.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan suatu faktor risiko utama terhadap penyakit kardiovaskular seperti
coronary hearth disease (CHD), congestive hearth failure (CHF), stroke iskemik, hemoragik
renal failure dan penyakit arteri perifer. Hipertensi juga berkaitan terhadap peningkatan
morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau peningkatan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg.1,2
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diterbitkan oleh Kementrian
Kesehatan menyebutkan bahwa angka kejadian hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Dalam
hasil pengukuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap responden yang berusia > 18
tahun, didapatkan hasil sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Provinsi Riau tergolong tinggi,
Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
Tetapi masih banyak pasien yang tidak patuh dalam pengobatannya. Oleh sebab itu diperlukan
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan demi tercapainya tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pada pasien hipertensi. Kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi sangatlah
penting dan menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan professional.6,7
Kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi, faktor pasien seperti, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, durasi penyakit, kepercayaan, faktor kondisi penyakit, dan faktor terapi. Faktor
eksternal meliputi faktor sistem pelayanan kesehatan dan faktor sosial ekonomi. Selain itu ada
dukungan keluarga.8,9
Tingkat kepatuhan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa metode., mulai dari
wawancara, kuesioner hingga menilai kunjungan pasien dalam pengambilan obat. Salah satu
metode yang digunakan pada penelitian ini ialah dengan menilai kepatuhan pasien dalam
melakukan refill obatnya, yaitu menggunakan metode medication possession ratio (MPR).
Medication possession ratio (MPR) merupakan suatu metode pengukuran tingkat kepatuhan
pasien dalam pengobatannya dengan melihat jadwal kunjungan yang dilakukan setiap bulan
untuk refill obatnya, dan dinilai selama 1 tahun. Metode ini dapat menilai tingkat kepatuhan
Berdasarkan data tersebut, dengan tingginya angka kejadian hipertensi di Provinsi Riau dan
beratnya komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi mendorong penulis untuk mengetahui
tingkat kepatuhan penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi di poli rawat jalan
berdasarkan usia dan jenis kelamin menggunakan medication possession ratio di RSUD Arifin
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pengumpulan data
dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan di RSUD Arifin Achmad pada bulan
Januari 2019 – Maret 2019 di bagian Depo Utama Rawat Jalan Instalasi Farmasi. Populasi pada
penelitian ini adalah data resep obat dari Depo Utama Rawat Jalan Instalasi Farmasi di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan metode besar
sampel minimum. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data obat pasien hipertensi data
data resep selama 1 tahun, dengan melihat kunjungan dan jumlah obat yang diambil dalam
sekali refill setiap bulannya.Setelah mendapatkan data yang diperlukan, data tersebut akan
dimasukkan pada lembar kerja penelitian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data tingkat
kepatuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
HASIL
Usia
< 60 tahun 34 35,8
≥ 60 tahun 61 64,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 35,8
Perempuan 61 64,2
Total 95 100
Tabel 4.1 karakteristik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau tahun 2017 berdasarkan usia, menunjukkan bahwa usia terbanyak yang menderita
hipertensi adalah pada usia ≥60 tahun sebanyak 61 (64,2%), sedangkan yang berusia <60 tahun
sebanyak 34 (35,8%). Berdasarkan jenis kelamin, kejadian hipertensi lebih banyak pada
MPR
70
60
50
40
30 MPR
20
10
0
Patuh Tidak Patuh
Gambar 4.1 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
berdasarkan medication possession ratio (MPR)
Berdasarkan gambar 4.1 tingkat kepatuhan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berdasarkan medication possession ratio (MPR)
menunjukkan bahwa jumlah sampel yang patuh dalam kunjungan refill obat hipertensi
sebanyak 61 orang (64,2%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 34 orang (35,8%). Nilai
MPR terendah yang didapatkan ialah sebesar 65, 7% sedangkan nilai tertinggi ialah 98,63%.
