Anda di halaman 1dari 16

Halaman Judul

Judul Bahasa Indonesia : Gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Antihipertensi pada


Pasien Hipertensi Berdasarkan Medication Possession Ratio di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2017

Judul Bahasa Inggris : Description of Compliance Levels Antihypertension Use in


Hypertension Patient Based on Medication Possession Ratio in
Arifin Achmad Hospital Riau Province 2017

Penulis Tanpa Gelar : 1. Dimas Pramita Nugraha


2. Eka Bebasari
3. Andri Mahadi
Afiliasi(setiap penulis): 1. KJF Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau,
Pekanbaru, Indonesia
2. KJF Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau,
Pekanbaru, Indonesia
3.Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Disclaimer :-
Conflict of interest :-
Corresponding author:
Name : dr. Dimas P. Nugraha, M.Sc
Full address :
Phone/Fax numbers : 081392188447
E-mail address : @gmail.com
Penyandang dana :
Jumlah gambar :1
Jumlah table :2
Lolos KajiEtik (ethical clearance):
Nama lembaga : Unit Etika Penelitian Kedokteran/Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
Alamat : Jalan Diponegoro No 1 Lantai 1Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
No. Surat Keputusan : 048b/UN.19.5.1.1.8/UEPKK/2018
ABSTRAK
GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN
PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI BERDASARKAN
MEDICATION POSSESSION RATIO
DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2017

Hipertensi merupakan suatu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.


Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan pengobatan yang
teratur. Kepatuhan pengobatan sangat penting bagi pasien demi tercapai tujuan dari pengobatan
tersebut. Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatannya ialah berdasarkan medication possession ratio (MPR). Medication
possession ratio (MPR) merupakan suatu cara pengukuran tingkat kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan dengan melihat kunjungan pasien setiap bulan untuk refill obat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan penggunaan
antihipertensi pada pasien hipertensi berdasarkan medication possession ratio di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
metode retrospektif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 95 sampel. Penilaian tingkat
kepatuhan pasien dengan cara melihat kunjungan pasien untuk refill obat setiap bulan dari data
resep obat pasien hipertensi dari depo utama rawat jalan Instalasi Farmasi di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik pasien hipertensi yang
terbanyak adalah berusia ≥ 60 tahun berjumlah 61 orang (64,2%), jenis kelamin perempuan
berjumlah 61 orang (64,2%). Tingkat kepatuhan pasien hipertensi yang patuh sebanyak 61
orang (64,2%) dan yang tidak patuh sebanyak 34 orang (35,8%). Tingkat kepatuhan
berdasarkan usia dan jenis kelamin, yang paling banyak patuh adalah berusia ≥ 60 tahun
berjumlah 43 orang (70,5%) dan jenis kelamin perempuan berjumlah 39 orang (63,9%).

Kata kunci : hipertensi, MPR


ABSTRACT
DESCRIPTION OF COMPLIANCE LEVELS ANTI HYPERTENSION USE IN
HYPERTENSION PATIENT BASED ON MEDICATION POSSESSION RATIO IN
ARIFIN ACHMAD HOSPITAL RIAU PROVINCE 2017

Hypertension is a risk factor for cardiovascular disease. Hypertension can’t healed,


but can be controlled with regular treatment. Compliance of treatment is very important for
patient to achieve the goals of th treatment. One of method to measure of compliance of patient
in treatment is based on medication possession ratio (MPR). Medication possession ratio
(MPR) is a method of measuring the compliance of patient in treatment with looked the patient
visits each month for drug refill. The purpose of this study was to describe the level of
compliance to antihypertension use in hypertension patient based on medication possession
ratio in Arifin Achnad Hospital Riau Province 2017. This research was a descriptive study with
retrospective method. The samples used was 95 samples. Assessment of patient compliance
with looked at the patient’s visit to refill the drug every month from the prescription data for
hypertensive patient from the depot of Pharmacy Installation at Arifin Achmad Hospital in Riau
Province. The results showed that the highest characteristic of hypertensive patient ≥ 60 years
old were 61 people (64,2%), female were 61 people (64,2%). The level of compliance of obident
hypertensive patient was 61 people (64,2%) and non compliance was 34 people (35,8%). The
levels of compliance based on age and sex, the most obedient is the age of ≥ 60 years, it was
43 people (70,5%), female was 39 people (63,9%).

