Anda di halaman 1dari 22

GANGGUAN MOOD

DAN BUNUH DIRI


PADA ANAK
KELOMPOK 9
01
GANGGUAN
MOOD
“Gangguan mood merupakan suatu kondisi dimana emosi
yang muncul telah terdistorsi sehingga terlihat tidak
sesuai dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Gangguan
mood dikarakteristikkan dengan emosi negatif yang
intens dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, meliputi
perasaan depresi dan putus asa. Gangguan ini juga
dibarengi dengan beberapa gejala yang nantinya akan
berpengaruh dengan fungsi keseharian dan hubungan
sosial anak. ”
—PENGERTIAN
ETIOLOGI
1. Faktor Genetik
Sebuah penelitian mengungkapkan, memiliki satu orang tua yang mengalami
gangguan depresi meningkatkan resiko dua kali bagi anak-anaknya untuk
mengalami gangguan mood. Sedangkan jika kedua orang tua mengalami gangguan
depresi resiko bagi anak-anaknya untuk mengalami gangguan mood sebelum
usia 18 tahun meningkat menjadi empat kali lipat.

2. Faktor Neurobiologis
Depresi merupakan dampak dari berkurangnya level monoamine (domapin dan
serotonin) dalam otak sedangkan manik merupakan dampak dari meningkatnya
aktivitas kedua neurotransmitter
ETIOLOGI
3. Faktor Sosial
Faktor keluarga dan lingkungan merupakan faktor psikososial yang paling
mempengaruhi gangguan mood pada anak terutama gangguan depresi. Faktor
keluarga yang dapat menyebabkan depresi pada anak antara lain kekerasan
dalam rumah tangga, penolakan dan rendahnya interaksi dalam keluarga,
kehilangan atau kematian salah satu anggota keluarga, perceraian orang tua,
serta orang tua yang mengalami depresi.
Gambaran Gangguan Mood Pada Anak
Depresi Berat
Gangguan depresi yang dialami anak biasanya tidak berdiri sendiri.
01 Gangguan depresi biasanya berkomorbid dengan beberapa gangguan lain
seperti: gangguan cemas, gangguan perilaku, serta gangguan hiperaktif
dan pemusatan perhatian (ADHD).
Distimia
Distimia disebut juga dengan depresi tingkat rendah karena penderitanya
02 mengalami gejala yang tidak lebih parah namun distimia terhitung lebih
kronis

Bipolar 1
03 Mood pada anak dan remaja dengan bipolar biasanya lebih tidak stabil
dibandingkan dengan orang dewasa dan menunjukan prognosis yang
lebih buruk.
Tatalaksana Gangguan Mood
pada Anak
Terapi Nonfarmakologis
● Cognitve Behavioral Therapy ( CBT ), mengubah
perilaku yang tidak pantas dengan memodifikasi
pikiran atau kognisi tentang suatu hal.

● Interpersonal Therapy (IPT), membantu anak yang


tertekan dan menarik diri agar mendapatkan
sumber kekuatan yang positif dalam rangka
memerangi gangguan mood.

● Terapi Keluarga, keluarga yang bertindak sebagai


keyperson dari anak akan diberi edukasi bahwa
gangguan mood merupakan gangguan yang
dapat diatasi dengan dukungan positif dari
keluarga.
Terapi Farmakologi

Antideprresan Mood Stabilizers


Untuk anak-anak diatas 7 tahun adalah
antidepresan golongan SSRI American Academy of Child and
Fluoxetin dan Escitalopram untuk Adolescent Psychiatry (AACAP) menetapkan
anak-anak diatas 12 tahun. Da b pedoman dan menyetujui beberapa obat
eberpa obat lai seperti Setraline dan yaitu, Lithium, divalporex sodium (VPA),
Fluvoxamine dan antipsikotik atipikal sebagai
pengobatan line pertama yang optimal
untuk terapi gangguan bipolar pada anak.
02
BUNUH DIRI
PADA ANAK
PENGERTIAN!
Bunuh diri adalah usaha tindakan atau pikiran yang
bertujuan untuk mengakhiri hidup yang dilakukan
dengan sengaja, mulai dari pikiran pasif tentang
bunuh diri sampai akhirnya benar-benar
melakukan tindakan yang mematikan.
Epidemiologi
Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki 3 kali lebih sering melakukan bunuh
diri dibandingkan anak perempuan, namun seiring bertambah usia ratio
semakin bertambah menjadi 4,5 : 1 pada usia 15-19 tahun. Percobaan bunuh
diri pada remaja 2 kali lipat lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-
laki. Pada anak, bunuh diri bersifat impulsif dan metode yang digunakan
adalah menabrakkan diri, lompat dari tempat yang tinggi dan menjatuhkan
diri dari tangga
Tanda dan Gejala
● Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :

OBSERVASI ● Mengungkapkan rasa bersalah dan


keputus asaan
● Muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara yang tinggi, ● Impulsif
berdebat. Sering pula tampak klien ● Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
memaksakan kehendak : merampas ● Menunjukkan perilaku yang
makanan, memukul jika tidak senang mencurigakan
WAWANCARA ● Kesehatan mental (secara klinis, klien
terlihat sebagai orang yang depresi
● Mempunyai ide untuk bunuh diri
dan psikosis).
● Mengungkapkan keinginan untuk
● Menjadi korban perilaku kekerasan
mati
Faktor Risiko

● Gangguan psikiatri yang sering menjadi faktor


resiko bunuh diri pada anak dan remaja adalah
gangguan suasana perasaan (depresi dan bipolar),
skizofrenia, penyalahgunaan zat, gangguan tingkah
laku, dan gangguan makan
● Faktor resiko lain yang juga bisa memunculkan
perilaku bunuh diri yaitu adanya kejadian yang
menimbulkan stres, masalah hubungan anak dan
orangtua, perceraian orangtua, riwayat keluarga, d
an penyakit kronis
Terapi yang Dilakukan pada Anak
dengan Risiko Bunuh Diri

Pelaku percobaan bunuh diri harus


dirawat inap jika kondisinya tidak Penanganan selanjutnya dilakukan
stabil dan perilakunya tidak bisa menggunakan teknik psikoterapi yang
diprediksi. bertujuan untuk mengurangi perasaan
tidak berdaya, marah, cemas, putus asa,
serta untuk mereorientasi perspektif
kognitif dan emosional dari anak/remaja
Psikofarmakologi diantaranya : mood yang melakukan bunuh diri.
stabilizer, anti depresan, dan lithium
Pencegahan Risiko Bunuh Diri pada Anak
1. Pencegahan primer yaitu program dalam risiko bunuh diri, berupa penatalaksanaan
latar pendidikan, meliputi Program psikososial dan penatalaksanaan secara
Berbasis Sekolah, Krisis Hotline, biologi dengan pemberian antidepresan
Pembatasan Metode yang Mematikan,
Edukasi melalui Media serta 3. Pencegahan tersier bertujuan
Mengidentifikasi Anak dan Remaja mengembangkan penatalaksanaan yang
dengan Faktor Resiko Tinggi Bunuh Diri. tepat untuk anak dan remaja, khususnya
modalitas terapi yang tepat setelah
2. Pencegahan sekunder berkaitan dengan melakukan percobaan bunuh diri,
mengidentifikasi dan penatalaksanaan yang sehingga dapat mencegah terjadinya bunuh
adekuat terhadap mereka yang memilki diri
03
ASKEP
Yang diberikan
Data yang Perlu dikaji
SUBJEKTIF OBJEKTIF
● Mengungkapkan keinginan bunuh ● Impulsif
diri ● Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
● Mengungkapkan keinginan utuk mati ● Menunjukkan perilaku yang
● Mengungkapkan rasa bersalah dan mencurigakan (biasanya menjadi
keputus asaan sangat patuh)
● Ada riwayat berulang percobaan ● Ada riwayat penyakit mental (depresi
bunuh diri sebelumnya dari keluarga dan psikosis
● Berbicara tentang kematian ● Orang tua yang tidak harmonis.
● Mengungkapkan telah menjadi
korban perilaku kekerasan
DIAGNOSA
● Resiko Bunuh Diri
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah…..X pertemuan, SP 1
- Mengidentikasi penyebab dan tanda pasien mampu : - Identifkasi penyebab,
perilaku kekerasan - Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala serta
- Menyebutkan jenis perilaku tanda dan gejala akibat akibat perilaku kekerasan
kekerasan yang pernah dilakukan. prilaku kekerasan. - Latihan cara fisik 1: tarik
- Menyebutkan akibat dari perilaku - Memperagakan cara fisik 1 nafas dalam
kekerasan yang dilakukan. untuk mengontrol prilaku - Masukkan
- Menyebutkan cara mengontrol kekerasan .
perilaku kekerasan. Setelah…..X pertemuan, SP 2
- Mengontrol perilaku kekerasannya pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang
dengan cara : - Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1)
 Fisik yang sudah dilakukan - Latihan cara fisik 2 :
 Sosial / Verbal - Memperagakan caraa fisik pukul kasur / b antal
 Spiritual untuk mengontrol prilaku - Msukkan dalam jaadwal
 Terapi Psikofarmaka (obat) kekerasan harian pasien
Rencana Asuhan Keperawatan
Setelah…..X pertemuan, pasien SP 3
mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
- Menyebutkan kegiatan yang sudah - Latuhan secara social / verbal
dilakukan - Menolk dengan baik
- Memperagakan cara social / verbal un - Meminta dengan dan mengungkapkaan dengan baik
tuk mengontrol prilaku kekerasan - Masukkan dalan jadwal harian pasien
Setelah…..X pertemuan, pasien SP 4
mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, dan 3)
- Menyebutkan kegiatan ytang sudah
- Latihan cara spiritual : berdoa dan sholat
dilakukan
- Masukn dalam jadwal harian pasien
- Memperagakan cara spiritual
Setelah…..X pertemuan, pasien SP 5
mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 5 dan 4)
- Menyebutkan kegiatan ytang sudah
- Latihan patuh obat: minum obat secara teratur dengan
dilakukan
prinsip 5B, Susun jadwal minum obat secara teratur
- Memperagakan cara patuh obat
- Masukn dalam jadwal harian pasien
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Keluarga Setelah…..X pertemuan, SP 1
mampu: keluarga mampu - Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga
- Merawat menjelaskan penyebab, dalam merawat pasien
pasien tanda dan gejala akibat- Jelaskan tentang perilaku kekerasan :
dirumah serta mampu  Penyebab
memperagakan cara  Akibat
merawat  Cara merawat
   Latihan cara merawat
 RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien
Setelah…..X pertemuan, SP 2
keluarga mampu - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
menyebutkan kegiatan - Latih (stimulasi) 2 cara lain untuk merawat
yang sudah dilakukan pasien.
dan mampu merawat - Latih lansung ke pasien
serta dapatmembuat RTL - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Setelah…..X pertemuan, keluarga SP 3
mampu menyebutkan kegiatan - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
yang sudah dilakukan dan mampu
- Latih lansung ke pasien
merawat serta dapatmembuat RTL
- RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah…..X pertemuan, keluarga SP 4
mampu melaksanakan follow up - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2 dan 3)
dan rujukan serta mampu
- Latih lansung ke pasien
menyebutkan kegiatan yang sudah
dilakukan - RTL keluarga
 Follow UP
 Rujukan
THANKS

Anda mungkin juga menyukai