Tinjauan Pustaka
Pengobatan tradisional di Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu
sebelum ditemukannya berbagai pengobatan modern. Pengobatan tradisional di
Indonesia merupakan warisan budaya yang secara turun temurun sehingga perlu
dilestarikan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional,
pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun,
dan/atau pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Pengobatan tradisional juga biasa disebut dengan pengobatan
alternatif di beberapa negara. Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini
terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang
terdiri daripada pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau
traditional drugs yaitu menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit.
Pijat adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dan atau
perawatan dengan cara mengurut atau memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya
untuk penyegaran relaksasi otot, hilangkan capai, dan juga untuk mengatasi gangguan
kesehatan atau menyembuhkan suatu penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu dengan alat
yang dilakukan oleh dukun, tukang pijat, pijat tunanetra dan sebagainya (Kemenkes
RI, 2007). Tunanetra memiliki keterbatasan bukanlah suatu hambatan dalam
melakukan suatu usaha, dengan menjadi seorang tukang pijat tentunya mereka dapat
mempunyai skill atau keahlian yang dapat membekali mereka dengan mengikuti
pembelajaran pijat terlebih dahulu sehingga tidak hanya memijat biasa tetapi memiliki
kemampuan mengetahui yang dikeluhkan pasien. Menurut Notoadmojo (2007),
sebuah tindakan akan lebih langgeng jika didasari oleh ilmu pengetahuan. Dengan
keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya tentunya mempunyai pelanggan yang
datang untuk membutuhkan jasanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa cacat bukanlah
hambatan, seseorang tetap harus bekerja dan kita harus mengapresiasikannya.
Indikasi pasien menginginkan pijat yaitu dapat mendukung penyembuhan,
meningkatkan energi, mengurangi waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit,
dan meningkatkan relaksasi, suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini berguna untuk
banyak masalah muskuloskeletal, nyeri punggung, osteoarthritis, fibromyalgia, dan
terkilir. Pijat juga dapat mengurangi depresi pada orang dengan sindrom kelelahan
kronis, mudah sembelit (bila teknik ini dilakukan di daerah perut), menurunkan
pembengkakan setelah mastektomi (pengangkatan payudara), mengurangi gangguan
tidur, dan meningkatkan citra diri (Cambron, 2006). Kontraindikasi pasien tidak
dipijat yaitu yang mempunyai kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal, infeksi pada
vena superfisial atau selulitis pada bahagian kaki dan lain-lain, pengumpalan darah
pada kaki, masalah koagulasi, dan infeksi kulit yang bisa berjangkit. Bagi pasien yang
menderita kanker, perlu mendapatkan pengesahan daripada dokter mereka karena
pijatan ini bisa merusakkan tisu yang rapuh akibat dari kemoterapi atau pengobatan
radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter, ekzema dan lesi-lesi kulit lainnya ketika
masih sedang kambuh serta pasien yang menderita osteoporosis, demam tinggi,
kurang sel darah putih, masalah mental dan yang sedang pulih dari pembedahan harus
mengelakan dari melakukan pijatan (Cambron, 2006).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tempat Pijat Bu Arsiah beralamat Jl. Sunan Bonang
No. 13, Dusun II Dukuhwaluh, Kembaran , Kabupaten Banyumas, Purwokerto, Jawa
Tengah, Indonesia. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif fenomenologi
dengan wawancara sebagai metode pengumpulan data. Informan atau subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah dan atau sedang
menggunakan jasa pijat Bu Arsiah di Dukuhwaluh. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria informan berusia lebih dari 18
tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi subjek penelitian dan
memiliki pengetahuan cukup memadai dengan demikian diperoleh informasi yang
tepat dan akurat. Alat pengumpul data pada penelitian kualitatif ini adalah peneliti
sendiri menggunakan pedoman wawancara, alat tulis, dan alat perekam. Penelitian ini
menggunakan data primer yaitu keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh
dari para informan melalui wawancara mendalam serta observasi pada saat
wawancara berlangsung. Analisis data dilakukan secara simultan dengan
mengumpulkan, mereduksi, menyajikan, menyimpulkan, dan memaparkan data yang
prosesnya berbentuk siklus (Moleong, 2012).
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang
diwawancarai, yaitu pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan yaang
diajukan oleh pewancara (Moeleong, 2012). Dalam penelitian ini, penulis akan
mengadakan wawancara dengan pelanggan dari Pijat Bu Arsiah.
2. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau
daftar pertanyaan yang telah disiapkan atau disusun sedemikian rupa sehingga
calon responden hanya tinggal menjawabnya (Sudjana, 2002). Penggunaan
kuesioner dalam penelitian ini ditujukan untuk pelanggan Pijat Tunanetra Bu
Arsiah, dengan tujuan untuk menggali informasi tentang kepuasan yang dirasakan
oleh pelanggan yang bersangkutan terkait dengan kualitas pelayanan yang
diberikan oleh pihak griya pijat bersih sehat.
Sedangkan teknik yang digunakan untuk memperoleh data sekunder terdiri dari:
1. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis, gambar,
foto atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.
2. Studi pustaka
Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-
teori atau konsep-konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah, Koran
atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus atau variabel penelitian.
Daftar Pustaka
Cambron, J.A, Dexheimer, J., Coe, P. 2006. Changes in blood pressure after various forms of
therapeutic massage: a preliminary study. J. Altern Complement Med.
Juliana. 2016. A Survival Strategyin the City of the Masseur Pekanbaru. Jom FISIP. Vol 3(1):
1-15.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. 302 hal.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Rudiyati. 2009. Latihan Kepekaan Dria Non Visual bagi Anak Tunanetra. Jurnal Pendidikan
Khusus. Vol 5(2): 1-7.
Tjokronegoro, Arjatmo. Dr.Ph.D, dr. Ali Bazial. 1992. Etik Penelitian Obat Tradisional.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Yuliwardhani, D. 2009. Prinsip Desain Aksesibilitas Ruang Luar bagi Tunanetra. Tesis
Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya.