harus dilakukan
pemeriksaan tajam penglihatan, Oblique illumination examination, shadow test,
pemeriksaan oftalmoskopik, pemeriksaan dengan slit lamp.14
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan ini bergantung pada lokasi dan tingkat maturitas katarak. Pada
pemeriksaan visus dapat berkisar dari 6/9 hingga tak terhingga.
2. Oblique Illumination Examination.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat warna lensa pada pupil yang berbeda
tergantung tipe katarak.
3. Shadow test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan tipe katarak matur dan imatur.
Pada pemeriksaan, bayangan cahaya yang masuk ke pupil akan membentuk
gambaran bulan sabit pada tepi lensa akibat adanya peningakatan opasitas
lensa yang menjadi berwarna abu-abu pada katarak imatur. Saat lensa
transparan atau sangat buram (matur) bayangan iris tidak terbentuk sehingga
pada katarak matur, hasil pemeriksaan shadow test akan negatif.
4. Pemeriksaan Oftalmoskop
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya cahaya kuning
kemerahan pada pemeriksaan fundus. Pada penyakit dengan peningaktan
opsitas pada bagain tengah, bayangan merah kekuningan tidak akan
15
ditemukan. Pada katarak partial akan menunjukan bayangan hitam. Katarak
matur tidak akan menunjukkan bayangan merah.
Gambar 2.13 (A) Katarak Imatur dengan Iris Shadow positif. (B)
Katarak matur dengan iris shadow negatif.15
2.2.6 Tatalaksana
Pada katarak akibat penyakit lain seperti diabetes mellitus, harus diterapi
penyebabnya. Selain itu pemberian obat-obatan belum dapat memberikan hasil
yang memuaskan, seperti penggunaan agen inhibitor aldose reductase dalam
mengubah glukosa menjadi sorbitol. Hal ini masih dalam tahap eksperimental
serta pemberian kaca mata masih dapat dipertimbangkan pada katarak dini. 6
Beberapa upaya untuk menunda perkembangan katarak dapat mengguanakan
preparat topikal yang mengandung garam iodide dari kalsium dan potassium pada
katarak tahap awal serta peran vitamin E dan aspirin dalam menunda proses
kataraktogenesis.14 Pengobatan definitif yang masih merupakan pilihan satu-
satunya dan merupakan pilihan terbaik untuk memperbaiki fungsi penglihatan
pada katarak adalah melalui operasi katarak.3
16
Terdapat beberapa indikasi dilakukannya pembedahan, yaitu:14
a. Perbaikan visual (Visual improvement)
Tindakan bedah dilakukan bila sudah mengganggu aktivitas. Perbaikan visual
pada tiap individu bervariasi, tergantung pada kebutuhan visual individu.
b. Indikasi medis
Indikasi medis untuk dilakukan operasi katarak adalah jika terjadi komplikasi
seperti glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis, dislokasi lensa ke
bilik mata depan dan katarak yang sudah sangat padat yang dapat
menghalangi gambaran fundus, sehingga menghalangi untuk melihat adanya
retinopati diabetik atau glaukoma.
c. Kosmetik
Terkadang pasien dengan katarak matur memilih untuk dilakukan ekstraksi
katarak meskipun tanpa harapan untuk mendapatkan visual.
Selain tiga indikasi di atas, terdapat indikasi berdasarkan mata yang terkena,
unilateral atau bilateral. Katarak unilateral atau monocular cataract dilakukan
tindakan operasi bila terdapat gangguan stereopsis, penyempitan lapang pandang
perifer, gejala silau yang sangat mengganggu, dan anisometropia yang
mengganggu. Tindakan operasi yang dilakukan pada katarak bilateral cukup rumit
dibanding katarak unilateral. Operasi awal dilakukan pada mata dengan kondisi
katarak lebih berat. Namun pada pasien rentan dengan penyakit sistemik penyerta
yang berat, operasi dilakukan pada mata dengan potensi visual yang lebih baik.6
Talaksana defenitif katarak ialah operasi. Pilihan operasi yang bisa dilakukan
yakni ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsuler
(EKEK).8,14
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) atau Intracapsular Cataract
Extraction (ICCE)
Ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) adalah operasi katarak yang
dilakukan dengan cara membuang lensa beserta kapsul. Operasi dilakukan
pada zonula yang lemah dan sudah mengalami degenerasi, serta mudah
17
rapuh, sehingga operasi ini merupakan kontraindikasi bagi pasien yang
berusia kurang dari 40 tahun.
Operasi ektraksi katarak intrakapsuler menggunakan mikroskop dan
alat khusus sehingga penyulit yang didapatkan minimal. Penyulit yang dapat
terjadi diantaranya astigmat, glaukoma, perdarahan, endoftalmitis dan
uveitus.2
18
Operasi ini dilakukan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk
memecahkan nukleus lensa dengan membuat sayatan 2,5-3 mm. Selanjutnya
nukleus yang sudah dipecah akan diaspirasi bersamaan dengan korteks lensa
melalui insisi kecil. Kemudian dilakukan pemasangan IOL ruang posterior
kedalam kantong kapsul.2,14
Kelebihan teknik ini adalah perbaikan tajam penglihatan lebih cepat,
timbulnya astigmatisma minimal serta minimalnya komplikasi dan inflamasi
pasca bedah.2 Hingga saat ini
19
terdapat perbaikan visus sesuai yang diharapkan, pemeriksaan penunjang
tambahan diperlukan untuk mengevaluasi penyebabnya. Pemeriksaan yang
dibutuhkan dapat berupa OCT, fluorescein angiografi, tofografi kornea atau
automated visual fields serta pemeriksaan lainnya jika diperlukan.6
Koreksi visus dan resep kacamata dapat ditentukan pada jadwal kontrol
terakhir pasien. Koreksi visus dapat ditentukan antara minggu 1 sampai 4 setelah
operasi katarak dengan sayatan kecil dan 6 sampai 12 minggu setelah operasi
dengan sayatan besar dan 3 sampai 4 minggu setelah operasi katarak dengan
fakoemulsifisikasi.6,14
2.2.7 Komplikasi
Katarak dapat menimbulkan komplikasi berupa phacoanaphylactic uveitis,
glaucoma dan subluksasi. Pada katarak hipermatur dapat membuat protein lensa
bocor dan memasuki ruang anterior mata, sehingga protein ini dianggap sebagai
antigen dan menginduksi reaksi antigen antibodi yang mengarah ke uveitis.
