Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT

SARAF TEXT BOOK READING

“NEUROGERIATRI”

Pembimbing :
dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp. S

Disusun Oleh :
Delima Rochmah Nur Syahbani
G4A020006

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

TEXT BOOK READING


“NEUROGERIATRI”

Disusun oleh :
Delima Rochmah Nur Syahbani
G4A020006

Presentasi text book ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian SMF Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, Agustus 2021


Mengetahui,

Pembimbing

dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp. S

2
PENUAAN NORMAL PADA SISTEM SARAF

1.1 Pendahuluan
Penuaan menyebabkan perubahan pada semua aspek fisiologis manusia
termasuk sistem saraf, bahkan pada tingkat seluler. Adapun pemeriksaan
neurologi pada usia lanjut dari aspek bio-psiko-sosial dan nilai normal geriatri
berbeda dengan orang dengan usia yang lebih muda. Penyakit pada geriatri
seringkali memunculkan tanda dan gejala yang tidak khas pada kerusakan suatu
organ, sehingga diperlukan analisis yang multidimensional.

1.2 Perubahan Morfologi pada Penuaan Normal


Penuaan normal menyebabkan perubahan morfologi dan fisiologi sebagai
berikut:
a. Sel kornu anterior dan ganglion motorik yang menurun sebanyak 25%
b. Berat otak menurun sebanyak 233 G mulai dari dekade k3-3 samapai
dekade ke 6-7
c. Hipokampus kehilangan neuron dan gliosis sebanyak 2-7%
d. Akumulasi granule lipofusin pada sitoplasma neuron meningkat
e. Akumulasi amyloid pada radiks saraf
f. Hyalinisasi dinding pembuluh darah kescil
g. Seiring peningkatan usia, terjadi peningkatan tahanan pembuluh darah
otak
h. Konsentrasi neurotransmitter asetilkolin, NE, dopamin, dan GABA
menurun
i. Berkurangnya serat otot rangka yang ditandai dengan atrofi otot
j. Perubahan mielin yang ditandai dengan penurunan kecepatan konduksi
saraf
k. Berkurangnya akson saraf tepi baik motorik maupun sensorik

3
I.3 Pemeriksaan Neurologi dalam Batas Normal pada Geriatri
Penuaan yang menyebabkan perubahan secara anatomi dan fisiologi sistem
saraf menyebabkan temuan yang berbeda pada pemeriksaan fisik, diantara lain
sebagai berikut:
a. Perubahan pada nervus kranialis
 Gangguan pendengaran persepsi pada nada yang lebih tinggi
 Ukuran pupil berkurang, reflex popil lambat terhadap cahaya dan
akomodasi, gerakan mata terganggu
b. Pemeriksaan motorik: Kecepatan berespon, koordinasi, kelincahan, massa
otot, dan kekuatan menurun. Adapun umumnya gaya berjalan geriatri
yakni sikap fleksi
c. Pemeriksaan refleks achiles berkurang atau menghilang
d. Pemeriksaan sensorik: Gangguan sensasi vibrasi dengan propioseptif tetap
baik
e. Fungsi otonom: dapat terganggu seperti kontrol otonom jantung dan
pembuluh darah perifer yand dapat menimbulkan gejala hipotensi
ortostatik
f. Penilaian normal pada fungsi kongnitif usia lanjut biasanya menggunakan
data normal sesuai usia

I.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menua Normal dan Sehat


Setelah periode 60-an terdapat teori baru mengenai otak yang menua. Hasil
penelitian pada otak cumi-cumi ditemukan bahwa dendrit yang berhubungan
dengan neuron lainnya melalui sinaps yang membentuk jaringan (network) antar
banyak sel, walaupun jumlah sel neuron berkurang akan tetapi jaringan antar sel
akan terus bertumbuh dan mempertahankan kualitas otak. Apabila otak
distimulasi pada umur berapapun akan terjadi pertumbuhan dendrit dan sinaps
sehingga terjadi penambahan jaringan antar sel. Otak dapat menumbuhkan
jaringan antar sel yang lebih cepat dibandingkan kematian sel yang terjadi asal
diberikan stimulasi yang benar. Keadaan ini memungkinkan usia lanjut menua
secara normal dan sehat. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menua secara

4
normal yang bisa dimulai dari usia dewasa muda adalah:
a. Atasi masalah penyakit menahun dengan konsultasi ke dokter
b. Olahraga teratur
c. Nutrisi sehat dan stop merokok
d. Hindari stress
e. Tidur cukup
f. Terus belajar
g. Aktif dalam kegiatan sosial
h. Stimulasi mental (mis., sudoku, teka-teki silang)
i. Aktif dalam kegiatan keagamaan
Adapun program Depkes untuk usia lanjut di puskesmas yang mencakupi
teori diatas. Program bertujuan untuk mendapatkan usia lanjut yang menua
normal, sehat, dan mandiri dengan cara stimulasi, nutrisi, dan gaya hidup yang
sehat. Adapun instrumen ABCDE untuk meng-skrining di Puskesmas, terdiri
dari:
a. Activity of daily living dengan Barthel index
b. Balance dengan Tes Rhomberg
c. Cognitive dengan MMSE, Mini-Cog
d. Disabillity, disease, risk factor
e. Emotion (GDS)
Jenis stimulasi otak yang dikerjakan disesuaikan dengan hasil skrining
yang meliputi: Brain learning, brain exercise, dan brain restoration,yang akan
dijelaskan dibawah ini:
Brain learning:
 Membiarkan otak bekerja aktif delama menjalani kehidupan lanjut
 Rutin latihan gerak
 Menjaga asupan nutrisi yang baik
 Menjalani gaya hidup yang baik (mis., hindari rokok & narkoba)
Brain Exercise:
 Senam gerak latih otak (GLO) yang bermafaat untuk kebugaran
fisik dan kognitif
 Peregangan otot sedi (stretching) untuk menghindari Sensory

5
Motor Amnesia (SMA)
 Gerakan anggota badan dan bola mata menyilang garis tengah
tubuh (crossing the body midline), bermanfaat untuk meningkatkan
fungsi fluid intelegence sehingga meningkatkan kewaspadaan,
perhatian, dan daya ingat
Brain Restoration:
 Dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih tinggi
 ADL terganggu

6
PENDEKATAN KOMPERHENSIF PADA LANSIA

II.1 Pendahuluan
Persetase lansia di dunia semakin meningkat. Pada tahun 2017, penduduk
Indonesia lansia diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa (9,03%) meningkat pada
tahun 2019 menjadi 27.498.400 jiwa (10,39%). Hal ini mempengaruhi kebijakan
tiap negara terutama dalam aspek sosioekonomi dan kesehatan. Salah satu
program untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di Indonesia sesuai amanat
UUD 45 yakni UU no.13/1998 yang melibatkan berbagai sektor termasuk sektor
kesehatan.
Orang lansia dalah orang dewasa yang terbatas, bukan kembali seperti
anak-anak. Dalam arti kondisi multidimensional secara fisik, mental, dan sosial
yang mulai mengalami penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan keterbatasan
yang disebut penuaan (aging). Adanya kemunduran yang multidimensional
(multimorbiditas) pada lansia akan menimbulkan kondisi kompleks yang disebut
“Sindroma Geriatri”

II.2 Epidemiologi
Peningkatan jumlah lansia memberikan konsekuensi yang kompleks. Di
Indonesia, terus meningkatnya struktur penduduk tua (aging population) yang
diperkirakan pada tahun 2030 naik menjadi 42 juta jiwa (13,82%).

II.3 Aging
Aging menyebabkan beberapa perubahan anatomi dan fisiologis yang
bervariasi pada manusia, beberapa contoh yakni penurunan prosentase air
sementara peningkatan prosentase lemak pada tubuh, penurunan kondisi otak
sebanyak 7% dengan atrofi, perubahan plla sirkadian tidur-bangun, kemunduran
akomodasi lensa, dan masih banyak lagi seperti kemuduran pendengaran, rasa,
fungsi jantung, fungsi ginjal, kandungan mineral tulang, prostat, dan fungsi
seksual.Hal-hal tersebut akanmenimbulkanperbedaan secara fisiologis yang

