Abstrak
Gangguan bipolar merupakan bagian dari gangguan fungsi otak yang dapat menyebabkan
perubahan proses berfikir dan mood. Gangguan mood atau suasana perasaan merupakan
suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman
seseorang adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood meninggi (elevated) yaitu mania,
menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang melonacat-loncat (flight of ideas),
penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Gangguan
bipolar juga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang
menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan
menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai
dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai
dengan hipomanik dan depresi.
Kata kunci: gangguan mood, gangguan bipolar
Abstract
Bipolar disorder is a part of brain function disorder that can cause changes in thought
processes and mood. Mood disorder or mood is a clinical condition characterized by loss of
control and one's experience of severe suffering. Patients with elevated moods are mania,
showing an overabundance, flight of ideas, decreased need for sleep, elevated self-esteem,
and the idea of greatness. Bipolar disorder is also known as manic depressive disorder,
which is a disorder in brain function that causes unusual changes in mood and thought
processes. Based on the Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, bipolar disorder is
divided into 2 namely bipolar I and II disorders. Bipolar I disorder or classic type is
characterized by 2 episodes, namely manic and depression, while bipolar II disorder is
characterized by hypomanics and depression.
Keywords: mood disorders, bipolar disorder
Pendahuluan
Perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu yang
dialaminya. Perasaan atau mood seseorang mungkin normal, meninggi atau bahkan
terdepresi. Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan dan memiliki
ekspresi afektif yang sama luasnya, mereka mampu mengendalikan suasana perasaan dan
afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang mengalami gangguan pada perasaannya.
Gangguan mood atau suasana perasaan adalah suatu kelompok kondisi klinis yang
ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan
berat. Pasien dengan mood meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-
luap, gagasan yang melonacat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur,
peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood depresi, merasakan
hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.1
Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan gejala utamanya adalah
perubahan mood yang secara periodic berganti-ganti antara mania dan depresi, biasanya
diikuti oleh gejala-gejala lain yang khas. Gangguan ini dikenal sebagai gangguan afektif
bipolar.
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan seorang perempuan 25 tahun dibawa ke puskesmas oleh
ibunya karena malam tidak tidur, banyak kegiatan, gembira terus, banyak bicara, make up
secara menyolok sekali, ganti pakaian baru setiap hari. Tidak bisa dilarang untuk tidak beli
baju setiap hari, uang tabungannya selama 20 tahun dihabiskan dalam 2 minggu dengan
membeli pakaian baru setiap hari.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kondisi mental pasien melalui observasi status mental dimulai dari
pengamatan kondisi personal pasien pada saat awal wawancara dilaksanakan. Hal-hal yang
diamati pada pemeriksaan ini, antara lain:
Evaluasi multiaksial
Differential Diagnosis
Skizoafektif dengan gangguan manik
Skizoafektif memiliki memiliki gejala baik dari skizofrenia dan gangguan afektif
(sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif telah
berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria untuk
skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis
ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya akan
terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.1,4
Prevalensi lebih rendah pada laki-laki dibandingkan wanita khususnya wanita yang
menikah. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan
lingkungan. Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan
gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan
mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan penyakit
dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu perjalanan jangka panjang
yang memburuk.1,3
Skizofrenia
Sementara skizofrenia sendiri adalah kelainan mental yang berat, persisten. Pasien
dengan skizofrenia memiliki kehidupan sosial yang buruk. Penelitian menunjukan bahwa
skizofrenia dan bipolar memiliki persamaan dalam faktor genetik. Kriteria pasien dengan
skizofrenia setidaknya memiliki 2 gejala:4
Delusi.
Halusinasi.
Bahasa yang tidak jelas.
Perilaku yang menyimpang.
Gejala negative.