Glaukoma dapat dapat terjadi karena mekanisme yang berbeda-beda seperti
pembengkakan lensa (phacomorphic glaucoma), protein lensa yang bocor ke
ruang anterior (glaucoma phacolytic). Subluksasi atau dislokasi lensa dapat terjadi
akibat generasi zonula dalam tahap hipermatur. 14 Selain itu, komplikasi operasi
dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif dan komplikasi
yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL) dapat berupa
Posterior capsule opacification (PCO), glaucoma sekunder, peradangan area
mata, IOL malposisi, endoftalmitis.8
2.2.8 Prognosis
Umunya operasi katarak efektif mengembalikan penglihatan. Prognosis
penyakit ini sangat baik pada pasien yang mengikuti instruksi pasca operasi dan
pengobatan farmakologi yang diberikan oleh dokter spesialis mata, namun
prognosis tersebut dipengaruhi oleh multifaktor seperti tingkat gangguang
pengelihatan, tipe katarak, waktu intervensi, model teknik operasi, kualitas hidup,
6
keterlibatan
RAHASIAmata unilateral atau bilateral serta adanya penyakit sistemik lainnya.
BAB III
20
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R Pekerjaan : IRT
Umur : 51 tahun Pendidikan : SD
Jenis kelamin : Perempuan MR : 01054216
Alamat : Rokan Hilir Tgl pemeriksaan : 2/12/2020
Status : Menikah
KELUHAN UTAMA:
Mata kiri tidak bisa melihat tanpa mata merah sejak 5 bulan yang lalu
Riwayat Pengobatan :
Riwayat konsumsi obat anti diabetes (+) metforrmin
Riwayat konsumsi obat anti hipertensi (+) amlodipine
Riwayat konsumsi obat anti diabetes (+) metformin
21
Riwayat pemakaian tetes mata steroid jangka panjang (-)
Riwayat operasi katarak mata kanan 2 tahun yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda – tanda vital : TD : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6 0C
GDS : 217 mg/dL
STATUS OFTALMOLOGI
OD OS
Visus tanpa
1/300 1/∞.p.b
koreksi
Visus dengan
3/60 Tidak dikoreksi
koreksi
Posisi bola mata
(Ortoforia)
Gerakan bola
Baik, kesegala arah Baik, kesegala arah
mata
Tekanan bola
16 mmHg mata (Tonometri Tidak ternilai
non kontak)
Tidak ditemukan kelainan Palpebra Tidak ditemukan kelainan
Tidak ditemukan kelainan Konjungtiva Tidak ditemukan kelainan
Jernih, erosi (-) Kornea Jernih, erosi (-)
Injeksi silier (-) Sklera Injeksi silier (-)
Dalam COA Dalam
Bulat, sentral, reguler,
Bulat, sentral, reguler,
ᴓ 4 mm, reflek cahaya (+/+) Iris/pupil
ᴓ 2mm, reflek cahaya (+/+)
iris ditemukan.
Afakia Lensa Keruh, shadow test (-)
22
Gambar 3.1. Mata Kanan
Gambar 3.2. Mata Kiri
RESUME :
Perempuan 51 tahun, mata tidak bisa melihat tanpa mata merah sejak 5
bulan SMRS, awalnya mata kabur perlahan seperti melihat di dalam asap.
Riwayat DM tidak terkontrol sejak 10 tahun lalu. Pada pemeriksaan oftalmologi
tanpa koreksi didapatkan VOD 1/300 dan VOS 1/∞. Lensa keruh pada mata kiri,
shadow test OD (-) dan OS (- ).
Diagnosis Kerja:
Katarak senilis hipermatur OS
Afakia OD
DM tipe 2 tak terkontrol
Hipertensi grade II
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi :
- Operasi fakoemulsifikasi OS
- Konsul penyakit dalam
Prognosis
OD OS
Quo ad vitam : Bonam Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : Bonam Quo ad kosmetikum : Bonam
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Vaughan & Asbury’s. General ophthalmology. 19th Ed. United States:
McGraw-Hill Education.Inc. 2018. p. 399-410.
3. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S dan Bani AP. Buku Ajar Oftalmologi
edisi ke 1. Jakarta. BP FKUI. 2017.hlm. 195.
4. Murthy GVS, Malhotr S, Vashist P. Status of eye care in south east asia
region. Delhi J Ophthalmol 2013;24(2): 114-8.
6. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. San Francisco, CA:
American Academy of Ophthalmology. 2014.p.128-76.
8. Lang GK. Ophthalmology; A pocket textbook Atlas. 2th nd. New York:
Thieme.2006.p.169-203.
10. Stevens GA, et al. Global prevalence of vision impairment and blindness:
magnitude and temporal trends, 1990–2010. Ophthalmology. 2015;1:2377–
84.
24