Keywords: hypertension, MPR

.
PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan suatu faktor risiko utama terhadap penyakit kardiovaskular seperti

coronary hearth disease (CHD), congestive hearth failure (CHF), stroke iskemik, hemoragik

renal failure dan penyakit arteri perifer. Hipertensi juga berkaitan terhadap peningkatan

morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan

sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau peningkatan tekanan darah

diastolik ≥ 90 mmHg.1,2

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diterbitkan oleh Kementrian

Kesehatan menyebutkan bahwa angka kejadian hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Dalam

hasil pengukuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap responden yang berusia > 18

tahun, didapatkan hasil sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Provinsi Riau tergolong tinggi,

yaitu sebesar 20,9%.5

Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.

Tetapi masih banyak pasien yang tidak patuh dalam pengobatannya. Oleh sebab itu diperlukan

kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan demi tercapainya tujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pada pasien hipertensi. Kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi sangatlah

penting dan menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan professional.6,7

Kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi, faktor pasien seperti, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, durasi penyakit, kepercayaan, faktor kondisi penyakit, dan faktor terapi. Faktor

eksternal meliputi faktor sistem pelayanan kesehatan dan faktor sosial ekonomi. Selain itu ada

beberapa faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani


pengobatan hipertensi yaitu pengetahuan, motivasi, dukungan petugas kesehatan serta

dukungan keluarga.8,9

Tingkat kepatuhan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa metode., mulai dari

wawancara, kuesioner hingga menilai kunjungan pasien dalam pengambilan obat. Salah satu

metode yang digunakan pada penelitian ini ialah dengan menilai kepatuhan pasien dalam

melakukan refill obatnya, yaitu menggunakan metode medication possession ratio (MPR).

Medication possession ratio (MPR) merupakan suatu metode pengukuran tingkat kepatuhan

pasien dalam pengobatannya dengan melihat jadwal kunjungan yang dilakukan setiap bulan

untuk refill obatnya, dan dinilai selama 1 tahun. Metode ini dapat menilai tingkat kepatuhan

pasien dalam jangka waktu yang lebih panjang.10,11

Berdasarkan data tersebut, dengan tingginya angka kejadian hipertensi di Provinsi Riau dan

beratnya komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi mendorong penulis untuk mengetahui

tingkat kepatuhan penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi di poli rawat jalan

berdasarkan usia dan jenis kelamin menggunakan medication possession ratio di RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pengumpulan data

dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan di RSUD Arifin Achmad pada bulan

Januari 2019 – Maret 2019 di bagian Depo Utama Rawat Jalan Instalasi Farmasi. Populasi pada

penelitian ini adalah data resep obat dari Depo Utama Rawat Jalan Instalasi Farmasi di RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan metode besar

sampel minimum. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data obat pasien hipertensi data

data resep selama 1 tahun, dengan melihat kunjungan dan jumlah obat yang diambil dalam
sekali refill setiap bulannya.Setelah mendapatkan data yang diperlukan, data tersebut akan

dimasukkan pada lembar kerja penelitian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data tingkat

kepatuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dengan analisis univariat.

HASIL

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Karakteristik Pasien Jumlah (n) Persentase (%)

Usia
 < 60 tahun 34 35,8
 ≥ 60 tahun 61 64,2

Jenis Kelamin
 Laki-laki 34 35,8
 Perempuan 61 64,2
Total 95 100

Tabel 4.1 karakteristik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau tahun 2017 berdasarkan usia, menunjukkan bahwa usia terbanyak yang menderita

hipertensi adalah pada usia ≥60 tahun sebanyak 61 (64,2%), sedangkan yang berusia <60 tahun

sebanyak 34 (35,8%). Berdasarkan jenis kelamin, kejadian hipertensi lebih banyak pada

perempuan yaitu 61 orang (64,2%) dan laki-laki sebanyak 34 orang (35,8%).


