Anda di halaman 1dari 11

MODUL KETRAMPILAN KLINIK

BLOK 5.6

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN MATA SEGMEN POSTERIOR

DAN PEMERIKSAAN SPESIFIK LAINNYA

Tim Penyusun

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2018
a. Anamnesis

Pertama sebelum melakukan anamensis, yang perlu ditanyakan adalah identitas


pasien secara lengkap, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal,
status pernikahan, agama dan ras. Seperti prosedur pemeriksaan klinis pada umumnya,
anamnesis menggunakan Fundamental Four dan Sacred Seven.
Pertanyaan pada Foundamenal Four yaitu menggali :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Riwayat penyakit sekarang (RPS) meliputi keluhan utama dan anamensis
lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat pasien datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan. Setelah menanyakan
keluhan utama dilanjutkan dengan anamnesis untuk menanyakan 7 hal (Sacred
Seven), yaitu :
a. Lokasi
b. Onset/awitan dan kronologis
c. Kuantitas keluhan
d. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
e. Faktor-faktor yang memperingan keluhan
f. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Menanyakan kepada pasien apakah pernah sakit serupa sebelumnya. Mencari
penyakit yang relevan dengan penyakit sekarang dan riwayat penyakit kronik.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Menanyakan untuk mencari adakah penyakit yang sekarang diderita berkaitan
dengan riwayat sakit pada keluarga, baik itu yang bersifat diturunkan maupun
ditularkan.

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Menanyakan status sosial pasien seperti pendidikan, pekerjaan, pernikahan,
kebiasaan pasien, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan.

b. Pemeriksaan Fisik
Alat dan bahan:
1. Oftalmoskop
2. Papan placido
3. Senter
4. Kasa dan kapas

I. Fundus refleks :

1. Mata penderita ditetesi dulu dengan midriatikum dan dibiarkan selama 5 menit
didalam kamar gelap.
2. Pemeriksa dan penderita didalam kamar gelap di samping meja dan lampu pijar
pada jarak kurang lebih 50 cm.
3. Sinar yang datang dari lampu dipantulan oleh cermin datar atau cekung, masuk
ke pupil penderita.
4. Pemeriksa menilai kejernihan : cornea, COA, lensa dan corpus vitreum (media
-refrakta ).

Apabila media refrakta jernih, maka dari jauh saja pemeriksa dapat melihat
refleksi fundus yang berwarna merah jingga cemerlang.

II. Pemeriksaan funduskopi :

Untuk menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli


Alat :
1. Oftalmoskop
2. Dilator (tropicamide / midriacyl 0,5%-1%)
Persiapan klien :
1. Beri klien penjelasan tentang teknik pemeriksaa
2. Bila klien dating sendiri atau dengan mengendarai kendaraan sendiri,
informasikan bahwa obat yang diteteskan akan berdampak silau karena pupil
mata midriasis
Persiapan lingkungan :
Klien ditempatkan pada kamar yang gelap
 Penderita duduk dalam kamar gelap.
 Pemeriksa dengan Oftalmoskop berdiri disamping penderita
 Bila kita akan memeriksa fundus secara ideal maka sebaiknya pupil
dilebarkan dulu.
 Bila mata kanan penderita akan diperiksa, maka pemeriksa memegang
opthalmoscope dengan tangan kanan dan melihat fundus mata dengan mata
kanan pula, kecuali bila memeriksa pasien dalam keadaan tidur dapat
dilakukan dari atas
 Oftalmoskop didekatkan pada mata pasien dan roda fokus oftalmoskop
diputar, sehingga roda lensa menunjukkan ngka mendekati nol
 fokuskan pandangan pada retina yang nampak
 ikuti pembuluh darah yang ada ke yang lebih besar
 setelah ditemukan papil n ii  warnanya lebih kuning
 Mata pasien diminta melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang
pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien
 Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina
 Pemeriksa memperhatikan :
- papila N II : adakah papil oedema, papil atrofi
- pembuluh darah retina : rasio arteri vena, mikroaneurisma
- retina : perdarahan, edema
- macula lutea : edema
Anda mungkin perlu mengurangi intensitas pancaran cahayanya untuk membuat
pemeriksaan anda terasa lebih nyaman bagi pasien, menghindari hippus (spasme pupil)
dan memperbaiki hasil pengamatan anda.
III. Pemeriksaan Lapang Pandang.