1. Tipe I
Tipe I mencakup kehadiran episode mania, dengan atau tanpa periode depresi. Tipe
I sebelumnya dikenal sebagai Manic Depressive Disorder, mencakup satu episode
mania atau satu episode campuran.2,5
2. Tipe II
Tipe II mencakup depresi yang disertai dengan periode hypomania, gejala ringan
dari bentuk euphoria atau over aktif. Tipe II termasuk bentuk ringan dari bipolar I
disorder. Untuk dapat mendiagnosis, seseorang harus telah mengakami setidaknya
satu episode depresi mayo dan setidaknyasatu episode hypomania.2,5
3. Tipe III
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita.2
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III
(F31)3
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat
keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala
psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam
masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.Perasaan senang, sangat
bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa
contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-
gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi social.2
1. F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0)
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
2. F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
3. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
4. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
5. F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
6. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik3
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
o Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afeknya.
7. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran3
o Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar
dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu) dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
8. F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi3
o Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode
afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah
sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran).
Epidemiologi
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau
dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi
kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak.8
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensi nya cukup
tinggi yaitu 1%-2% dan merupakan penyebab disabilitas ke-6 di dunia. Menurut data WHO
(2016), 60 juta orang terkena bipolar. Studi epidemiologi terbaru, terbesar, dan dirancang
terbaik hingga saat ini merupakan survei dari National Comorbidity Survey-Replikasi -
NCS-R. Penelitian mengungkapkan tingkat prevalensi seumur hidup sebesar 1,0% untuk
bipolar I, 1,1% untuk bipolar II, dan 2,4% untuk bipolar ambang (didefinisikan sebagai
memiliki riwayat dari 2 episode hipomanik sub-ambang seumur hidupnya). Hasil ini
menyebabkan prevalensi keseluruhan gangguan bipolar sebesar 4,4% pada populasi AS.9
Melalui National Health Interview Survey mendapatkan sebanyak 1,7% diagnosis
gangguan bipolar dengan sebanyak 1,9% adalah wanita dan 1,4% adalah pria dan kelompok
usia 18-39 tahun merupakan kelompok usia dengan persentase tertinggi yakni 2,2%.9
Faktor biologi
o Herediter
o Genetik
o Neurotransmitter
o Kelainan otak
Faktor Psikososial
o Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
o Faktor psikoanalitik dan psikodinamika
o Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness)
o Teori kognitif
Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetik,
dan faktor psikososial. Dan faktor ini kemungkinan berinteraksi diantara mereka sendiri.
Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan neurotransmiter yang paling
berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Korelasi antara regulasi turun (down
regulation) reseptor adrenergik-beta dan respon antidepresan klinik kemungkinan
merupakan bagian yang menyatakan adanya peranan langsung sistem noradrenergik dalam
depresi. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien bunuh diri
memiliki konsentrasi metabolit serotonin didalam cairan serebrospinal yang rendah.
Dopamin juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa
aktivitas dopamine mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania.3
Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik. Pemikiran tersebut
muncul berawal dari ditemukannya 50% penderita bipolar yang memiliki riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan
bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar
sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih
rendah, yakni 10-20%.7
Faktor psikososial yang berperan adalah peristiwa kehidupan dan stress
lingkungan,faktor kepribadian pramorbid, faktor psikoanalitik dan psikodinamika, ketidak
berdayaan dan teori kognitif. Stres yang menyertai episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi signal
intraneuronal. Stresor lingkunga yang paling berhubungan dengan onset suatu episode
depresi adalah kehilangan pasangan. Secara manusiaapapun pola kepribadiannya dapat
menjadi depresi dalam keadaan yang tepat’ tetapi tipe kepribadian tertentu (mis histeris,
obsesif-kompulsif) mungkin berada dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
daripada tipe kepribadian antisocial, paranoid, dan lainnya.2,3
Gambar 3. Etiologi Bipolar6
Manisfestasi Klinis
Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, berlangsung minimal 1 minggu
Selama periode gangguan mood, tiga atau lebih gejala dibawah ini menetap dengan
derajat yang signifikan:
Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
Berkurangnya kebutuhan tidur
Bicara lebih banyak dari biasanya, atau adanya desakan untuk terus bicara
Loncat gagasan atau pengalaman subjektif akan adanya pikiran yang berlomba
Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak
relevan atau tidak penting)
Meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor
Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpontensi merugikan
Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
Gangguan mood sangat berat sehingga menimbulkan hendaya dalam pekerjaan,
aktivitas social dan memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau
orang lain
Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat atau kondisi
medik umum.10
Gambar 4. Manifestasi Klinis Tipe-tipe Bipolar6
Penatalaksanaan
Mood stabilizers
Kebanyakan pasien dengan gangguan bipolar dirawat dengan obat yang disebut
mood stabiliser. Contoh obatnya adalah litium, divalproex atau asam valporat,
karbamezepin. Obat-obat tersebut memberikan kelegaan dari episode akut dan mencegah
kekambuhan. Asam valporat dan karbamazepin adalah anti-konvulsan yang digunakan
untuk merawat epilepsy. Obat antikonvulsan lainnya adalah gabapentin, lamotrigin dan
topiramat juga bias digunakan sebagai pengobatan gangguan bipolar. Lamotrigin sekarang
bias digunakan untuk mengobat depresi dengan gangguan bipolar. Kombinasi obat
direkonmendasi untuk pasien dengan episode manik sedang hingga berat, atau pada pasien
yang tidak mempan pada pengobatan lainnya. Selama penggunaan obat mood stabiliser
seperti litium, kadar darah harus diperiksa secara rutin untuk menyesuaikan dosis obat dan
memastikan pengobatan tersebut berhasil dan mempunyai efek samping yang ringan.2,10,11
Antidepresan
Antipsikotik
Psikoterapi
Peran keluarga juga sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Dengan mengenal dan
mengetahui cara menangani kondisi pasien, keluarga dapat membantu pasien dalam
mencegah sekaligus mengendalikan munculnya gejala.2
Untuk mengurangi risiko gejala gangguan bipolar semakin buruk, penerapan pola hidup
sehat dapat membantu. Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan adalah:
Komplikasi
Bunuh diri. Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan
bipolar dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan
gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama episode depresiatau
mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien yang menderita gangguan kecemasan
juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri.1
Efek Perilaku dan Emosional fasemanik. Sebagian kecil pasien gangguan bipolar
menunjukkan produktivitas tinggi atau kreativitas selama fase manik. Pemikiran
menyimpang dan gangguan penilaian yang merupakan cirri khas dari episode manic dapat
menyebabkan perilaku berbahaya, termasuk menghabiskan uang menyebabkan kehancuran
finansial, dan marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan.1
Asosiasi dengan Penyakit Fisik. Orang dengan penyakit mental memiliki insiden
yang lebih tinggi dari kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-
paru lainnya, gangguan pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain,
hipotiroidisme, dan kanker.1
Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2
tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik
lain.11 Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan
lithium. 7% pasien, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari sekali
kekambuhan dan lebih dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap.13
Faktor yang memperburuk prognosis :
- Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan
- Disertai dengan penyalahgunaan alkohol
- Disertai dengan gejala psikotik
- Gejala depresi lebih menonjol
- Jenis kelamin laki-laki13
Prognosis lebih baik bila:
- Masih dalam episode manik
- Usia lanjut
- Sedikit pemikiran bunuh diri
- Tanpa atau minimal gejala psikotik
- Sedikit masalah kesehatan medis13
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa perempuan tersebut di diagnosis
gangguan afektif bipolar kini manik dengan gejala psikotik. Dengan memberikan gejala
seperti malam tidak tidur, banyak kegiatan, gembira terus, banyak bicara, make up
menyolok dan ganti pakaian baru setiap hari. Penanganannya bisa menggunakan mood
stabilizer untuk gangguan bipolarnya dan anti psikotik untuk gangguan psikotiknya.
Daftar Pustaka
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam: Widjaja K. Sinopsos
Psikiatri. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta:Binarupa Aksara;2010.h.777-833.
2. Elvira SD, Gitayanti H. Buku ajar psikiatri FKUI Edisi Kedua. Jakarta:Balai Penerbit
FKUI;2014.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya;2013.
4. Frankenburg FR. Schizophrenia. Retrieved: December 16th, 2013. Updated:
December 9 th, 2013. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/288259-
overview .
5. Grande I, Berk M, Birmahe B, Vieta E. Bipolar Disorder. Lancet April 2016;387:
1561-72.
Diunduh dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014067361500241X
6. Diunduh dari https://www.youtube.com/watch?v=KSvk8LLBo2g