Anda di halaman 1dari 30

Referat

Trauma Kapitis
Maria Sesilia Suzanna (406147044)
Anita Sulistio (406148124)

Pembimbing:
Dr. Nurhayana Lubis, sp.S
Trauma Kapitis
• Cedera kepala krn trauma  menimbulkan gejala neurologis:
– penurunan kesadaran, defisit neurologis hingga berujung pada kelumpuhan,
kecacatan maupun kematian

• 10% penderita  meninggal sebelum tiba di rumah sakit


• > 100.000 penderita  berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut.
• Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri  dampak frekuensi cedera
kepala cenderung semakin meningkat
• >> usia produktif (15–44 th)
• laki-laki > perempuan
Anatomi
Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan (SCALP):


• Skin (kulit)
• Connective tissue (jaringan penyambung)
• Aponeuris (galea aponeurotik)
– jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak
• Loose areolar tissue (jaringan penunjang longgar)
• Perikranium Jaringan penunjang longgar
– memisahkan galea aponeurotika dari perikranium (perdarahan subgaleal)

• Kulit kepala  >> pembuluh darah  terjadi perdarahan akibat laserasi kulit
kepala  banyak kehilangan darah  t.u anak-anak
Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak tdd:
• kubah (kalvaria)
• basis kranii

Tulang tengkorak:
frontal, parietal, temporal dan oksipital

Kalvaria khususnya di regio temporal  tipis (dilapisi otot


temporalis)
• Basis kranii  tidak rata  dapat melukai
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi
• Rongga tengkorak dasar,3 fosa:
– fosa anterior (lobus frontalis)
– fosa media (tempat temporalis)
– fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak
dan serebelum.
Meningens
1. Durameter
dua lapisan:
- lapisan endosteal
- lapisan meningeal

Durameter  selaput keras, tdd:


- Jaringan ikat fibrosa (melekat erat pada kranium,
tidak melekat pd selaput arachnoid trdpt ruang
potensial  >> perdarahan subdural)
• pembuluh-pembuluh vena  berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah 
Bridging Veins  jk robek  perdarahan subdural

• Arteri meningea  antara duramater dan permukaan


dalam dari kranium (ruang epidural).  jk fraktur dan
laserasi  perdarahan epidural
2. Selaput arachnoid
• tipis dan tembus pandang
• Antara piameter (dalam) dan durameter (luar)

• dipisahkan dari duramater  ruang spatium subdural

• Dipisahkan dari piamater  ruangspatium subarakhnoid

• Ruang potensial tsb terisi oleh liquor serebrospinalis


3. Piameter
• Melekat di kortex cerebri
• Mrpkn membrana vaskular yang dengan erat
membungkus otak, meliputi gyri dan masuk
kedalam sulci yang paling dalam
4. Otak
• Struktur gelatin
• Tdd:
– Proensefalon (otak depan): serebrum dan diensefalon
– Mesensefalon (otak tengah)
– Rhombensefalon (otak belakang): pons, medula oblongata dan serebellum
• Fissura  bbrp lobus:
– Lobus frontal : emosi, motorik, pusat ekspresi bicara
– L. parietal: fungsi sensorik dan orientasi ruang
– Lobus temporal: mengatur fungsi memori tertentu
– Lobus oksipital: bertanggung jawab dalam proses penglihatan
– Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular: kesadaran dan
kewaspadaan
– Medulla oblongata: pusat kardiorespiratorik
– Serebellum: fungsi koordinasi dan keseimbangan
5. Cairan serebrospinalis
• dihasilkan oleh plexus khoroideus

• kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam

• CSS mengalir dari ventrikel lateral (foramen monro)  menuju


ventrikel III (dari akuaduktus sylvius)  ventrikel IV.
• CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena  mll granulasio
arakhnoid (sinus sagitalis superior).
• Adanya darah dalam CSS  menyumbat granulasio arakhnoid 
mengganggu penyerapan CSS  kenaikan TIK.

Dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS
per hari
6. Tentorium
• Tentorium serebeli membagi:
– rongga tengkorak 
• mjd ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior
danfosa kranii media)
• ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior)

7. Vaskularisasi Otak
• Disuplai oleh sirkulasi anterior dan posterior
Cedera Kepala
Trauma mekanik pada kepala secara langsung atau tidak
langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang
dapat bersifat temporer ataupun permanent

Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah


suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan /
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan
kerusakankemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Patofisiologi:
a. Tekanan intracranial
• Peningkatan TIK  mengganggu fungsi otak yang
akhirnya berdampak buruk terhadap penderita
• TIK Normal kira-kira sebesar 10 mmHg

• TIK >> 20mmHg  tidak normal


b. Hukum Monroe-Kellie
• Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan
karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak
elastik.
• Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah
total volume komponen-komponennya yaitu volume
jaringan otak (V br), volume cairan serebrospinal (V csf)
dan volume darah (Vbl).

Vic = V br+ V csf + V bl


c. Tekanan Perfusi otak
Tekanan perfusi otak  selisih antara tekanan arteri rata-
rata (mean arterial presure) dengan tekanan inttrakranial

Apabila nilai TPO kurang dari 70mmHg  prognosa buruk

d. Aliran darah otak (ADO)


ADO normal  50 ml/100g jaringan otak permenit.
ADO menurun sampai 20-25ml/100 gr/menit aktivitas
EEG akan menghilang
Apabila ADO sebesar 5ml/100 gr/menit  sel-sel otak
akan mengalami kematian dan kerusakan yang menetap
Cedera:
• Cedera primer (coup dan contrecoup):
– cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari satu ruda paksa,
dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda
keras maupun oleh proses akselarasi deselarasi gerakan kepala
– Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada
tulang tengkorak dan daerah sekitarnya coup
– daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi
lesi contrecoup
– Akselarasi-deselarasi  tjd krn kepala bergerak dan berhenti
secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma
Cedera sekunder:
• Cedera akibat proses patologis(tahap
lanjutan) dari kerusakan otak primer:
– edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan,
iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan
perubahan neurokimiawi.
Fraktur tengkorak

• Fraktur terbuka

• Fraktur tertutup:
– Linear/stelata
– Depressed/ nondepressed
Lesi intrakranial
Dibagi:
• Hematom epidural

• Hematoma subdural:
– akut
– subakut
– kronik

• Hematoma intracerebral (kontusio)


Klasifikasi truama kepala:
1. Aspek mekanisme trauma:
– Tumpul
– Tajam
2. Derajat keparahan:
– CKR ( GCS 13-15)
– CKS (GCS 9-12)
– CKB (GCS <=8)
Pemeriksaan

1. Foto polos kepala


2. Ct scan
3. Darah rutin
Penatalaksanann

1. Primary survey  ABCDE


2. Secondary survey:
1. Anamnesa AMPLE
2. Px. Head to toe
3. Px. Penunjang
Penatalaksanaan trauma capitis
1. Penurunan tekanan intrakranial
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
- Pemberian manitol 20 % :
i. dosis awal 1gr/KgBB diberikan dalam 20 -30 menit didrip cepat
ii. Dosis lanjutan diberikan 6 jam setelah dosis awal.
Berikan 0,5 gr/KgBB drip cepat selama 20-30 menit bila
diperlukan.

2. Atasi komplikasi
- Kejang : profilaksis dengan obat anti-epilepsi selama 7 hari diberikan
pada kasus fraktur impresi lebih dari 2 diplo
- Infeksi: antibiotik profilaksis
- Pendarahan GIT : pemberian PPI, antiemetik, antasida bila ada
indikasi
Indikasi rawat pasien cedera kepala (diobservasi
2x24jam) bila:
1. Amnesia posttraumatika jelas: disorientasi
waktu,tempat dan orang (lebih dari 1 jam)
2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
3. Penurunan tingkat kesadaran
4. Nyeri kepala sedang hingga berat
5. Intoksikasi alkohol atau obat
6. Fraktura tengkorak
7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea
8. Cedera penyerta yang jelas
9. CT scan abnormal
Prognosis
• Terapi agresif anak-anak biasanya memiliki
daya pemulihan yang baik. (<<usila)

• Selain itu lokasi terjadinya lesi mempengaruhi


kondisi kedepannya bagi penderita.

Anda mungkin juga menyukai