Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

“BAHAN, BENTUK DAN JENIS LENSA


INTRAOKULAR”
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata pada Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh:
Lidwina Dewisetyorini (42170198)
Valentina Adinda Putri (42170199)
Rosalia Septaviana Risdiarta (42170200)
Adelia Novia Sani (42170201)
I Wayan Siaga (42170202)

Dosen Pembimbing:
dr. Edy Wibowo, Sp.M, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA
WACANA
YOGYAKARTA
2019
I. ANATOMI MATA DAN LENSA MATA

Gambar 1. Anatomi Mata

Mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada


objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan
segera dihantarkan ke otak. Mata memiliki struktur sebagai berikut:
- Sklera (bagian putih mata): merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih
dan relatif kuat.
- Konjungtiva: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian
sclera.
- Kornea: struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus
dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

- Pupil: daerah hitam ditengah-tengah iris.


- Iris: jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea
dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
dengan cara merubah ukuran pupil.
- Lensa: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan
vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
- Retina: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
- Saraf optikus: kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
- Humor aqueus: caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi
lensa dan kornea, dihasilkan oleh processus ciliaris.

a. Lensa Mata
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang
iris, lensa ditahan di tempatnya oleh zonula zinni (ligamentum suspensorium lentis),
yang melekat pada ekuator lensa menghubungkannya dengan korpus siliaris. Zonula
zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliaris. Zonula
zinnia melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan
2,35 pada bagian posterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuos
sedangkan di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa dan vitreus dipisahkan oleh
membrana hyaloidea.
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan
anterior. Pada saat baru lahir jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak
anterioposterior 3,5 mm dan beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa jarak
ekuator sekitar 9 mm dan jarak anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg.

Lensa tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama


embriogenesis mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloids dan setelah
itu secara total suplainya tergantung pada humor akuous dan vitreus.Lensa terdiri
dari tiga bagian yaitu kapsul elastis dan epitelium lensa yang terletak pada
permukaan anterior lensa, korteks dan nucleus.

b. Kapsul Lensa
Kapsul lensa merupakan membrana basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Pada bagian anterior dibentuk
oleh sel-sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul anterior
berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya meningkat, sedangkan
kapsul posterior relative konstan. Ketebalan kapsul anterior 15,5 mikrometer dan
kapsul posterior 2,8 mikrometer.
Di bawah mikroskop cahaya kapsul lensa terlihat homogen, tetap dengan
mikroskop elektron tampak terdiri 40 lamella. Lamella terdiri dari serabut retikuler
yang berisi matriks yaitu glikoprotein berhubungan dengan kolagen tipe IV dan
glikosaminoglikan sulfat. Mukopolisakarida heparin sulfat tersusun kurang dari 1%
pada kapsul lensa tetapi peranannya sangat penting dalam penentuan struktur dari
matriks, dimana pada keadaan kritis mempertahankan kejernihan lensa.

c. Epitel Lensa
Epitel lensa hanya ditemukan pada permukaan anterior lensa, pada daerah
ekuator sel ini memanjang dan berbentuk kolumner yang tersusun secara meridional.
Epitel ini mempunyai kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas
sel normal, termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak, dan untuk
menghasilkan ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa.

d. Nukleus dan Korteks


Nukleus lensa lebih keras dari korteks. Serabut-serabut lamellar subepitelial
terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual menjadi lebih
besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar konsentris
memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir
lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini
saling berhubungan di bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh gabungan ujung
ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu celah berbentuk “Y”.
Bentuk “Y” ini tegak di anterior dan terbalik di posterior huruf Y yang terbalik.

Gambar 2. Lapisan Lensa


Gambar 3.Histologi Lensa

● Fisiologi Lensa
Epitelial merupakan bagian lensa dengan tingkat metabolisme paling
tinggi. Pada epitelial lensa terjadinya aktivitas metabolisme dan transport aktif
yang membawa keluar seluruh hasil aktivitas sel normal termasuk
deoxyribonucleic acid (DNA), ribonucleic acid (RNA), protein, sintesis lipid,
dan ATP. ATP dibutuhkan untuk transportasi nutrisi, memelihara pertumbuhan
sel, dan transparansi lensa. Lensa bersifat avaskular, sehingga humor akuos
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan mengeluarkan produk sisa metabolik lensa
(Vavvas dkk., 2002).
Aspek fisiologi yang terpenting dalam menjaga ketransparanan lensa
adalah pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketransparanan lensa
sangat bergantung pada komponen struktural, makromolekular dan hidrasi lensa
Lensa mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi dibandingkan
humor akuos dan korpus vitreus tetapi memiliki kadar natrium dan klorida
yang lebih rendah dibandingkan sekitarnya.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul
lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya biasnya.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Derajat akomodasi tergantung kapasitas lensa untuk
merubah bentuknya dari bentuk bulat panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk
bulat (penglihatan dekat). Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,
otot-otot siliaris mengalami relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya terkecil sehingga
berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari
benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang,
sehingga lensa yang lentur ini berubah bentuknya menjadi lebih bulat.
Kemampuan lensa untuk berakomodasi lebih kuat pada usia muda. Kapasitas ini
tergantung pada hubungan kortek dengan inti. Pada usia muda, intinya kecil dan
korteknya tebal dan lembut yang memungkinkan perubahan bentuk secara
leluasa, sehingga bentuk lensa hampir bulat. Pada usia lanjut intinya besar dan
korteknya tipis sehingga perubahan bentuk lensa hanya sedikit.

II. LENSA INTRAOKULER/ INTRAOCULAR LENS (IOL)


A. Definisi
Lensa intraokular (IOL) adalah lensa permanen yang terbuat dari plastik atau
kaca yang diimplan ke mata, biasanya pada saat operasi katarak. IOL juga dapat
diimplantasi ke pasien yang masih memiliki lensa kristalin mereka yang asli untuk
tujuan mengoreksi kesalahan refraksi.

Gambar 4. Lensa intraokuler dan penempatanya


IOL pertama kali dilakukan oleh Harold Ridley pada tahun 1949, seorang dokter
mata Inggris yang mencatat bahwa pilot Royal Air Force yang mengalami cedera
mata ketika ditangani dengan fragmen kaca polimetil metakrilat (PMMA) tidak
mengalami reaksi inflamasi akibat benda asing. Ia menggunakan ekstraksi
ekstrakapsular katarak (ECCE) dan menempatkan IOL diruang posterior.

B. Klasifikasi IOL
IOL buatan tersedia dalam beberapa variasi yaitu kaca kaku
(polimetilmetaklirat, PMMA) dan bahan lembut (akrilat atau silikon) yang
memungkinkan lensa dapat dilipat serta dimasukan melalui insisi kecil. Kebanyakan
lensa memilki sentral optik dan biasanya memilki dua “kaki” (haptics) yang
berfungsi memusatkan lensa pada kantung kapsular. Kehilangan lensa alami
dikaitkan dengan hilangnya akomodasi, oleh karena itu pasien yang dioperasi
biasanya memerlukan setidaknya jarak atau kacamta baca, karena biasanya lensa
buatan hanya memberikan sedikit akomodasi.

Jenis lensa intra okular di kategorikan berdasarkan yaitu:

Gambar 1. Jenis utama dari


lensa intraokular dan optik. A,
lensa ruang anterior. B, lensa
prepupil (tidak lagi
digunakan). C, lensa ruang
posterior dalam kantong
kapsuler. D, lensa ruang
posterior dalam sulkus siliaris.
E, optik bikonveks. F. Optik
planokoneks. G, optik
meniskus1.
- Lokasi implantasi (ruang anterior, ruang posterior, atau prepupil [tidak digunakan lagi)
- Profil optik (bikonveks, planokonveks, atau meniskus)
- Bahan optik (PMMA, kaca, silikon, akrilik, kolamer, atau hidrogel)
- Haptic style (plate atau loop)
- Sferisitas (aferis, asferis, atau toric)
- Tampilan panjang gelombang (mem-blok UV atau cahaya biru)
- fokalitas (monofokal, bifokal, atau multifokal)
- derajat akomodasi
- tepi ujung (ridge, persegi, atau tajam)
- kekuatan (plus, minus, atau plano)
- jenis koreksi