Metode konfrontasi

1. Jarak pemeriksa dengan pasien 1 hasta (± 1 meter).


2. Pemeriksa dan penderita saling berhadapan.
3. Pertama yang diperiksa mata kanan. Meminta pasien untuk menutup mata kiri
dengan telapak tangan, pemeriksa menutup mata kanan
4. Meminta pasien untuk melihat mata pemeriksa sebagai fiksasi, pemeriksa
menggerakkan tangan, apabila pasien mulai melihat ujung jari tangan , supaya
mengatakan “ya”. Menggerakkan tangan ke arah nasal, temporal, superior, dan
inferior.

IV. Pemeriksaan tonometri :

Pemeriksaan secara kasar (metode digital)

1. Penderita diminta untuk melirik kebawah.


2. Kedua jari telunjuk kita gunakan untuk melakukan palpasi pada sklera
bagian superior dan merasakan fluktuasi secara bergantian,
3. Interpretasi Tonometri Digital
T(dig) n : seperti menekan ujung hidung
T(dig) n+ : seperti menekan lidah dibalik pipi
T(dig) n++ : seperti menekan dahi
T(dig) n- : seperti menekan hipothenar
V. Pemeriksaan keseimbangan otot

1. Penderita berhadap-hadapan dengan pemeriksa.


2. Corneal refleks : pada orang normal refleksi cahaya pada kornea sama tinggi
pada kedua mata.
3. Gerak-gerak bola mata menuju ke temporal, nasal, kiri atas, kiri bawah, kanan
atas dan kanan bawah menunjukkan aksi dari N. III, N.IV dan N. VI.

VI. Pemeriksaan plasidoskopi.

 papan dengan gambaran lingkaran konsentrik putih hitam


 pasien melihat lurus ke depan
 senter dari kanan belakang pasien
 pemeriksa mengintip dari lubang ditengah keratoskop plasido ditambah lensa s
+10 d
 nilai bayangan lingkaran konsentris di kornea pasien
o Bila bayangan pada mata terlihat konsentrik, berarti tidak ada klainan
kecembungan kornea, bila garis konsentrik terlihat padat di tengah berati
kornea menonjol atau yang disebut keratokonus
o Bila garis lingkaran lonjong berati terdapat astigmat pada kornea
o Bila garis tidak beraturan atau lingkaran tidak konsentris berarti terdapat
astigmt ireguler
o Bila garis kurang tegas, dapat disebabkan kornea tidak jernih atau karena
adanya edema kornea
VII. Pemeriksaan sensibilitas kornea ( N.V )

1. Untuk pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yang memberikan sensibilitas kornea


2. Penderita dan pemeriksa saling berhadapan
3. Penderita diminta untuk melihat jauh
4. Pemeriksa memegang kapas basah yang dipilih ujungnya dan menyentuh kornea
(yang jernih).
5. Perhatikan apakah penderita mengedipkan mata atau mengeluarkan air mata.
6. Diusahakan datang/mendkatnya kapas tidak disadari pasien
7. Bila demikian berarti sensibilitas kornea baik.
VIII. pemeriksan penonjolan mata
Alat : penggaris

Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm, dengan beda antara kedua mata tidak
melebihi 2 mm menyatakan jarak anterior kornea dengan tepi lateral orbita

ASPEK YANG DINILAI :

1. Sapa
2. Persetujuan
3. Anamnesis
4. Pemeriksaan fundus reflex
5. Pemerikaan funduskopi
6. Pemerikaan tekanan intra okuler dengan palpasi
7. Pemeriksaan lapang pandang dengan konfrontasi
8. Pemeriksaan sensibilitas kornea
9. Pemeriksaan papan plasido
10. Pemeriksaan penonjolan bola mata
PUSTAKA

Leibowitz HM., JacobsDH., 2000. The Red Eye. N.Engl.J. Med. 3;343(5):345-
51
Cronau,H., Reddy R.K.,Mauger, T.,, 2010. Diagnosis And Management Of Red
EyeIn Primary Care, American Family Physician, 81(2): 137-144

Anda mungkin juga menyukai