Fundus vesica
felleae Duktus pankreaticus
Ampulla hepatopancreatica
Vesica fellea
Alat ekskresi hepar
Letak : fossa vesica fellea hepatis pada lekukan antara
lobus quadratus lobus dexter,
Fungsi:
1. Tempat penampungan cairan empedu sementara
2. Mengonsetrasikan dengan absorpsi air
Bentuk : seperti buah pir
P : 8 cm l: max 3 cm
Daya tampung : 30-60 ml
Bagian :
Fundus, corpus, collumke ductus cysticus
Pembuluh darah :
A.cystica (cabang dari a. hepatica dextra)
Vena cystica (cabang kanan v. porta hepatis)
Pembuluh limfe:
Nodi lymphatici cysticusNodi lymphatici hepatici
nodi lymphatici coeliaci
Persarafan:
Simpatis plexus coeliacus
Parasimpatis N.vagus
Sensoris N.phrenicus kanan
Aliran darah dan
cairan empedu
melalui hati
Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar campuran pada system digestive
yang tarbesar setelah hepar.
Terdiri atas dua bagian, yaitu:
- Kelenjar eksokrin
- Kelenjar endokrin
Pankreas terdapat retro peritoneal yang melintang dari bagian
kanan menyerong ke kiri atas diantara duodenum. Ujung kiri
yang disebut cauda pankreatis menempel pada lien.
Ukuran pada prang dewasa yaitu:
Panjang 2030 cm
Berat 60160 cm
Bagian-bagiannya yaitu:
Caput pankreatis, Corpus pankreatis, Caudal pankreatis
Pancreas
F
i
s
i
o
l
o
g
i
Fungsi Keterangan
Sintesis garam empedu Digunakan pada usus halus untuk emulsifikasi dan absorbsi
lemak
Penyimpanan (storage) Glikogen, vitamin (A, B12, D, E, K), dan mineral (besi dan
tembaga)
Fagositosis Sel Kupffer hati memfagosit eritrosit tua, leukosit, dan
beberapa bakteri
Aktivasi vitamin D Hati, kulit, dan ginjal turut serta dalam sintesis vitamin D / 25-
hidroksilase vitamin D
Sintesis Faktor pembekuan
Komplemen C3 dan C4
Feritin dan transferin
Protein C reaktif
Haptoglobin
1-antitripsin
fetoprotein
2 makroglobulin
Seruloplasmin
Gambaran :
Hepatosit :
Berbentuk polihedral yang saling berhubungan
Sitoplasma eosinofilia , bergranular dan bervakuol
mengandung glikogen , lemak dan protein
Memiliki banyak mitokondria dan RE Kasar
Susunan Sel Hepar
Gambaran :
Sinusoid :
Merupakan rongga kosong antar lempeng hepatosit
Inti berwarna tua , gepeng dan sitoplasma sedikit
Memiliki endotel / sel kupffer pada bagian tepinya
*sel kupffer : sel endotel yang termodifikasi menjadi makrofag dan aktif memfagosit
Jaringan ikat fibrosa
Disebut juga kapsula Glissoni
Terdapat suatu daerah yang disebut segitiga kiernann, terdiri dari :
V. Interlobularis
A. Interlobularis
Dictus Billiaris
Celah Disse :
Jarak antara sel endotel dengan lempeng hepatosit
Sirkulasi Darah Hepar
Sistem Vena
V. porta hepatica V. interlobularis (segitiga
kiernann) V. penyalur menembis dinding
hepatosit (inlet venule) Sinusoid V. sentralis
V. sublobuler V. hepatica V. Cava Inferior
Sistem Arteri
A. Hepatica propria A. Interlobularis (segitiga
kiernan) menembus dinding hepatosit (inlet
arteriole) Sinusoid V. Sentralis V.