1. Bahan-bahan IOL
1. Akrilik
- Riggid – Polimetylmethacrylate (PMMA)
Bahannya kaku dan hidrofobik. Bahan hidrofobik menyebabkan sel radang dan
mikroorganisme menempel pada lensa. Indeks refraksi 1,49.
- Fleksibel
Bahan bersifat lentur. Indeks refraksi 1,55. Bersifat hidrofobik.
2. Silikon
- Bahannya yang bersifat lentur. Lebih tebal dibandingkan bahan akrilik.
- Jenisnya ada yang multipiece dan One piece.
- Indeks refraksi 1,40-1,46
3. Hydrogel
- Bersifat hidrofilik
- Biokompatibilitas yang tinggi
- Memiliki kandungan banyak air
- Indeks refraksi 1,43-1,48
Bahan Haptik
1. Nylon
Bahannya mudah hidrolisis
2. Prolene
Sifat yang elastis dan punya daya renggang yang tinggi. Tahan terhadap biodegradasi.
3. PMMA
Bahan dasarya sama dengan komponen optik PMMA, sehingga tidak terdapat
sambungan yang dapat menjadi celah berkumpulnya sel-sel inflamasi.
4. Polyimide
Bahan sintesis yang mengandung cincin benzoly. Bahan ini tahan sterilisasi panas.

2. Jenis IOL
Kelas-kelas utama IOLs adalah sebagai berikut9,8:

2.1.Berdasarkan metode fiksasi dalam mata


2.1.1. IOL ruang anterior.

Gambar 2. Pseudofakia dengan implan lensa intraokular ruang anterior Kelman


Multiflex9

Lensa ini terletak seluruhnya di depan iris dan didukung oleh sudut dari ruang anterior. ACIOL
dapat diinsersikan setelah ICCE atau ECCE. Ketika diindikasikan, tipe ACIOL Kelman
multiflex lebih sering digunakan9

Contohnya adalah lensa Strampelli dan Mark VIII terletak sepenuhnya dalam ruang anterior,
tetapi bagian optik dari lensa didukung oleh “kaki” yang solid atau loop yang terletak pada sisi
yang berlawanan dari sudut ruang. ACIOL dapat dimasukkan dengan atau tanpa dukungan
kapsular.

Gambar 6. IOL ruang anterior. A, angle-supported lens oleh Strampell. B, lensa Mark VIII
oleh Choyce1.
Masalah terkait penggunaan ACIOL adalah estimasi yang tidak akurat dari ukuran lensa
untuk menjangkau ruang anterior. Haptics harus terletak di sudut ruang tanpa menggagu iris
(terlalu besar) atau berputar di ruang anterior akibat fiksasi yang tidak stabil (terlalu kecil).

Gambar 7. ACIOL satu ukuran cocok untuk semua. A. Lensa Azar 91Z. B, Lensa
Copeland1.

Gambar 8. Lensa ruang anterior yang didesain oleh Kelman. A, Tripod original, juga dikenal
sebagai pregnant 7. B, Multiflex II1.

Saat ini, dokter dianjurkan untuk mengukur diameter kornea horizontal dan memeriksa
status dan posisi haptics dengan gonioskopi di ruang operasi segera setelah penempatan
lensa. Bila dievaluasi dengan baik, ini membuat implantasi modern ACIOL sebagai
alternatif yang sangat baik ketika PCIOL tidak dianjurkan. Kelemahannya lainya adalah
bahwa mata yang diimplankan ACIOL akan menjadi lebih lunak sehingga dilarang
menggosok mata berlebih.

2.1.2. Lensa yang didukung iris. Lensa ini terfiksasi pada iris dengan bantuan jahitan,
loop/pengait. Lensa ini tidak begitu populer karena tingginya insidensi komplikasi
pasca operasi. Contoh lensa yang didukung iris adalah lensa kait iris Singh dan
Worst.

Gambar 3. Lensa kait iris Singh & Worst9


2.1.3. Lensa ruang posterior. PCIOL terletak sepenuhnya di belakang iris. Lensa dapat
didukung oleh sulkus siliaris / kantong kapsular. Tren terbaru adalah fiksasi dalam
kantung. Model yang umum digunakan dari PCIOL adalah C loop yang
dimodifikasi9.
Tergantung pada bahan produksi, tiga jenis PCIOL yang tersedia yaitu9:

a. IOL rigid. IOL rigid modern seluruhnya terbuat dari PMMA.


b. Foldable IOL, untuk ditanamkan melalui insisi kecil (3,2 mm) setelah fakoemulsifikasi
yang terbuat dari silikon, akrilik, hidrogel dan Kolamer.
c. Rollable IOL adalah IOL yang sangat tipis. Lensa ini ditanamkan melalui insisi mikro
(1mm) setelah teknik fakonit. Lensa terbuat dari hidrogel.