4.2 Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi

MPR
70

60

50

40

30 MPR

20

10

0
Patuh Tidak Patuh

Gambar 4.1 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
berdasarkan medication possession ratio (MPR)

Berdasarkan gambar 4.1 tingkat kepatuhan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berdasarkan medication possession ratio (MPR)

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang patuh dalam kunjungan refill obat hipertensi

sebanyak 61 orang (64,2%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 34 orang (35,8%). Nilai

MPR terendah yang didapatkan ialah sebesar 65, 7% sedangkan nilai tertinggi ialah 98,63%.

4.3 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tabel 4.2 Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik MPR

Patuh Tidak Patuh

(n) (%) (n) (%)

Usia <60 tahun 18 29,5 16 47,1


≥60 tahun 43 70,5 18 52,9

Jenis Laki-laki 22 36,1 12 35,3


kelamin Perempuan 39 63,9 22 64,7

Tabel 4.2 tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia menunjukkan bahwa pasien
yang patuh berusia <60 tahun sebanyak 18 (29,5%) dan yang tidak patuh berusia <60 tahun
sebanyak 16 (47,1%) , sedangkan yang patuh pada usia ≥60 tahun sebanyak 43 orang (70,5%)
dan yang tidak patuh sebanyak 18 (52,9%). Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien yang patuh terbanyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 39 orang (63,9%), sedangkan yang tidak patuh terbanyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 22 orang (64,7%).

PEMBAHASAN
1. Gambaran pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan di instalasi farmasi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2017 didapatkan bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan usia, menunjukkan

bahwa usia terbanyak yang menderita hipertensi adalah pada usia ≥60 tahun sebanyak 61

(64,2%) sedangkan usia <60 tahun sebanyak 34 (35,8%).

Seiring terjadinya pertambahan usia, risiko terjadinya hipertensi akan mengalami

peningkatan. Hal ini dikarenakan, semakin tua usia seseorang maka akan terjadi penurunan

pengaturan sistem metabolisme dalam tubuh, seperti metabolism kalsium, sehingga akan

meyebabkan terjadinya penumpukkan kalsium dan beredar dipembuluh darah. Penumpukan

kalsium yang terdapat didalam darah akan mengakibatkan peningkatan pada viskositas darah,

sehingga aliran darah menjadi tidak lancar dan mengakibatkan terjadinya peningkatan pada

tekanan darah. Selain itu, kalsium yang menempel di dinding pembuluh darah akan

menyebabkan timbulnya plak pada pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya

penyempitan pembuluh darah (ateroskerosis) yang juga akan mengganggu aliran darah.

Pertambahan usia juga menyebabkan elastisitas pada pembuluh arteri berkurang, sehingga
jantung akan bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh tubuh yang dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan pada tekanan darah.32

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nantyastuti di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang menunjukkan hasil bahwa kejadian

hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta lebih banyak ditemukan pada usia ≥ 60

tahun yaitu sebanyak 48 (52,17%).30 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sinuraya yang menyatakan bahwa pasien hipertensi banyak dialami oleh orang

yang berusia lebih dari 60 tahun. Hal tersebut dikarenakan dengan terjadinya pertambahan usia

pada seseorang akan meningkatkan resiko menderita hipertensi.33 Peningkatan usia pada

seseorang menjadi salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya proses degeneratif

pada organ-organ tubuh termasuk organ jantung dan juga pembuluh darah yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi.34

Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kejadian hipertensi

lebih sering dialami oleh perempuan sebanyak 61 orang (64,2%) sedangkan laki-laki sebanyak

34 orang (35,8%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nur’aeni di Puskesmas Kecamatan Sumbang Banyumas yang menyatakan

bahwa hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan sebanyak 38 orang (63,3%). Laki-laki

cenderung memiliki gaya hidup yang dapat berisiko meningkatkan tekanan darah. Namun

perempuan yang telah memasuki masa menopause akan mengalami penurunan produksi

hormon estrogen secara perlahan-lahan.26 Estrogen memiliki efek pada tekanan darah. Estrogen

yang terdapat dalam darah tersebut berupa estriol, estron dan estradiol. Penurunan estradiol

yang terjadi didalam darah akan mempengaruhi elastisitas pembuluh darah. Sehingga

penurunan elastisitas dari pembuluh darah akan dapat memicu timbulnya hipertensi.35
2. Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan medication possession ratio

Pada penelitian ini, tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan medication

possession ratio di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad tahun 2017 menunjukkan

bahwa sebanyak 61 orang (64,2%) patuh dalam pengobatan hipertensinya, sedangkan yang

tidak patuh sebanyak 34 orang (35,8%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo yang menyatakan

bahwa tingkat kepatuhan pasien yang ≥80% dalam penggunaan antihipertensi sebesar 48,84%.

Namun penelitian yang sama oleh Prasetyo yang dilakukan di tempat yang berbeda menyatakan

bahwa pasien lebih banyak yang tidak patuh atau MPR <80% sebesar 58,49%.36 Hasil dari

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniarty yang menunjukkan

bahwa kepatuhan pasien yang tinggi dalam menjalani pengobatan di Rumah Sakit Panti Rapih

dengan nilai MPR ≥80% sebanyak 45 orang (50%).37

Tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dapat dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor, diantaranya ialah faktor sosioekonomi (tingkat ekonomi yang masih rendah,

tidak bekerja dan mahalnya harga obat), masih kurangnya pelayanan dalam sistem kesehatan,

fakor medikasi (regimen pemberian obat yang terlalu rumit, pengobatan yang berlangsung lama

serta efek samping obat) yang mengakibatkan pasien enggan untuk meneruskan pengobatannya.

Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani

pengobatannya yaitu usia, dimana semakin tua usia seseorang semakin tinggi tingkat

kepatuhannya. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pihak keluarga pasien untuk

senantiasa mendampingi pasien menjalani pengobatan, faktor pendidikan serta polifarmasi

memberi pengaruh terhadap kepatuhan seseorang menjalani pengobatannya. Semakin banyak

obat yang diresepkan akan semakin menurunkan angka kepatuhan pasien tersebut. Hal ini
dikarenakan pasien akan mengeluhkan terlalu banyaknya obat yang harus dikonsumsi setiap

hari.30,36,38

3. Tingkat kepatuhan pasien hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan pasien hipertensi

di Instalasi Rawat Jalan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2017 menunjukkan bahwa

pasien yang paling banyak patuh dalam pengobatan yakni yang berusia ≥ 60 tahun sebanyak 43

(70,5%) dan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak patuh ialah perempuan, sebanyak

39 (63,9%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo di Rumah Sakit

Panti Rapih, yang menyatakan bahwa tingkat persentase tertinggi kepatuhan pasien dalam

menjalani pengobatan berdasarkan MPR yakni pada usia ≥ 60 tahun sebesar 47,56%. Sementara

penelitian yang serupa juga dilakukan di Rumah sakit Panti Rini yang menyatakan jika

kepatuhan tertinggi pada usia ≥ 60 tahun sebesar 59,26%. Berdasarkan jenis kelamin, penelitian

yang dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih menyatakan bahwa perempuan lebih patuh dalam

pengobatan daripada laki-laki, yakni sebesar 53,25%.36

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nantyastuti, yang

menyatakan bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dengan nilai MPR ≥

80% terdapat pada usia ≥ 60 tahun sebanyak 30 (57,7%) dan dengan jenis kelamin perempuan

sebanyak 30 (57,7%).30 Sebuah survey yang dilakukan oleh apotik di Indonesia terhadap tingkat

kepatuhan pasien dalam penggunaan obat anti hipertensi pada pasien rawat jalan menunjukkan

bahwa sebanyak 50% subyek patuh dalam pengobatannya dengan nilai MPR > 80%.38
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Liberty, yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara usia dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam

menjalani pengobatnnya. Hal ini dikarenakan usia yang < 45 tahun merupakan usia yang

produktif melakukan aktivitasnya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan, maka mereka lebih

memperhatikan kesehatannya, sedangkan usia > 45 tahun lebih banyak tidak memperhatiakan

kesehatan sehingga menurunkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan.39

Kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya dapat meningkat seiring bertambahnya

usia. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya usia, maka akan meningkatkan kesadaran

pasien akan pentingnya kesehatan. Selain itu dukungan dan pendampingan dari keluarga juga

dapat mendorong pasien untuk lebih teratur dalam menjalani pengobatan. Meskipun pada lansia

terjadi penurunan kemampuan kognitif dan fungsional namun tidak memberi pengaruh besar

terhadap kepatuhan pasien. Hal ini dikarenakan adanya pendampingan pengobatan dari

keluarga sehingga membantu kesuksesan terapi.30,36

Kepatuhan pengobatan pada perempuan menunjukkan persentase yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan ketersediaan waktu dan kesempatan bagi

perempuan yang lebih banyak untuk datang ke fasilitas kesehatan daripada laki-laki yang lebih

banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Selain itu, perempuan juga lebih patuh dalam

mengkonsumsi obat sesuai dengan petunjuk yang diberikan, karena perempuan memiliki

ketersediaan waktu yang lebih banyak dirumah daripada laki-laki.40

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dapat diambil kesimpulan,

karakteristik pasien hipertensi paling banyak adalah pasien usia ≥60 tahun, dengan mayoritas

berjenis kelamin perempuan. Tingkat kepatuhan paling banyak ialah patuh. Tingkat kepatuhan
berdasarkan usia dan jenis kelamin menunjukkan bahwa yang paling banyak patuh berusia ≥ 60

tahun dan jenis kelamin perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agbor VN, Takah NF, Aminde LN. Prevalence and factors associated with medication
adherence among patients with hypertension in sub-Saharan Africa: Protocol for a
systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2018;8(3):1–6

2. Loscalzo J. Harrison Cardiovascular Medicine. China: The McGraw-Hill Companies. 2010:


429-30

3. Tarkang E, Solomon I, Adjuik M, Takramah W, Axame WK, Owusu R, et al. Prevalence


and awareness of hypertension among urban and rural adults in Hohoe Municipality, Ghana.
J Med Res. 2017;3(3):136–45
4. Puspita E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam
menjalani pengobatan. Skripsi. FIK, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri
Semarang: 2016

5. Dinkes Kota Pekanbaru. Jumlah kasus penyakit terbanyak dan hipertensi di Pekanbaru
tahun 2015. Pekanbaru: Dinkes Kota Pekanbaru. 2015
6. Smantummkul C. Tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi
di instalasi rawat jalan rumah sakit X pada tahun 2014. Naskah Publikasi. Surakarta.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2014

7. Mutmainah N, Rahmawati M. Hubungan antara kepatuhan penggunaan obat dan


keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit daerah surakarta tahun 2010.
Pharmacon. 2010;11(2):51–6

8. Pujasari A, Setyawan H, Udiyono A. Faktor-faktor internal ketidakpatuhan pengobatan


hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol
3, No 3, April 2015

9. Fitria NA, Wahiduddin, Jumriani A. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat
hipertensi pada lansia di puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin Makasar: 2014

10. Layanto A. Beberapa faktor risiko pasien yang berpengaruh terhadap in hospital mortality
pasien stroke iskemik. Tesis. Program Pascasarjana Magister Epidemiologi, Universitas
Diponegoro Semarang: 2014

11. Zhao B, Wong EC, Palaniappan L. Pharma and health care estimating patient adherence to
medication with electronic health records data and pharmacy claims combined. SAS Glob
Forum 2013. 2013;1–7
12. Sudoyo A W. Hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Interna Publishing. 2014: 2261-62

13. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan RI Hipertensi. Heal
Educ Behav. 2014;2(4):328–35

14. Riskesda Riau. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Riau Riskesdas 2013.
Vol. 7. 2013. 155 p

15. Fuster, Walsh, Hunt Hurrington. The Heart 13th Edition vol 2. China: China Translation &
Printing Service Ltd. 2011: 1543

16. Kertohoesodo S. Pengantar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 1987:


253-54

17. Gray H, Dawkins K, Morgan J. Lecture Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga. 2002: 58-63

18. Berkowitz A. Patofisiologi klinik. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara,2013: 69

19. Kumar. R. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara. 2013:
243

20. Zainuddin AA, Oendari A, Putri A, Pamungkas A, Natsir B, Hartono D, et al. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter. Ikatan Dokter Indonesia. 2016;406–8

21. Soenarta AA, Erwinanto, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, Hersunarti N, et al.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Hipertens
pada Penyakit Kardiovask. 2015;1

22. Tanino K, Yokoyama Y, Fujiki S, Yamamichi Y. Development of low-temperature curable


and solderable conductive inks. J Japan Inst Electron Packag. 2007;10(3):212-8

23. Ayurini RI. Kepatuhan pengobatan pada pasien kanker. Psikodimensia. 2015;14(2):83–95

24. Puspitasari DE. “Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti retroviral
(ARV) pada ibu HIV berbasis information motivational behavioral skills (IMB) model of
antiretroviral therapy (ART) adherence di poli upipi RSUD Dr Soetomo Surabaya. Skripsi.
Program studi pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya:
2016

25. Evadewi PKR, Sukmayanti SLMK. Kepatuhan mengonsumsi obat pasien hipertensi di
denpasar ditinjau dari kepribadian tipe A dan tipe B. Psikol Udayana. 2013;1(1):32–42
26. Nuraeni, Mahardian A, Fungie G. The effect of giving short message service reminder on
adherence and the effectiveness of treatment on patients with hypertension in district health
center sumbang banyumas. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.2014;102:100–9

27. Saputri ZG, Darmawan E, Farmasi F, Dahlan UA. Tingkat kepatuhan antihipertensi dan
Pengontrolan tekanan darah pasien rawat jalan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul,
Yogyakarta yang mendapatkan brief counseling-5A dan sms. 2016;13(2):67–72

28. Dirhan. Hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat dengan derajat sistole dan
diastole pasien hipertensi. J Ilm Farm. 2012;9(1)

29. Trianni L. Hubungan antara tingkat pendidikan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
berobat pada penderita hipertensi di puskesmas Ngaliyan Semarang . 2011;0:1–8

30. Nantyastuti A.Pengukuran ketaatan antihipertensi menggunakan metode Medication


Possession Ratio dan pengaruhnya terhadap pengendalian tekanan darah pada pasien
diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: 2016

31. Kozma C, Dickson, Phillips, Meletiche. Medication possession ratio: implications of using
fixed and variable observation periods in assessing adherence with disease-modifying drugs
in patients with multiple sclerosis. Patient Prefer Adherence. 2013;(November 2015):509

32. Wahyuningsih, Astuti E. Faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut.JNKI.
2013: 72

33. Sinuraya RK, Destiani DP, Puspitasari IM, Diantini A. Tingkat Kepatuhan Pengobatan
Pasien Hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran 2018;7(2).

34. Hapsari WS, Agusta HF. Pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi rawat
jalan BPJS di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jurnal farmasi sains dan praktis. 2017;
3(2): 26

35. Dubey RK, Oparil S, Imthurn B, Jackson EK. Sex hormones and hypertension. Elseiver.
2001: 688-91

36. Prasetyo AR. Profil medication possession ratio, proportion of days covered dan
persistence rate obat antihipertensi pada pasien askes hipertensi di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta tahun 2011. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
2012

37. Daniarty W. Evaluasi ketaatan penggunaan obat antihipertensi pasien askes hipertensi
komorbiditas diabetes mellitus di Rumah Sakit Panti Rapih dan Panti Rini Yogyakarta
periode januari – oktober 2011. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta: 2012

38. Suhadi R, Atthobari J, Irawan B, Dwiprahasto I. Hubungan faktor komorbiditas,


intensifikasi terapi, dan pengendalian tekanan darah. J Pharm Sci Community. 2016;10(1).

39. Liberty IA, Roflin E, Waris L. Determinan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat I Berdasarkan anjuran Joint National. 2017;58–65.

40. Mbakurawang IN. Kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi yang berobat kebalai
pengobatan yayasan pelayanan kasih A dan A Rahmat Waingapu. Artikel peneltian,
Program Studi Keperawatan, Politeknik kesehatan Kemenkes Kupang: 2014

Anda mungkin juga menyukai