Sublobuler V. Hepatica V. Cava Inferior
Saluran Empedu
Canaliculi biliaris
ductuli biliaris
ductus hepatikus
ductus Choledochus
Arah aliran empedu: Dari central ke perifer hati
Arah aliran darah : Dari perifer ke Central lobulus
Vesica Fellea
Sifat utama: tanpa Tunika
muskularis mukosa
koproporfirinogen I koproporfirin I
protoporfirinogen III
protoporfirin III
+ferro
heme (+protein = protoheme)
(btk ferri=hemin)
Bilirubin
Monoglukuronida /
intermediat
Hrs berikatan krn
bilirubin yg baru
dibentuk sulit larut air Empedu
Komplex Bilirubin
bilirubin - albumin indirek
Uptake Bilirubin
liver Urobilinogen
direk
Protein y
Sterkobilinogen
Konjugasi
Glukoronil transferase Hidrolisis B
glukoronidase
Siklus enterohepatis
1. Transport Bilirubin
Transport Bilirubin
Dimulai dengan pemutusan cincin tetrapirol protoheme
(protoporfirin IX) tetrapirol rantai lurus (biliverdin)
Enzim
1. Heme oksigenase : I (hepar, lien) , II (otak, testis)
2. Biliverdin reduktase sitosolik
Reuse
Hidroksilasi karbon -methine
Final result : biliverdin IX
Lepas
CO Bilirubin IX Biliverdin reduktase
2. Liver Uptake
Ikatan bilirubin albumin (di plasma) aliran dari plasma ke
Bilirubin
Canaliculi
terkonjugasi Duct.biliaris Duct hepaticus
biliaris
(di Hepatosit)
Duct. cysticus
Vesica fellea
5. Sirkulasi Enterohepatik
glukoronidase Hidrolisis asam
Bilirubin
glukuronat dan bilirubin
terkonjugasi
glukuronida
( glukoronidase) - hidrogenasi
Dibantu oleh flora normal
Sterkobilinoge
Sterkobilin
n
Hiperbilirubinemia
Adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin
2 atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan
umur bayi atau lebih dari pensentil 90
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat
berwarna kuning akibat akumulasi pigmen
bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit
Hepar belum berfungsi secara optimal
menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi
dalam darah
Hiperbilirubinemia
Bisa disebabkan proses:
Fisiologis
Patologis (Non fisiologis)
-passase mekonium
-kelaparan -pregnandiol
terlambat
-pembentukan
-frekuensi menyusui -lipase-free fatty acids
urobilinoid bakteri
- Kehilangan BB/
-unidentified inhibitor - Beta glukoronidase
dehidrasi
-hidrolisis alkaline
-Asam empedu
HIPERBILIRUBINEMIA
Bila kadar bilirubin direk > 1,5-2 Bila serum bilirubin total
mg/dL atau > 10-20% serum Terjadi pada 80% bayi prematur;
bilirubin total 60-70% bayi matur
Petanda biokimia kolestasis & > pada populasi yang hidup di atas
tanda disfungsi hepatobilier permukaan laut
Faktor risiko : infeksi, sepsis, Akumulasi pigmen warna kuning-
neonatal hepatitis, inkompabilitas oranye pada kulit, sklera, mukosa
ABO, trisomi 21 & penggunaan ikterus
total parenteral nutrisi
Gejala : hiperbilirubinemia direk,
feses berwarna pucat & urin
berwarna gelap, ikterus pada 2
minggu kolestasis, minum ASI &
p fisik normal evaluasi kolestasis
pada 3 minggu jika ikterus
persisten
Hiperbilirubinemia
Unconjugated bilirubin disebabkan o/:
1. Hemolisis malaria, thalasemia, hemophilia, faktor
rhesus(breast milk jaundice), dst.
2. Ikterus Fisiologis pada bayi yang baru lahir karena fungsi hati
belum sempurna ( aktivitas UDP-GA yang menurun atau
sintesisnya yang menurun ) jika kadar bilirubin > 20-25mg/dl
akan menyebabkan Kernikterus(pada neonatus).