4.3 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 4.2 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik MPR
Tabel 4.2 tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia menunjukkan bahwa pasien
yang patuh berusia <60 tahun sebanyak 18 (29,5%) dan yang tidak patuh berusia <60 tahun
sebanyak 16 (47,1%) , sedangkan yang patuh pada usia ≥60 tahun sebanyak 43 orang (70,5%)
dan yang tidak patuh sebanyak 18 (52,9%). Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien yang patuh terbanyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 39 orang (63,9%), sedangkan yang tidak patuh terbanyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 22 orang (64,7%).
PEMBAHASAN
1. Gambaran pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan di instalasi farmasi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
tahun 2017 didapatkan bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan usia, menunjukkan
bahwa usia terbanyak yang menderita hipertensi adalah pada usia ≥60 tahun sebanyak 61
peningkatan. Hal ini dikarenakan, semakin tua usia seseorang maka akan terjadi penurunan
pengaturan sistem metabolisme dalam tubuh, seperti metabolism kalsium, sehingga akan
kalsium yang terdapat didalam darah akan mengakibatkan peningkatan pada viskositas darah,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar dan mengakibatkan terjadinya peningkatan pada
tekanan darah. Selain itu, kalsium yang menempel di dinding pembuluh darah akan
penyempitan pembuluh darah (ateroskerosis) yang juga akan mengganggu aliran darah.
Pertambahan usia juga menyebabkan elastisitas pada pembuluh arteri berkurang, sehingga
jantung akan bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh tubuh yang dapat
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nantyastuti di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang menunjukkan hasil bahwa kejadian
hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta lebih banyak ditemukan pada usia ≥ 60
tahun yaitu sebanyak 48 (52,17%).30 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sinuraya yang menyatakan bahwa pasien hipertensi banyak dialami oleh orang
yang berusia lebih dari 60 tahun. Hal tersebut dikarenakan dengan terjadinya pertambahan usia
pada seseorang akan meningkatkan resiko menderita hipertensi.33 Peningkatan usia pada
seseorang menjadi salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya proses degeneratif
pada organ-organ tubuh termasuk organ jantung dan juga pembuluh darah yang dapat
Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kejadian hipertensi
lebih sering dialami oleh perempuan sebanyak 61 orang (64,2%) sedangkan laki-laki sebanyak
34 orang (35,8%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nur’aeni di Puskesmas Kecamatan Sumbang Banyumas yang menyatakan
bahwa hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan sebanyak 38 orang (63,3%). Laki-laki
cenderung memiliki gaya hidup yang dapat berisiko meningkatkan tekanan darah. Namun
perempuan yang telah memasuki masa menopause akan mengalami penurunan produksi
hormon estrogen secara perlahan-lahan.26 Estrogen memiliki efek pada tekanan darah. Estrogen
yang terdapat dalam darah tersebut berupa estriol, estron dan estradiol. Penurunan estradiol
yang terjadi didalam darah akan mempengaruhi elastisitas pembuluh darah. Sehingga
penurunan elastisitas dari pembuluh darah akan dapat memicu timbulnya hipertensi.35
2. Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan medication possession ratio
possession ratio di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad tahun 2017 menunjukkan
bahwa sebanyak 61 orang (64,2%) patuh dalam pengobatan hipertensinya, sedangkan yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo yang menyatakan
bahwa tingkat kepatuhan pasien yang ≥80% dalam penggunaan antihipertensi sebesar 48,84%.
Namun penelitian yang sama oleh Prasetyo yang dilakukan di tempat yang berbeda menyatakan
bahwa pasien lebih banyak yang tidak patuh atau MPR <80% sebesar 58,49%.36 Hasil dari
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniarty yang menunjukkan
bahwa kepatuhan pasien yang tinggi dalam menjalani pengobatan di Rumah Sakit Panti Rapih
Tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, diantaranya ialah faktor sosioekonomi (tingkat ekonomi yang masih rendah,
tidak bekerja dan mahalnya harga obat), masih kurangnya pelayanan dalam sistem kesehatan,
fakor medikasi (regimen pemberian obat yang terlalu rumit, pengobatan yang berlangsung lama
serta efek samping obat) yang mengakibatkan pasien enggan untuk meneruskan pengobatannya.
Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatannya yaitu usia, dimana semakin tua usia seseorang semakin tinggi tingkat
kepatuhannya. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pihak keluarga pasien untuk
obat yang diresepkan akan semakin menurunkan angka kepatuhan pasien tersebut. Hal ini
dikarenakan pasien akan mengeluhkan terlalu banyaknya obat yang harus dikonsumsi setiap
hari.30,36,38
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan pasien hipertensi
di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2017 menunjukkan bahwa
pasien yang paling banyak patuh dalam pengobatan yakni yang berusia ≥ 60 tahun sebanyak 43
(70,5%) dan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak patuh ialah perempuan, sebanyak
39 (63,9%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo di Rumah Sakit
Panti Rapih, yang menyatakan bahwa tingkat persentase tertinggi kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan berdasarkan MPR yakni pada usia ≥ 60 tahun sebesar 47,56%. Sementara
penelitian yang serupa juga dilakukan di Rumah sakit Panti Rini yang menyatakan jika
kepatuhan tertinggi pada usia ≥ 60 tahun sebesar 59,26%. Berdasarkan jenis kelamin, penelitian
yang dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih menyatakan bahwa perempuan lebih patuh dalam
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nantyastuti, yang
menyatakan bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dengan nilai MPR ≥
80% terdapat pada usia ≥ 60 tahun sebanyak 30 (57,7%) dan dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 30 (57,7%).30 Sebuah survey yang dilakukan oleh apotik di Indonesia terhadap tingkat
kepatuhan pasien dalam penggunaan obat anti hipertensi pada pasien rawat jalan menunjukkan
bahwa sebanyak 50% subyek patuh dalam pengobatannya dengan nilai MPR > 80%.38
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Liberty, yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara usia dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam
menjalani pengobatnnya. Hal ini dikarenakan usia yang < 45 tahun merupakan usia yang
produktif melakukan aktivitasnya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan, maka mereka lebih
memperhatikan kesehatannya, sedangkan usia > 45 tahun lebih banyak tidak memperhatiakan
usia. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya usia, maka akan meningkatkan kesadaran
pasien akan pentingnya kesehatan. Selain itu dukungan dan pendampingan dari keluarga juga
dapat mendorong pasien untuk lebih teratur dalam menjalani pengobatan. Meskipun pada lansia
terjadi penurunan kemampuan kognitif dan fungsional namun tidak memberi pengaruh besar
terhadap kepatuhan pasien. Hal ini dikarenakan adanya pendampingan pengobatan dari
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan ketersediaan waktu dan kesempatan bagi
perempuan yang lebih banyak untuk datang ke fasilitas kesehatan daripada laki-laki yang lebih
banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Selain itu, perempuan juga lebih patuh dalam
mengkonsumsi obat sesuai dengan petunjuk yang diberikan, karena perempuan memiliki
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dapat diambil kesimpulan,
karakteristik pasien hipertensi paling banyak adalah pasien usia ≥60 tahun, dengan mayoritas
berjenis kelamin perempuan. Tingkat kepatuhan paling banyak ialah patuh. Tingkat kepatuhan
berdasarkan usia dan jenis kelamin menunjukkan bahwa yang paling banyak patuh berusia ≥ 60
DAFTAR PUSTAKA
1. Agbor VN, Takah NF, Aminde LN. Prevalence and factors associated with medication
adherence among patients with hypertension in sub-Saharan Africa: Protocol for a
systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2018;8(3):1–6
5. Dinkes Kota Pekanbaru. Jumlah kasus penyakit terbanyak dan hipertensi di Pekanbaru
tahun 2015. Pekanbaru: Dinkes Kota Pekanbaru. 2015
6. Smantummkul C. Tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi
di instalasi rawat jalan rumah sakit X pada tahun 2014. Naskah Publikasi. Surakarta.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2014
9. Fitria NA, Wahiduddin, Jumriani A. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat
hipertensi pada lansia di puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin Makasar: 2014
10. Layanto A. Beberapa faktor risiko pasien yang berpengaruh terhadap in hospital mortality
pasien stroke iskemik. Tesis. Program Pascasarjana Magister Epidemiologi, Universitas
Diponegoro Semarang: 2014
11. Zhao B, Wong EC, Palaniappan L. Pharma and health care estimating patient adherence to
medication with electronic health records data and pharmacy claims combined. SAS Glob