Tabel 1. Tipe PCIOL10


Pada akhir tahun 1970-an, lensa intraokular ruang posterior (PCIOL) diperkenalkan dengan
desain 2 loop planar dan terus berkembang dengan berbagai desain. Perubahan 2 desain pertama
adalah angulasi loop haptics untuk mencegah terperangkapnya pupil, yang tetap menjadi
tampilan desain saat ini, dan penambahan annular ridge posterior di perifer untuk mencegah
PCO. Saat ini, PCIOL merupakan IOL yang paling banyak digunakan dan umumnya digunakan
setelah ECCE, biasanya dengan fakoemulsifikasi.

- Jenis PCIOL
o IOL rigid –seluruhnya terbuat dari PMMA
o Foldable IOL – ditanamkan melalui insisi kecil 3,2 mm setelah
fakoemulsifikasi yang terbuat dari silikon, akrilik, hidrogel.
o Rollable IOL – IOL yang sangat tipis. Lensa ini ditanamkan melalui insisi
mikro 1 mm setelah teknik fakonit. Lensa terbuat dari hidrogel.
- Bentuk PCIOL
o J-Loop
o C-Loop
o Lensa Knolle
o Lensa Arnott

Gambar 5. IOL ruang posterior. A, desain J-Ioop. B, Kratz-Sinskey memodifikasi lensa J-


Ioop. C. Simcoe memodifikasi lensa C-Ioop. D. Lensa Knolle. E. lensa Arnott1.
2.2. Berdasarkan Spesifikasi Teknis
2.2.1. IOL multifokal/akomodatif

Merupakan jenis IOL untuk mengoreksi kelainan refraksi baik dekat maupun jauh
dengan menggunakan zona optik (kekuatan lensa yang berbeda pada bagian lensa yang
berbeda) atau optik yang dapat digerakkan, dimana IOL sendiri bergerak sedikit ketika
mata berakomodasi (yaitu, berfokus saat melihat dekat); IOL multifokal/akomodasi
yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat
termasuk ReSTOR, ReZoom, Crystalens, Crystalens AT-45, dan Crystalens HD3.
2.2.2. IOL Toric

Jenis IOL ini digunakan untuk mengoreksi untuk astigmatisme kornea dengan
meluruskan IOL sepanjang sumbu yang telah ditentukan pada saat implantasi, contoh
IOL ini termasuk STAAR Toric dan AcrySof Toric.
2.2.3. IOL Ultraviolet (UV)/blue-filtering

IOL seperti Optiflex Natural Yellow dan AcrySof IQ dapat menipiskan sinar UV dan
rentang 400-460 nm (biru), para ahli yang mendukung penggunan lensa ini mengklaim
bahwa mereka dapat mengurangi kerusakan retina ringan yang diakibatkan oleh
cahaya.
2.2.4. Phakic IOL (PIOL)

PIOL diimplantasi tanpa mengangkat lensa kristalin (yaitu, pada pasien dengan
phakia), biasanya untuk tujuan mengoreksi miopia atau hyperopia yang signifikan,
pasien yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukan koreksi dengan laser, baik karena
gangguan kornea atau gangguan refraksi yang luas, mungkin dapat untuk dilakukan
PIOL, PIOL dapat diimplantasi di chamber anterior (ACPIOL) atau chamber posterior
(PCPIOL) atau dapat difiksasi pada iris, contoh IOL ini adalah Artisan dan Artiflex.

2.2.5. IOL Spheric

Lensa sferis adalah lensa yang memiliki bentuk irisanbola baik cembung pada
bagian luar maupun cembung pada bagian dalam. Meskipun IOL berbentuk sferis
relatif mudah dibuat, desain ini tidak meniru bentuk lensa alami di dalam mata, yang
bervariasi dalam kelengkungan dari pusat ke pinggiran. Dengan kata lain, lensa alami
pada mata adalah asferis "tidak bulat". Pada penggunaan IOL spheric dapat terjadi
ketidaksempurnaan optis minor yang disebut aberasi tingkat tinggi yang
mempengaruhi kualitas penglihatan, terutama dalam kondisi cahaya rendah seperti saat
mengemudi di malam hari