3. Sindrom Crigler Najjar :
-tipe 1 herediter autosomal resesif homozigot, dimana tidak
ada aktivitas UDP-GA (bilirubin serum >20mg/dl)
-tipe 2 lebih ringan dari tipe 1 (bilirubin serum <20mg/dl)
4. Sindrom Gilbert gangguan uptake bilirubin dalam darah
5. Toksik Hiperbilirubinemia gangguan fs.hati akibat toksik
(kloroform, arsenamin, virus hepatitis, cirrhosis ( seringkali
dijumpai kerusakan sel parenkim hati serta obstruksi saluran
biliaris sehingga kadar conjugated bilirubin pun bisa meningkat)
Etiologi neonatal hiperbilirubinemia
indirek
Dasar Penyebab
Incompatibilitas darah fetomaternal
Peningkatan produksi bilirubin
(Rh, ABO)
Peningkatan Penghancuran hemoglobin Defiensiensi enzimj kongenital (G6PD)
Peningkatan jumlah Hb Polisitemia
Keterlambatan pasase mekonium,
Peningkatan sirkulasi enterohepatik
puasa atau keterlambatan minum
Perubahan clearance bilirubin hati Imaturitas
Perubahan produksi atau aktivitas Gangguan metabolik (Criglar najjar
uridine disease)
Obstruksi hepatik (Berhub. Dgn Anomali kongenital (atresia biliaris,
hiperbilirubinemia direk) fibrosis kistik)
HIPERBILIRUBINEMIA
TAK TERKONJUGASI
Hemolisis sel darah merah yang hebat
Ikterus fisiologis :
-terjadi pada bayi baru lahir karena fungsi hepar
belum sempurna:
-aktifitas enzim UDP-glukuronida
-sintesis UDP-asam glukuronat
-bila kadar bilirubin > 20-25 mg/dlKERN
IKTERUS/ENSEFALOPATI TOKSIK
HYPERBILIRUBINEMIA
Sindroma Crigler-Najjar tipe I (ikterus nonhemolitik
kongenital) :
-herediter,autosom,resesif & homozigot
-tidak ada aktivitas enzim UDP-glukuronida
-bilirubin serum :> 20 mg/dl.
Tipe II :
-bilirubin < 20 mg/dl.
-lebih ringan dan dapat diobati (phenobarbital dasis
tinggi )
Sindroma Gilbert
-herediter,autosom dominan
-karena hemolisis terkompensasi, gangguan uptake &
aktifitas enzim menurun
Hyperbilirubinemia toksik
-karena gangguan fungsi hati akibat :
-kloroform,arsenamin,CCl4,virus hepatitis,
cirrhosis,keracunan jamurAmanita,aseta-
minofen
-disini sering ada kerusakan sel parenchym hati
dan obstruksi saluran empedu didalam hati
sehingga disertai pula hyperbilirubine-
mia konjugasi.
Hiperbilirubinemia
Conjugated bilirubin disebabkan o/:
1. Sindrom Dubin Jhonson herediter autosomal
resesif, terjadi gangguan sekresi conjugated
billirubin ke gallbladder, sel sel hepatosit
mengandung pigmen abnormal
2. Cholelithiasis Penyumbatan pada duktus
choledocus / d.hepatikus yang menyebabkan
regurgitasi bilirubin ke vena hepatika.
3. Sindrom Rotor hiperbilirubinemia dari
conjugated bilirubin yang bersifat kronik,
penyebab idiopatik namun diduga o/ karena
defek transport dari hepatosit
HIPERBILIRUBINEMIA
TERKONJUGASI
Ikterus idiopatik kronika (Sindroma Dubin
Johnson) :
-autosom resesif
-karena gangguan sekresi bilirubin konjugasi
ke empedu
-hepatosit dalam sentrilobuler mengandung
pigmen abnormal.
Obstruksi saluran empedu
(ikterus cholestatika)
- karena adanya penyumbatan duktus hepatikus
atau duktus koledokus sehingga bilirubin
diglukuronida tidak dapat disekresi dan terjadi
regurgitasi ke vena hepatika & pembuluh limfe
Rotor syndrom :
-adanya kronik hiperbilirubinemia terkonjugasi
-penyebabnya tidak diketahui, mungkin defect transport
hepatosit
-histologi liver normal.
Faktor risiko hiperbilirubinemia
Mayor Minor
Hasil pemeriksaan TSB atau TcB Hasil pemeriksaan TSB atau
pada zone risiko tinggi TcB pada zone risiko sedang
Ikterus muncul pada 24 jam
pertama kehidupan Usia gestasi 37-38 minggu
Inkompatibilitas golongan darah Ikterus muncul sebelum
Usia gestasi 35-36 minggu dipulangkan.
Riwayat saudara kandung Saudara kandung mengalami
menerima terapi sinar ikterus neonatorum
Hematoma sefal atau memar luas
ASI eksklusif, terutama jika ASI
Makrosomia dengan ibu
tidak lancar, dan kehilangan berat diabetes
badan. Usia ibu > 25 tahun
Ras Asia timur Bayi laki-laki
pe penghancuran
Patofisiologi
eritrosit
polisitemia Penambahan
memendeknya umur beban bilirubin B
eritrosit janin/ bayi pada Hepar I
me bilirubin dari yang >>> L
sumber lain I
terdapatnya pe sirkulasi R
enterohepatik U
B
I
kadar protein Y <<
Gangguan N
keadaan protein Y dan Z
yg terikat anion lain,mis. ambilan oleh
hepar M
pd asidosis dan anoksia/
E
hipoksia
N
I
defisiensi enzim Gangguan
N
glukuronil transferase konjugasi
G
hepatitis neonatal K
sumbatan saluran Gangguan A
empedu intra/ eksresi T
ekstrahepatik
TERAPI HIPERBILIRUBINEMIA
Protoporfirin
Fototerapi NON-FARMAKO
Exchange transfusion
Imunoglobulin intravena
Fenobarbital
Inhibitor glukuronidase
TUJUAN TERAPI FARMAKOLOGIK : mengelola hiperbilirubinemia dengan
merangsang induksi enzim-enzim hati & protein pembawa, guna
mempengaruhi penghancuran heme atau mengikat bilirubin dalam usus
reabsorpsi enterohepatik
PROTOPORFIRIN
Tin & zinc protoporfirin
Metalloporfirin Sn-Mesoporfirin
Inhibitor heme oksiginase
ES : eritema transien pakai fototerapi
Efikasi, toksisitas, & keuntungan jangka
panjang masih dievaluasi
FOTOTERAPI
Suatu terapi yang diindikasikan untuk
menurunkan kadar bilirubin direk pada
bayi dengan hiperbilirubinemia atau
ikterus non fisiologis
Indikasi : usia kehamilan 35-37 minggu
dengan kadar bilirubin total pada garis
risiko sedang ATAU kadar bilirubin total
serum < u/ bayi 35 minggu & dgn kadar
bilirubin total > u/ bayi 37 minggu
FOTOTERAPI
Kontraindikasi : hiperbilirubin direk &
phorfiria kongenital
Faktor risiko : isoimune hemolytic disease,
defisiensi G6PD, asfiksia, letargis, T
instabil, sepsis, asidosis, kadar albumin <
3 ml/dL
Komplikasi : kerusakan retina, kelainan
kulit (hiperpegmentasi, ruam, eritema, luka
bakar), dehidrasi
FOTOTERAPI
Cara kerja (biokimiawi ) : Menkonversi
bilirubin menjadi derivat lain fragmen
maleimide & isomer geometric (lemak tak
jenuh) diekskresi via empedu
EXCHANGE TRANSFUSION
Digunakan bila fototerapi gagal, ada risiko
kernikterus
Indikasi : m kadar bilirubin dan menjaga
kadar normalnya
ES : metabolik asidosis, abnormalitas
elektrolit, hipoglikemia, hipokalsemia,
trombositopenia, aritmia, kematian, dsb
Indikasi transfusi tukar darah:
Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin
indirek > 20 mg %
Kenaikan kadar bilirubuin indirek yang
cepat,yaitu 0,3-1 mg % /jam
Anemia yang berat pada bayi yang baru lahir
dengan gejala gagal jantung
Kadar Hb tali pusat < 14 mg % dan uji coombs
direk positif.
IMUNOGLOBULIN INTRAVENA
Indikasi : hiperbilirubinemia yang
berhubungan dengan penyakit hemolitik
Sudah mengurangi penggunaan exchange
transfusion pada penyakit hemolitik Rh &
ABO
Digunakan bila serum bilirubin mendekati
level pergantian meskipun sudah dengan
intervensi maksimal (fototerapi)
FENOBARBITAL
Rangsang aktivitas & konsentrasi UDPGT & ligandin +
m jumlah tempat ikatan bilirubin
Penggunaan setelah lahir TIDAK DIANJURKAN
(kontroversial)
Penggunaan : pada waktu beberapa hari sebelum
terlihat perubahan bermakna penggunaan fototerapi
>> mudah
Pada inkompabilitas Rh m(-)i jumlah tindakan tranfusi
ganti
Indikasi profilaksis : m(-)i pemakaian fototerapi atau
transfusi ganti pada bayi dengan defisiensi G6PD #
INHIBITOR -GLUKURONIDASE
X : asam L-aspartik & kasein Hoidrosilat (5
ml/dosis 6x/hari)
Dapat m ekskresi bilirubin feses & ikterus
Bila diberi campuran whey/kasein (bukan
inhibitor -glukuronidase) p ikatan
bilirubin konjugasi p jalur
enterohepatik ikterus
Ikterus
Adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran
mukosa, dan sklera akibat peningkatan kadar
bilirubin dalam darah.