Forum 2013. 2013;1–7
12. Sudoyo A W. Hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Interna Publishing. 2014: 2261-62
13. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan RI Hipertensi. Heal
Educ Behav. 2014;2(4):328–35
14. Riskesda Riau. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Riau Riskesdas 2013.
Vol. 7. 2013. 155 p
15. Fuster, Walsh, Hunt Hurrington. The Heart 13th Edition vol 2. China: China Translation &
Printing Service Ltd. 2011: 1543
17. Gray H, Dawkins K, Morgan J. Lecture Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga. 2002: 58-63
19. Kumar. R. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara. 2013:
243
20. Zainuddin AA, Oendari A, Putri A, Pamungkas A, Natsir B, Hartono D, et al. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter. Ikatan Dokter Indonesia. 2016;406–8
21. Soenarta AA, Erwinanto, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, Hersunarti N, et al.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Hipertens
pada Penyakit Kardiovask. 2015;1
23. Ayurini RI. Kepatuhan pengobatan pada pasien kanker. Psikodimensia. 2015;14(2):83–95
24. Puspitasari DE. “Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti retroviral
(ARV) pada ibu HIV berbasis information motivational behavioral skills (IMB) model of
antiretroviral therapy (ART) adherence di poli upipi RSUD Dr Soetomo Surabaya. Skripsi.
Program studi pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya:
2016
25. Evadewi PKR, Sukmayanti SLMK. Kepatuhan mengonsumsi obat pasien hipertensi di
denpasar ditinjau dari kepribadian tipe A dan tipe B. Psikol Udayana. 2013;1(1):32–42
26. Nuraeni, Mahardian A, Fungie G. The effect of giving short message service reminder on
adherence and the effectiveness of treatment on patients with hypertension in district health
center sumbang banyumas. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.2014;102:100–9
27. Saputri ZG, Darmawan E, Farmasi F, Dahlan UA. Tingkat kepatuhan antihipertensi dan
Pengontrolan tekanan darah pasien rawat jalan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul,
Yogyakarta yang mendapatkan brief counseling-5A dan sms. 2016;13(2):67–72
28. Dirhan. Hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan
diastole pasien hipertensi. J Ilm Farm. 2012;9(1)
29. Trianni L. Hubungan antara tingkat pendidikan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
berobat pada penderita hipertensi di puskesmas Ngaliyan Semarang . 2011;0:1–8
31. Kozma C, Dickson, Phillips, Meletiche. Medication possession ratio: implications of using
fixed and variable observation periods in assessing adherence with disease-modifying drugs
in patients with multiple sclerosis. Patient Prefer Adherence. 2013;(November 2015):509
32. Wahyuningsih, Astuti E. Faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut.JNKI.
2013: 72
33. Sinuraya RK, Destiani DP, Puspitasari IM, Diantini A. Tingkat Kepatuhan Pengobatan
Pasien Hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran 2018;7(2).
34. Hapsari WS, Agusta HF. Pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi rawat
jalan BPJS di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jurnal farmasi sains dan praktis. 2017;
3(2): 26
35. Dubey RK, Oparil S, Imthurn B, Jackson EK. Sex hormones and hypertension. Elseiver.
2001: 688-91
36. Prasetyo AR. Profil medication possession ratio, proportion of days covered dan
persistence rate obat antihipertensi pada pasien askes hipertensi di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta tahun 2011. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
2012
37. Daniarty W. Evaluasi ketaatan penggunaan obat antihipertensi pasien askes hipertensi
komorbiditas diabetes mellitus di Rumah Sakit Panti Rapih dan Panti Rini Yogyakarta
periode januari – oktober 2011. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta: 2012
39. Liberty IA, Roflin E, Waris L. Determinan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat I Berdasarkan anjuran Joint National. 2017;58–65.
40. Mbakurawang IN. Kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi yang berobat kebalai
pengobatan yayasan pelayanan kasih A dan A Rahmat Waingapu. Artikel peneltian,
Program Studi Keperawatan, Politeknik kesehatan Kemenkes Kupang: 2014