2.2.6. IOL Aspheric

Aspheric IOL merupakan lensa yang dirancang untuk menghindari penambahan


aberasi sferis positif. Menanamkan IOL asferis menghindari peningkatan aberasi sferis
positif dan IOL dengan aberasi sferis negatif bahkan dapat mengembalikan sistem
optik ke aberasi sferis nol dengan mengimbangi sedikit penyimpangan positif kornea.
Aberasi sferis dapat mengurangi kualitas gambar, terutama dalam situasi kontras
rendah atau ketika pupil melebar.IOL Aspheric merupakan lensa tanam yang lebih
cocok dan lebih dekat dengan kualitas lensa optik alami. Keunggulan penggunaan IOL
aspheric adalah penglihatan lebih tajam terutama pada kondisi cahaya rendah dan
untuk orang dengan pupil besar.

3. Desain Lensa
Desain lensa dapat di klasifikasikan yaitu :

1. Plate haptic
2. One piece
3. Multipiece
4. Haptic Angulation
5. Intraocular les overall length
4. Indikasi Pemasangan IOL
Tren terbaru adalah implan IOL untuk setiap kasus katarak yang dioperasi,
kecuali kontraindikasi. Namun, operasi untuk katarak unilateral harus selalu diikuti oleh
implantasi IOL. Kelebihan dari lensa intra okuler penderita tidak perlu memasang serta
melepas lensa kontak, mengurangi serta mencegah distorsi dan perubahan lapangan
pandang. Kelemahannya terutama berkaitan dengan pemasangan yang tidak tepat, atau
terjadi dislokasi lensa.
Pemasangan lensa intra okuler dapat dilakukan pada penderita katarak
monokuler, gangguan fisik (hemiplegi), dan memerlukan visus baik (misal Pilot),
manula. Pengangkatan lensa yang keruh selama operasi katarak akan menghilangkan
sejumlah besar kekuatan fokus alami mata. Ada 3 tipe dasar penggantian lensa,yaitu
sebagai berikut:

- Kacamata aphakia, pasien yang aphakia (yaitu, tanpa lensa kristalin atau implan
lensa) dapat memilih untuk kacamata untuk mengkompensasi hilangnya
kekuatan fokus, namun kacamata berdaya tinggi ini berukuran besar dan
menimbulkan distorsi mengganggu dan perbesaran gambar.
- Lensa kontak, Meskipun lensa kontak dapat menghilangkan masalah perbesaran
gambar dan lebih diterima secara kosmetik oleh banyak pasien,lensa kontak
perlu dibuka dan dibersihkan setiap hari, yang mungkin sulit bagi orang yang
berusia lanjut.

Kontra indikasi
Lensa intra okuler tidak dapat dipasang pada kelainan endotel kornea, glaukoma
yang tidak terkontrol, rubeosis iridis, uveitis yang tidak terkontrol, penderita yang
senang lensa kontak atau kacamata dan penderita yang menolak untuk dipasang.
5. Implementasi Klinis
1. Pada kasus tanpa komplikasi operasi
Gunakan lensa dari bahan akrilik, karena untuk jangka panjang mencgah timbulnya
kekeruhan kapsul posterior
2. Pada kasus dengan komplikasi prolaps vitreus
Gunakan bahan PMMA dengan haptik bahan One piece. Karena dengan prolene akan
sulit menempatkannya di dalam sulkus.

Implantasi lensa intraokular (IOL) akan menghasilkan keadaan yang dikenal sebagai
pseudophakia. Implantasi IOL modern dilakukan dengan berbagai bahan lensa dan
tempat fiksasi. Ada tiga lokasi utama untuk memfiksasi lensa di dalam mata: ruang
posterior, ruang anterior, dan iris.
IOL ruang posterior (PCIOL)diimplantasi di belakang iris dalam kapsul
lensa,pengokong yang tersisa setelah lensa keruh diangkat. Lensa juga dapat
dimasukkan dalam sulkus siliaris.
PCIOL diimplantasi ketika dilakukan operasi ekstraksi katarak ekstrakapsular
(ECCE), dimana lensa yang keruh diangkat tetapi kapsul lensa yang tersisa di dalam
mata.Sebaliknya pada ekstraksi katarak intracapsular (ICCE), lensa dan kapsul akan
diangkat sebagai satu unit. Pembedahan ekstrakapsular sekarang merupajan teknik
yang lebih disukai untuk operasi katarak, baik dengan atau tanpa fakoemulsifikasi
(disrupsi ultrasonik)pada lensa.
IOL ruang anterior ditempatkan di depan iris di persimpangan antara iris dan kornea.
ACIOL awalnya kaku, dan panjangnya yang sesuai sulit untuk diperkirakan.
ACIOLyang kebesaran akan kontak dengan iris dan menyebabkan peradangan dan
perdarahan, sedangkan ACIOL berukuran kurang sesuai bisa berotasi dan merusak
endotelium kornea, yang menyebabkan edema dan mengaburkan kornea. Kemajuan
dalam desain ACIOL saat ini telah menghasilkan perkembangan lensa lebih fleksibel
yang menurunkan kejadian komplikasi ini. ACIOL sering digunakan ketika sokongan
kapsular untuk PCIOL berbahaya.
IOL yang disokong oleh iris difiksasi ke iris,yang menyediakan tempat alternatif
lain untuk implantasi ketika penggunaan PCIOL tidak layak. Namun, lensa ini dapat
menyebabkan radang iris, menyebabkan peradangan dan dekompensasi kornea.
Metode yang paling umum untuk menentukan kekuatan IOL dengan
menggunakan rumus regresi yang disebut formula SRK (Sanders,
Retzlaff dan Kraff). Rumusnya adalah P=A-2.5L-0.9K, di mana9,2:
 P adalah kekuatan IOL,
 A adalah konstanta yang spesifik untuk setiap jenis lensa.
 L adalah panjang aksial bola mata dalam mm, yang ditentukan dengan ultrasonografi
A-scan.
 K rata-rata kurvatura kornea, yang ditentukan dengan keratometri.
Mesin ultrasonografi yang dilengkapi dengan A-scan dan software perhitungan
kekuatan IOL disebut Biometer9.

6. Pemilihan IOL
Fakoemulsifikasi dengan kapsul posterior intak dan kapsulorheksis anterior memungkinkan
penggunaan PCIOL foldable (luka yang lebih kecil, biasanya tanpa jahitan) yang dapat
ditempatkan dalam kantung (lebih optik dan fisiologis)3.

Dengan adanya luka kecil di kapsul anterior atau posterior, masih mungkin untuk
menanamkan lensa dalam kantung kapsular. Jika ada luka PC signifikan tapi kapsul anterior
utuh, pertimbangkan fiksasi sulkus dengan penangkapan IOL optik di bawah kapsulorheksis
anterior. Jika ada kerusakan kapsul anterior dan posterior atau ketidakstabilan zonular,
pertimbangkan ACIOL atau PCIOL yang difiksasi dengan jahitan3,12.

Untuk ekstraksi katarak ekstrakapsular, insisi yang lebih besar cukup untuk implantasi
lensa PMMA rigid ke dalam kantung atau sulkus3.

2 . 1. Teknik Implantasi IOL


Teknik Bedah Implantasi IOL Ruang Anterior

Implantasi IOL ruang anterior dapat dilakukan setelah ICCE dan ECCE. Setelah menyelesaikan
ekstraksi lensa, pupil mengkerut dengan injeksi miotik (asetilkolin 1% atau pilocarpine tanpa
pengawet) ke dalam ruang anterior. Ruang anterior diisi dengan metilselulosa 2% atau sodium
hialuronat 1 persen (Healon). IOL, dipegang dengan forsep, dengan lembut diluncurkan ke
ruang anterior. Haptic inferior didorong ke sudut inferior pada posisi jam 6 dan haptic superior
didorong ke dalam sudut atas.
Gambar 10. Insersi IOL Kelman Multifleks ke ruang anterior9

Teknik Implantasi IOL Ruang Posterior

 Implantasi lensa intraokuler rigid


PCIOL ditanamkan setelah ECCE. Setelah ECCE selesai, kantung kapsular dan ruang
anterior diisi dengan metilselulosa 2% atau natrium hialuronat 1%. PCIOL, digenggam
dengan bantuan forsep pemegang IOL. Haptic inferior dan optik IOL dengan lembut
dimasukkan ke kantong kapsular di belakang iris pada posisi jam 6. Haptic superior diraih
ujungnya, dan dengan lembut didorong dan kemudian dilepas untuk meluncur di bagian
atas dari kantong kapsular di belakang iris. IOL kemudian diputar ke posisi horizontal9.

Gambar 11. Insersi haptic superior PCIOL dan memutar IOL9

 Implantasi foldable IOL


Implantasi dilakukan baik dengan bantuan holder-folder forceps atau injektor foldable
IOL9.
7. Komplikasi
Komplikasi selama operasi
7.1.Pendangkalan kamera okuli anterior
Pada saat operasi katarak, pendangkalan kamera okuli anterior (KOA) dapat terjadi
karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup, kebocoran melalui insisi yang terlalu besar,
tekanan dari luar bola mata, tekanan vitreus positif, efusi suprakoroid, atau perdarahan
suprakoroid. Jika saat operasi ditemukan pendangkalan KOA, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengurangi aspirasi, meninggikan botol cairan infus, dan mengecek insisi.
Bila insisi terlalu besar, dapat dijahit jika perlu. Tekanan dari luar bola mata dapat dikurangi
dengan mengatur ulang spekulum kelopak mata. Hal berikutnya adalah menilai tekanan
vitreus tinggi dengan melihat apakah pasien obesitas, bull-necked, penderita PPOK, cemas,
atau melakukan manuver Valsava. Pasien obesitas sebaiknya diposisikan anti-trendelenburg.
7.1.Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi intraoperatif yang sering terjadi. Studi
di Hawaii menyatakan bahwa 0,68% pasien mengalami PCR dan vitreous loss selama prosedur
fakoemulsifikasi. Beberapa faktor risiko PCR adalah miosis, KOA dangkal, pseudoeksfoliasi,
floppy iris syndrome, dan zonulopati. Apabila terjadi PCR, sebaiknya lakukan vitrektomi
anterior untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
7.2.Nukleus Drop
Merupakan salah satu komplikasi yang paling ditakutkan terjadi.

Komplikasi setelah operasi


1. Edema kornea
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi katarak.
Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama, trauma kimia, radang,
atau peningkatantekanan intraokular (TIO), dapat menyebabkan edema kornea. Pada
umumnya, edema akan hilang dalam 4 sampai 6 minggu.Jika kornea tepi masih
jernih, maka edema kornea akan menghilang. Edema kornea yang menetap sampai
lebih dari 3 bulan biasanya membutuhkan keratoplasti tembus.

2. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain perdarahan
retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid, dan hifema. Pada pasien-pasien
dengan terapi antikoagulan atau antiplatelet, risiko perdarahan suprakoroid dan efusi
suprakoroid tidak meningkat. Sebagai tambahan, penelitian lain membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan risiko perdarahan antara kelompok yang
menghentikan dan yang melanjutkan terapi antikoagulan sebelum operasi katarak.

3. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA pasca operasi
katarak dapat meningkatkan tekanan intraokular (TIO), peningkatan TIO ringan bisa
terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang sendiri dan tidak
memerlukan terapi anti glaukoma, sebaliknya jika peningkatan TIO menetap,
diperlukan terapi antiglaukoma. Glaukoma sekunder dapat berupa glaukoma sudut
terbuka dan tertutup. Beberapa penyebab glaukoma sekunder sudut terbuka adalah
hifema, TASS, endoftalmitis, serta sisa masa lensa. Penyebab glaukoma sekunder
sudut tertutup adalah blok pupil, blok siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia
anterior perifer.

4. Uveitis kronik
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4 minggu operasi katarak
dengan pemakaian steroid topikal. Inflamasi yang menetap lebih dari 4 minggu,
didukung dengan penemuan keratik presipitat granulomatosa yang terkadang disertai
hipopion, dinamai uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi LIO, vitreus inkarserata,
dan fragmen lensa yang tertinggal, menjadi penyebab uveitis kronik. Tatalaksana
meliputi injeksi antibiotik intravitreal dan operasi perbaikan posisi LIO, vitreus
inkarserata, serta pengambilan fragmen lensa yang tertinggal dan LIO.

5. Edema Makula Kistoid (EMK)


EMK ditandai dengan penurunan visus setelah operasi katarak, gambaran
karakteristik makula pada pemeriksaan oftalmoskopi atau FFA, atau gambaran
penebalan retina pada pemeriksaan OCT. Patogenesis EMK adalah peningkatan
permeabilitas kapiler perifovea dengan akumulasi cairan di lapisan inti dalam dan
pleksiformis luar. Penurunan tajam penglihatan terjadi pada 2 sampai 6 bulan pasca
bedah. EMK terjadi pada 2-10% pasca EKIK, 1-2% pasca EKEK, dan < 1% pasca
fakoemulsifikasi. Angka ini meningkat pada penderita diabetes mellitus dan uveitis.
Sebagian besar EMK akan mengalami resolusi spontan, walaupun 5% diantaranya
mengalami penurunan tajam penglihatan yang permanen.
6. Ablasio retina
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca EKIK, 0,5-2% pasca EKEK, dan
<1% pasca fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi dalam 6 bulan sampai 1 tahun pasca
bedah katarak. Adanya kapsul posterior yang utuh menurunkan insidens ablasio
retina pasca bedah, sedangkan usia muda, miopia tinggi, jenis kelamin lakilaki,
riwayat keluarga dengan ablasio retina, dan pembedahan katarak yang sulit dengan
rupturnya kapsul posterior dan hilangnya vitreus meningkatkan kemungkinan
terjadinya ablasio retina pasca bedah.
Kemungkinan komplikasi operasi intraokular secara umum meliputi edema
kornea, yang menyebabkan astigmatisme, kebocoran sayatan, glaukoma, uveitis,
prolaps vitreus, perdarahan intraoperatif atau tertunda, edema makula, ablasi retina,
dan endophthalmitis.
Komplikasi yang khusus berkaitan dengan implantasi lensa intraokular (IOL)
termasuk desentrasi atau dislokasi IOL, rotasi IOL (perhatian khusus pada
implantasi IOL toric), sindrom uveitis-glaukoma-hifema, keratopati bulosa
pseudofakia(edema kornea persisten setelah implantasi IOL), sindrom blok kapsuler
(humor aquos terjebak antara permukaan posterior IOL dan kapsul posterior),
fibrosis kapsul anterior atau phimosis, silau, implantasi IOL yang salah, dan
kekeruhan kapsul posterior.
Kekeruhan kapsul posterior,suatu komplikasi yang relatif umum pada operasi
katarak dimana IOL menjadi keruh, tampaknya terkait dengan jenis bahan
pembuatan IOL. Hollick dkk menemukan tingkat kekeruhan kapsul posterior yang
lebih rendah pada lensa poliakrilat (10 %) dibandingkan lensa silikon (40 %) atau
lensa polimetil metakrilat (PMMA)(56 %).
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. 2011. Clinical Optics. Basic Clinical Science Course. American


Academy of Ophthalmology:Singapore.p.203-211
2. Baharestani S. 2013. Intraocular Lens (IOL). Medscape Reference. Diakses
darihttp://emedicine.medscape.com/article/1983202. Tanggal akses 23 November
2013.Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
3. Brenner MH, Curbow B, Javitt JC, Legro MW, Sommer A. Vision change and
quality of life in the elderly. Response to cataract surgery and treatment of other
chronic ocular conditions. Arch Ophthalmol. May 1993;111(5):680-Vaughan DG,
Asbury T, Riordan Eva P. 2003. Oftalmologi Umum. Edisi 15. Jakarta: Widya
Medika.
4. Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Hollick EJ, Spalton DJ, Ursell PG, et al. The effect of polymethylmethacrylate,
silicone, and polyacrylic intraocular lenses on posterior capsular opacification 3
years after cataract surgery. Ophthalmology. Jan 1999;106(1):49-54; discussion
54-5.
6. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2003. Oftalmologi Umum. Edisi 15.
Jakarta: Widya Medika.
7. Verma A. 2013. Phakic IOL Myopia.Medscape Reference. Diakses
darihttp://emedicine.medscape.com/article/1221908. Tanggal akses 23 November
2013.
8. Anonym. Cataract & Intraocular Lens Implant. Available from:
http://www.mhprofessional.com/handbookofoptics/pdf/Handbook_of_Optics_vol
3_ch21.pdf
9. Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology. New Age International (P)
Limited: New Delhi.p.195-197
10. Tsai JC, et al. 2011. Oxford American Handbook of Ophthalmology . Oxford
University Press :China pp.247-248
11. Oliver Findl, 2016, Intraocular Lens Materials and Design. Hal 95-108

Anda mungkin juga menyukai