DASAR PENYEBAB
Peningkatan bilirubin yg tersedia
peningkatan produksi bilirubin Peningkatan sel darah merah
Penirunan umur sel darah merah
Peningkatan early bilirubin
Peningkatan resirkulasi melalui Peningkatan aktivitas beta-glukoronidase
enterohepatik shunt
tdk adanya flora bakteri
Pengeluaran mekonium yg terlambat
Penurunan bilirubin clearance
Penurunan clearance dari plasma Defisiensi protein karier
Penurunan metabolisme hepatik Penurunan aktivitas UDPGT
Ikterus Patologis
Ikterus patologis ialah:
Ikterus yang mempunyai dasar patologis
Kadar bilirubinnya mencapai nilai
hiperbilirubinemia
Ikterus non fisiologis (patologis)
Petunjuk untuk tindak lanjut:
1. Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
2. Memerlukan fototerapi
3. Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/
dL/ jam
4. Adanya tanda2 penyakit pada setiap bayi (
muntah, letargis, malas menetek, penurunan BB
cepat, apnea, takipnea)
5. Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup
bulan atau setelah 14 hari pada bayi yg kurang
bulan
Ikterus Neonatorum
Adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi
yang berlebih.
Ikterus secara klinis tampak pada bayi: bila
kadar bilirubin 5-7 mg/dl
Ikterus Neonatorum
Faktor berhubungan dgn peningkatan kadar
bilirubin neonatus
Jenis kelamin laki-laki
Berat lahir rendah
Prematuritas
Etnis tertentu (oriental, Indian Amerika)
Obat-obatan pada ibu (misalnya oksitosin)
Faktor Resiko
J aundice visible on the 1st day of life
A sibling with neonatal jaundice or anemia
U nrecognized hemolysis (ABO, Rh, other blood
group, incompatibility); UDP-glucuronyl transferase
deficiency (Criggler-Najjar, Gilbert Disease)
N onoptimal feeding (formula or breast-feeding)
D eficiency of glucose 6 phosphate dehydrogenase
I nfection (viral, bacterial). Infant of diabetic mother.
Immaturity (prematurity)
C ephalohematoma or bruising. Central hematocrit
>65% (polycythemia)
E ast Asian, Mediterranean, Native American heritage
Ikterus Neonatorum
Faktor yang menurunkan kadar bilirubin
neonatus
Ibu perokok
Ras kulit hitam
Obat-obat tertentu yang diberikan pd ibu
(termasuk fenobarbital)
Ikterus Neonatorum
Karakteristik ikterus neonatorum:
Ikterus timbul sebelum usia 36 jam
Persisten selama 10 hari
Kadar bilirubin serum > 12 mg/dl
Peningkatan fraksi bilirubin direk (> 2mg atau 30%
dari bilirubin serum total)
Tanda dan Gejala
Ikterus Patologis:
Ikterus Fisiologis: Timbul kuning pada 24 jam pertama
kehidupan
Warna kuning timbul pada hari ke 2
dan 3 serta tampak jelas pada hari ke Kuning ditemukan pada umur 14 hari
5 dan ke 6 serta menghilang pada hari atau lebih
ke 10 Tinja berwarna pucat
Bayi tampak biasa ,minum baik dan Kuning sampai lutut dan siku
pertambahan berat badan biasa Serum bilirubin total >12,5 mg /dl
Kadar bilirubin serum pada bayi <12 pada bayi cukup bulan dan >10 pada
mg /dl dan pada BBLR <10 mg /dl dan bayi kurang bulan ( BBLR )
akan hilang pada hari ke14 Peningkatan kadar bilirubin 5 mg %
atau lebih dalam 24 jam
Ikterus diserai dengan proses
hemolisis ( Inkompatibilitas darah )
Bilirubin direk >1 mg/dl atau kenaikan
bilirubin serum 1 mg /dl atau 3
mg/dl/hari
Ikterus menetap setelah bayi berumur
10 hari pada bayi cukup bulan dan
lebih dari 14 hari pada bayi kurang
bulan ( BBLR )
IKTERUS karena ASI
1. Manifestasi klinis
i. Timbul dini (early onset, breast-fed jaundice)
Ikterus timbul dalam hari-hari pertama bayi mendapat ASI.
Keadaan ini disebabkan inhibisi enzim glukorinil transferase oleh
hormon yg ada dalam ASI. Biasanya bayi sehat dan aktif.
ii. Timbul lambat (late onset, breast-milk jaundice)
ikterus timbul setelah hari ke -3 dan kadar bilirubin indirek terus
meningkat setelah minggu kedua dengan kadar mencapai 20-25
mg/dl dan bila ASI tetap diberikan, mungkin ikterus akan
menetap sampai umur 1-4 bulan. Diduga keadaan ini terjadi
karena ASI mengandung banyakn lemak jenuh yg menghambat
konjugasi bilirubin di hepar
Diagnosis
Visual
a. Menurut WHO, cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut:
pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (dengan sinar
matahari)
tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di
bawah kulit dan jaringan subkutan
tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh
yang tampak kuning, menurut tabel berikut:
Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia
indirek direk Kolestasis
Etiologi : Proses
Etiologi :
hemolisis Gangguan
Kelainan sistem hepatobilier
transportasi Gangguan
konjugasi
Evaluasi diagnostik : Tes
fungsi hati (SGPT/SGOT, GT,
Evaluasi diagnostik : Alkali fosfatase, PT/APTT,
Golongan darah, Coombs kolesterol, albumin, gula
test, hapusan darah tepi, darah), USG hepatobilier,
jumlah retikulosit biopsi hati
Tindakan pada hiperbilirubinemia patologik
DIAGNOSIS BANDING
Jangka Waktu Diagnosis
IKTERUS CRIGLER-NAJJAR
PEMBEDA IKTERUS ASI HEMOLISIS
FISIOLOGIS SYNDROME
Kern-Ikterus
Merupakan sebuah sindroma neurologik yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin tidak
terkonjugasi pada ganglia basalis dan nucleus batang
otak
Etiologi lain: gangguan pada sawar darah otak akibat
penyakit, asfiksia dan perubahan pada sawar darah
otak itu sendiri
Terjadi pada keadaan total bilirubin serum lebih dari
30 mg/dL
Manifestasi Klinis
ACUTE FORM
Phase 1 (1st 2 days) : poor sucking, stupor, hypotonia, seizures.
Phase 2 (middle of 1st week) : hypertonia of extensor muscles, opisthotonos,
retrocolis, fever.
Phase 3 (after the 1st week) : hypertonia.
CHRONIC FORM
First year : hypotonia, active deep tendon reflexes, obligatory tonic neck
reflexes, delayed motor skills.
After 1st year : movement disorders (choreoathetosis, ballissmus, tremor),
upward gaze, sensorineuronal hearing loss.
Prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek
telah melalui sawar darah otak.
Pada keadaan ini penderita mungkin menderita kernikterus atau
ensefalopati biliaris.
Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera terlihat pada masa neonatus
atau baru tampak setelah beberapa lama kemudian.
Pada masa neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya
memperlihatkan gangguan minum, latergi dan hipotonia.
Selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan epistotonus.
Pada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya atetosis disertai
gangguan pendengaran dan retardasi mental di hari kemudian.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka sebaiknya pada semua
penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala, baik dalam
hal pertumbuhan fisis dan motorik, ataupun perkembangan mental serta
ketajaman pendengarannya.
RED FLAGS !!!
1. Ikterus tampak pertama kali pada 24 36 jam
kehidupan
2. Laju peningkatan serum bilirubin > 5 mg/dL/ 24 jam
3. Serum bilirubin
- > 12 mg/dL pada bayi cukup bulan (khususnya pada
bayi tanpa faktor resiko) atau,
- 10 14 mg/dL pada bayi prematur
1. Ikterus bertahan setelah 10 14 hari kehidupan
2. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL pada saat kapanpun
Penyakit Penyebab Ikterus
Breast milk jaundice
Sindrom Gilbert dan lainnya
Kolestasis
Karotenemia
Atresia bilier
Breastfeeding jaundice Breastmilk jaundice
Ikterus yang muncul saat bayi ASI tidak pada 1-2% bayi ASI ikterus dapat
mendapat cukup ASI karena kesulitan dalam disebabkan karena bahan yang dihasilkan
menyusui atau ASI ibu belum keluar. Ini dalam ASI yang menyebabkan kadar
tidak disebabkan oleh ASI tetapi karena bayi bilirubin meningkat. Bahan ini dapat
belum mendapat ASI yang cukup mencegah pengeluaran bilirubin melalui
usus. Umumnya mulai usia 3-5 hari dan
perlahan-lahan menghilang dalam 3-12
minggu
25
Breastmilk jaundice
20
15 normal
B.M. jaundice
10 BMJ- stop BM
0
day 4 day 8 day 12 hari 16 hari 20 hari 24
Inkompabilitas ABO dan rhesus Gangguan hemolitik non hemolitik
Neonatal jaundice merupakan fenomena Gangguan hemolitik non imun ( spherositosis,
transisi normal pada kebanyakan bayi. G-6PD defisiensi ) juga dapat meningkatkan
Inkompabilitas golongan darah ABO dan jaundice melalui peningkatan hemolisis
rhesus dapat meningkatkan produksi bilirubin varian genetik gen Gilbert and UDPGT1A1.
akibat terjadinya hemolisis
Inkompabilitas rhesus dapat menimbulkan
jaundice yang berat seringkali menyebabkan
kernikterus.
