Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
ABLASIO RETINA
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen pengampu : Dwi Novitasari S.Kep., Ns

Di Susun Oleh :
1. Nina Dwi Kartikasari
2. Nori Sulistiyowati
3. Novi Dwi Prastya

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2007
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui oleh dosen pembimbing mata kuliah KMB 3 (Keperawatan
Medikal Bedah 3) sebagai tugas untuk tambahan nilai ujian akhir semester.

Disetujui :
Dosen Pembimbing

(Dwi Novitasari S.Kep., Ns)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan
penyokong di bawahnya. Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya
pada retina membentuk suatu selaput tipis yang melekat erat pada jaringan
penyokong di bawahnya.
Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina tidak dapat berfungsi dan
jika tidak kembali disatukan bisa terjadi kerusakan permanen. Ablasio bisa
bermula di suatu daerah yang kecil, tetapi jika tidak diobati, seluruh retina bisa
terlepas. Pada salah satu bentuk ablasio, retina betul-betul mengalami
robekan.
Bentuk ablasio ini biasanya terjadi pada penderita miopia atau penderita
yang telah menjalani operasi katark atau penderita cedera mata. Pada ablasio
lainnya, retina tidak robek tetapi terpisah dari jaringan di bawahnya.
Pemisahan ini terjadi jika gerakan cairan di dalam bola mata menarik retina
atau jika cairan yang terkumpul diantara retina dan jaringan di bawahnya
mendorong retina. (www.medicastore.com).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ablasio retina
2. Tujuan Khusus:
a. Dapat menjelaskan definisi tentang ablasio
retina
b. Dapat menyebutkan etiologi dan menifestasi
klinis ablasio retina
c. Dapat menentukan diagnosa keperawatan
d. Dapat menentukan intervensi klien dengan
ablasio re

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan
mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada
objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang
dengan segera dihantarkan ke otak.
1. Struktur & Fungsi
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
a. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
berwarna putih dan relatif kuat.
b. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata
dan bagian luar sklera.
c. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
d. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
f. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
g. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus
ke otak.
h. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visuil dari retina ke otak.
i. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur
jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti
halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka
cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang,
maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit.
Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris. Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya,
lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek
yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi
lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh,
maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih
lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian
retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung
saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang
tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik
yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya.
Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma
optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).
Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut
akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
b. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke
retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi
bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus.
Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.
Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
a. Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris
b. Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior,
lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola
mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2. Otot, Saraf & Pembuluh Darah
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot
dirangsang oleh saraf kranial tertentu.
Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri
dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika
dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata
bagian belakang.
3. Struktur Pelindung
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak
secara bebas ke segala arah.
Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus,
jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan
mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk.
a. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot,
saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan air mata.
b. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata.
Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata
dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika
berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan
kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa
menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam
kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.
c. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak
mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak
sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak
yang mencegah penguapan air mata.
d. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan
kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari
mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata,
juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke
mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi. (www.medicastore.com)

B. Definisi
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya.
Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini
diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan pada robekan
tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan dinding
bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. (www.
Klinikmatanusantara.com)
Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan
dibawahnya, sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya
proses penglihatan. Keadaan ini dapat menyebabkan cacat penglihatan atau
kebutaan. (www.bandungeyecenter.com)
Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini
merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia.
Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada penderita yang memakai
kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang keras.
(www.indo.net.id)
Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan
penyokong di bawahnya.(www.medicastore.com)
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen
pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne,
2002).
C. Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di
Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia
setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi
pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan
pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas
retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain
itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan
yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera
dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan
atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, ablasio retina
pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang
tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus
melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus
atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit vaskuler,
dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

D. Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam
mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin
terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun
kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari
penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang
lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan
kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi
sebagian atau seluruh pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang

E. Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya,
yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian
dalam seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti
lapisan film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke
retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap
“gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala
Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu
atau lebih robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang
proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan
kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan
pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-
agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina
pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus
vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis
penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada
peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina,
korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi
besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh
peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas
setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat
masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara
retina dan dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina
dari dinding mata bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian
retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul
penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis
lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor,
peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio
retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-
lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal
dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.
F. Pemeriksaan
Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan
teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut oftalmoskop. Dengan
cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat
menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu
diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang
mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi belum lepas,
maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

G. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan
retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang
dapat digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya lepas retina
dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser bila ditemukan robekan-
robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka
robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan
luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan
menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah
cairan lewat dan berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang
biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak
memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan dinding
bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat
merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan
retina dengan dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan
dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat
pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina
dan memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan
operasi yang lebih rumit untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya
bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan
kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan dinding
mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel
sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan
harus dikeluarkan dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel
kembali ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau
bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan lembut menekan
dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan
untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina,
misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran
listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio retina:
 Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali
retina yang lepas (ablasio retina).
 Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang
lepas.
 Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan
melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus
yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio,
mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain
yang diperlukan

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:
 Infeksi
 Perdarahan
 Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
 Penglihatan yang menurun
 Peningkatan tekanan bola mata
 Glaukoma
 Katarak
Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah
menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi
katarak beberapa tahun kemudian.
Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-
kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat
langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius.
Bila anda akan mendapatkan pembiusan umum, anda akan ditangani oleh
spesialis anestesiologi sebelum operasi.
I. Pathway

Inflamasi Penuaan
intraokuler
Ber(-) konsentrasi
asam hialuronat
Peningkatan cairan
eksudat/serosa Vitreus
makin cair

likuefaksi

Memperburuk dukungan thd


serabut kolagen

Vitreus kolaps &


bergerak ke depan

Tetap melekat pada Vitreus mudah terpisah


bagian post retina dgn retina post

Tarikan
retina

Resti Terjadi
infeksi robekan retina

Sel-sel retina dan


darah terlepas

Retina terlepas dari


epitel berpigmen

ABLASIO
RETINA

Penurunan
pandangan sentral
Ancaman Resti injuri Gangguan
kehilangan persepsi sensori:
penglihatan penglihatan