7
tinggi, immobility, dan stamina yang mudah lelah. Adapun perubahan mental
yang disebabkan oleh aging dalam proses berpikir yang biasanya dianggap remeh
di Indonesia.
II.4 Multi Morbiditas dan Sindroma Geriatri
Sindroma geriatri adalah serangkaian kondisi yang memunjukkan mutiple
morbiditas pada lansia dan saling terkait sehingga gejala yang dimunculkan tidak
spesifik. Sindrom geriatri pada umumnya melibatkan berbagai faktor, multi
penyakit yang teridentifikasi sebagai “14 I” yakni ; Imobility, instability,
incontinentia, intelectual impairement, insomnia, infection, impairment of hearing
and vision, isolation, inanition, impecunity, iatrogenis, impotensi, impaction.
Kondisi ini sering tidak terdeteksi sehingga gejala yang muncul hanya sedikit
sehingga terjadi “fenomena gunung es” misalnya kondisi depresi, gangguan
kognitif,inkontinensia, dan masalah muskuloskeletal. Kondisi multipel ini dapat
disebut sebagai frailty.

II.5 Manajemen
Masalah kesehatan lansia sangat kompleks sehingga perlu penanganan
holistik komperhensif dengan pendekatan manajemen pelayanan kesehatan lansia
harus paripurna, terintegrasi dan berbasis pada komunitas dan berbasis rumah
sakit dengan sistem berjenjang yang baik. Dalam pelayanan geriatri rumah sakit
belum semua terakomodasi oleh sistem JKN, sehingga perlu pembahasan dqalam
pembiayaan pelayanan lebih lanjut. Berikut manajemen yang perlu diperhatikan:
a. Penanganan Medis oleh Mulitidisiplin secara Interdisiplin
Problema geriatri mencakupi multifaktorial, multipatologis, dan multi
farmasi. Sehingga, dalam penanganan nya dilakukanoleh berbagai disiplin
ilmu dalam bentuk tim (Interprofessional team) dengan cara interdisiplin.
Setiap kasus perlu dibicarakan secara komperhensif dengan menentukan
skala prioritas berdasarkan asesmen geriatri P3G untuk menghindari
polifarmasi dan beban medis yang tinggi. Manajemen juga harus melibatkan
caregiver atau keluarga (Familial Meeting dan Familial Theraphy).
b. Pelayanan Geriatri Berjenjang
Adapun upaya peningkatan kesejahteraan lansia menuju “Successful

8
Aging” melibatkan semua unsur masyarakat dan pemerintahan. Program
kesehatan lansia makin meningkat, dibuktikan dengan pembinaan
puskesmas sampai ke rumah sakit tersier. Pada tingkat komunitas,
puskesmas membina masyarakat lansia di posyandu lansia dan “nursing
home” (long term care) atau panti wredha baik milik pemerintah atau
swasta. Apabila penanganan medis untuk pasien kronis dilakukan di rumah
sakit rujukan tersier, maka penanganan medis akut di rumah sakit yang
meliputi home care dan palliative care (Hospice care) yang bekerja sama
dengan perawatan primer dalam hal ini puskesmas dan dokter keluarga.

9
KESIMPULAN

1. Terjadi perubahan morfologi dan fisiologi sistem saraf pada penuaan normal
2. Pemeriksaan neurologis pada lansia perlu memperhatikan nilai normal dan
aspek bio-psiko-sosial yang berbeda dari orang dewasa.
3. Usaha-usaha agar penuaan otak normal dan sehat pada lansia berupa stimulasi,
nutrisi, dan gaya hidup yang sehat dapat dimulai dari usia dewasa muda
4. Orang lansia dalah orang dewasa yang terbatas, bukan kembali seperti anak-
anak. Dalam arti kondisi multidimensional secara fisik, mental, dan sosial yang
mulai mengalami penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan keterbatasan
yang disebut penuaan (aging).
5. Sindroma geriatri adalah serangkaian kondisi yang memunjukkan mutiple
morbiditas pada lansia dan saling terkait sehingga gejala yang dimunculkan
tidak spesifik.

10
LAMPIRAN
1. Activity of Daily Living dengan Barthel Index

Ket.
 20 = Mandiri

11
 12-19 =Ketergantungan ringan
 9-11 =Ketergantungan sedang
 5-8 =Ketergantungan Berat
 0-4 = Ketergantungan total

2. Mini Mental State Examination (MMSE)

12
3. Geriatric Depression Scale

13

Anda mungkin juga menyukai