Sindrom Crigler-Najjar
Tipe 1 Tipe 2
cacat primer pada konjugasi bilirubin cacat yang lebih ringan pada system
ikterus kongenital konjugasi bilirubin
Fatal dlm 15 bln pertama bilirubin serum biasanya tidak
UDPGT melampaui 20 mg/dl
bilirubin serum melampaui 20 mg/dl Dengan obat-obatan.
Terapi sinar
Gilbert Syndrome
Defek dalam pengambilan bilirubin oleh sel-sel parenkim
Aktifitas enzim UDPGT dalam hati pasien menurun
Hiperbilirubinemia Sindrom Dubin Johnson Sindrom Rotot Ikterus Obstruksi
Toksik
hiperbilirubinemia defek sekresi hiperbilirubinemia Obstruksi
tak terkonjugasi dapat hepatik bilirubin terkonjugasi kronis percabangan saluran
karena disfungsi hati terkonjugasi ke gambaran histology empedu
yang ditimbulkan oleh dalam sistem hati yang normal. hiperbilirubinemia
toksin seperti empedu. terkonjugasi sering
disfungsi akibat melibatkan sekresi terjadi karena
kloroform,arsfenamin, estrogen penyumbatan duktus
karbon terkonjugasi dan hepatikus atau duktus
tetraklorida,asetamin senyawa tes koledokus
ofen,virus seperti zat warna
hepatitis,sirosis dan sulfobromoftalein.
keracunan jamur sentrilobularis hati
Amanita. mengandung
pigmen hitam
abnormal yang
belum pernah
dijumpai
KOLESTASIS
Definisi :
Gangguan sekresi dan atau aliran empedu
( 3 bulan pertama)
Penumpukan bahan2 yg harus diekskresi oleh
hati (bilirubin, asam empedu, kolesterol)
Regurgitasi bahan2 tersebut ke plasma
Etiologi dan Patogenesa
Saat ini dibedakan 2 fase gangguan transpor yang dapat terjadi pada kolestasis.
Fase 1: gangguan pembentukan bilirubin oleh sel hepar, yang dapat terjadi karena
bebrbagai sebab, antara lain:
Adanya kelainan bentuk (distorsi, sirosis)
Berkurangnya jumlah sel hepar (deparenchymatised liver)
Gangguan fungsi sel hepar
Gangguan fase pertama ini disebut kolestasis primer.
Fase 2: gangguan transpor yang terjadi pada perjalanan dari bilirubin mulai dari
hepar ke kandung empedu sampai ke usus.
Bayi pada minggu pertama sering menunjukkan gejala kolestasis dengan tinja
akolis/hipokolis, karena proses kolestasis yang terjadi fisiologis akibat masih kurang
matangnya fungsi hepar.
Pembesaran limpa pada 2 bulan pertama lebih sering
terdapat pada kolestasis intarhepatik dari pada ekstrahepatik, sedangkan pada
bulan-bulan berikutnya lebih banyak pada kolestasis ekstrahepatik.
Patogenesis
Kelainan terjadi pada :
Membran sel hati ambilan asam empedu
Gangguan pada enzim Na+ - K+ - ATPase transporter
Misalnya : estrogen, endotoksin
Di dalam sel hati
Gangguan transpor garam empedu di dalam sel hati
Gangguan sekresi garam empedu ke kanalikulus biliaris
Misalnya : toksin, obat-obatan
Saluran empedu intrahepatik
Proses metabolisme garam empedu yang abnormal
Gangguan kontraksi kanalikulus biliaris
Saluran empedu ekstrahepatik
Sumbatan, infeksi
Kolestasis terbagi menjadi :
kolestasis intrahepatik
kolestasis ekstrahepatik
Kolestasis Ekstrahepatik
Atresia bilier
Hipoplasia bilier, stenosis duktus bilier
Massa (kista, neoplasma, batu)
Inspissated bile syndrome , dll
Kolestasis Intrahepatik
Idiopatik
Hepatitis neonatal idiopatik
Lain-lain : Sindrom Zellweger
Anatomik
Hepatik fibrosis kongenital/ penyakit polikistik infantil
penyakit Caroli
Kelainan Metabolik
Kelainan metabolisme as amino, lipid, KH, asam empedu
Penyakit metabolik lain : def 1 antitripsin, hipotiroid,
hipopituitarisme
Infeksi
Hepatitis virus A, B, C
TORCH, reovirus, dll
Genetik/ kromosomal
Sindrom Alagile
Sindrom Down, Trisomi E
Lain-lain
Nutrisi parenteral total, histiositosis x, renjatan, obstruksi intestinal,
sindrom polisplenia, lupus neonatal
Manifestasi klinis
Pemeriksaan Penunjang
Darah Tinja
1. Uji fungsi hati :
Tinja 3 porsi
a. Kemampuan transpor organik anion :
bilirubin 0600 1400
b. kemampuan sintesis : 1400 2200
Protein : albumin, PT, PTT 2200 - 0600
Kolesterol
Bila tinja pucat fluktuatif
c. Kerusakan sel hati
intrahepatik
Enzim transaminase (SGOT = AST ;
SGPT = ALT) Bila tinja pucat menetap
Enzim kolestatik : GGT, alkali fosfatase ekstrahepatik (atresia
d. Uji serologi : intrahepatik kolestasis bilier)
Hepatitis virus B, (C) bayi dan ibu Sterkobilin
TORCH
Urin
Bilirubin urobilinogen
Pemeriksaan Radiologis Biopsi Hati
Warna tinja
- pucat 79 % 26%
- kuning 21% 74%
Berat lahir (g) 3226 45 2678 65
Pemeriksaan Lab
Terjadi peningkatan kadar :
Bilirubin direk (conjugated) : > 1,5 mg/dl, > 20%
bilirubin total
- GT dan alkali fosfatase
Kolesterol
Penatalaksanaan
Terapi etiologik
Operatif ekstrahepatik portoenterostomi kasai (umur < 6 8 minggu)
Non operatif intrahepatik (medikamentosa)
Stimulasi aliran empedu
Fenobarbital
Enzim glukuronil transferase
Enzim sitokrom P450 induksi
Enzim Na+K+ATPase 3 10 mg/ kgBB/ hr ; 2 dd
Ursodeoksikolat 10 30 mg/ kgBB/ hr
Competitive binding empedu toksik
Bile flow inducer
Suplemen empedu
hepatoprotector
Kolestiramin 0,25 0,5 g/ kgBB/ hr
Menyerap empedu toksik
Menghilangkan gatal
Rifampisin 10 mg/ kgBB/ hr
aktivitas mikrosom
Menghambat ambilan empedu
Terapi suportif
Terapi nutrisi
MCT
Vitamin ADEK
A 5.000 25.000 U/ hr
D3 0,05 0,2 g/ kgBB/ hr
E 25 50 IU/ kgBB/ hr
K1 2,5 5 mg/ 2 7 x/ mig
Mineral dan trace element Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
Terapi komplikasi
Hiperlipidemia/ xantelasma : kolestipol
Gagal hati : transplantasi
Karotenemia
Keadaan klinis yg di tandai oleh pigmentasi
kuning pada kulit akibat kadar B karoten dlm
darah yg tinggi.
Biasanya karena makan makanan yg kaya B
karoten yg berlebihan seperti:wortel,pepaya,labu
dan ubi jalar
Suatu kondisi yang tidak berbahaya,tetapi saat ini
di kaitkan dengan keadaan yang lebih
serius,yaitu:Diabetes melitus,Anorexia
nervosa,Penyakit Hati,Penyakit
Ginjal,Hipotiradism
Karotenemia
Karotenemia di tandai oleh pigmentasi kuning pada
kulit yang terlihat lebih jelas di bawah cahaya buatan.
B karoten d eksresikan oleh kelenjar sebaceous dan
terdapat di dalam keringat,sehingga pigmentasi kuning
terutama terlihat di daerah yang sering berkeringat.
Pigmentasi kuning sering terlihat pertama kali d ujung
hidung,telapak tangan,telapak kaki, dan lipatan
nasolabial kemudian memperluas secara bertahap d
seluruh tubuh