cemas BAB III


KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
2. Riwayat Penyakit sekarang
Mengeluh adanya bayangan hitam bergerak, Melihat benda bergerak
seperti tirai, penglihatan kabur.
3. Riwayat Keluarga : Penyakit mata dalam keluarga, DM atau alergi.
4. Riwayat penyakit dahulu : Penyebab timbulnya ablasio retina yaitu
myopi, retinitis, trauma, degerasi perifer.
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual : Meliputi informasi dan tanggapan
klien tentang penyakit dan pengaruh sakitnya terhadap cara hidup,
perasaan terhadap penyakit dan therapinya, pekerjaan dan lingkugannya .
6. Pemeriksaan fisik :
a. Visus: Untuk melihat ketajaman penglihatan (menurun)
b. Funduskopi : retina berwarna abu – abu, permukaan retina tidak rata
c. Refraksi: Kelainan refraksi mata myopi.
d. Flurensin anglografi : Kebocoran didaerah para papilaris dan daerah
yang berdekatan dengan ruptur serta terliha gangguan permebialitas
koriokapilaris akibat rangsangan langsung badan kaca pada choroid.
e. USG: Terlihat lubang pada retina yang berbentuk ladam kuda.
Lubang kecil atau bulan sabit.
7. Pem. Fundus , Blaas, Tear, Hole.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan persepsi Tujuan: a. Anjurkan klien a.
penglihatan Tidak terjadi kehilangan untuk bedrest total tidak bertambah parah. Agar
berhubungan dengan penglihatan yang berlanjut. klien mematuhi dan mengerti
penurunan KH: maksud pemberian /perlakuan
pandangan sentral a. Klien bedrest total
memahami pentingnya b. Hindari b.
parawatan yang pergerakan yang mendadak, lapisan saraf retina yang
intensif/bedrest total. menghentakkan kepala, terlepas
b. Klien mampu menyisir, batuk, bersin,
menjelaskan resiko yang muntah c.
akan terjadi sehubungan c. Jaga kebersihan infeksi,agar mem permudah
dengan penyakitnya. mata pemeriksaan dan tindakan
operasi.
d.
obat-obat. Kondisi
d. Berikan obat tetes penglihatan dapat
mata midriatik-sikloplegik dipertahankan/dicegah agar
dan obat oral sesuai anjuran tidak menjadi parah
dokter.
2. Resti infeksi Tujuan: a. Diskusikan a. Menurunk
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan pentingnya mencuci tangan an jumlah bakteri pada tangan,
terjadi robekan retina keperawatan tidak terjadi sebelum mencegah kontaminasi
infeksi menyentuh/mengobati mata b. Teknik
KH: b. Gunakan/ aseptik menurunkan resiko
a. Meningkatkan tunjukkan teknik yang tepat penyebaran bakteri dan
penyembuhan luka tepat untuk membersihkan mata kontaminai silang.
waktu, bebas drainase dari dalam keluar dengan
purulen, eritema, dan tisu basah/bola kapas untuk
demam tiap usapan, ganti balutan.
c. Observasi/ c. Infeksi
diskusikan tanda terjadinya mata terjadi 2-3 hari setelah
infeksi contoh kemerahan, prosedur dan memerlukan
kelopak bengkak, drainase upaya intervensi
purulen.
d. Berikan obat d. Sediakan
sesuai indikasi: antibiotik topikal digunakan secara
(topikal, parenteral, atau profilaksis, dimana terapi
subkonjungtival), steroid lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.catatan steroid
mungkin ditambahkan pada
antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL.
Digunakan untuk menurunkan
inflamasi
3. Resti injuri Tujuan: a. Periksa adanya a. Dengan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan perlukaan mengkaji perlukaan dapat
penurunan keperawatan pasien tidak mencegah terjadinya
pandangan sentral terjadi kecelakaan atau perlukaan yang lebih parah
cedera b. Orientasikan b. Diharapk
KH: pada pasien lingkungan an pasien dapat mengenal
a. sekitarnya lingkungannya sehingga akan
pada pasien. mengurangi resiko terjadinya
b. kecelakaan
faktor yang dapat c. Hindari c. Ketegang
menyebabkan perlukaan. ketegangan pada pasien an dapat menyebabkan
kecelakaan
4. Ansietas Tujuan: a. Kaji tingkat a. Untuk
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan ansietas : mengetahui sampai sejauh
ancaman kehilangan keperawatan kecemasan ringan,sedang,berat,panik mana tingkat kecemasan klien
penglihatan pasien berkurang sehingga memu-dahkan
KH: penanganan/pemberian askep
a. selanjutnya.
menggambarkan b. Agar klien
ansietas dan pola b. Berikan tidak terlalu memikirkan
kopingnya. kenyaman dan ketentraman penyakitnya.
b. hati c. Agar klien
tujuan perawatan yang c. Berikan mengetahui/memahami bahwa
diberikan/dilakukan. penjelasan mengenai ia benar sakit dan perlu
prosedur dirawat.
perawatan,perjalanan d. Agar klien
penyakit & prognosisnya. merasa aman dan terlindungi
d. Berikan/ saat memerlukan bantuan.
tempatkan alat pemanggil e. Untuk
yang mudah dijangkau oleh mengetahui cara mana yang
klien efektif untuk
e. Gali intervensi menurunkan/mengurangi
yang dapat menurunkan ansietas.
ansietas. f. Agar klien
dengan senang hati melakukan
aktivitas karena sesuai dengan
f. Berikan aktivitas keinginannya dan tidak
yang dapat menurunkan bertentangan dengan program
kecemasan/ketegangan. perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
www.klinikmatanusantara.com
www.bandungeyecenter.com
www.indo.net.id
www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai