Anda di halaman 1dari 19

Makalah PBL Blok 22

Neurologi & Psikiatri

Gangguan Suasana Perasaan dengan


Gangguan Afektif Bipolar

Ika Puspita

102011036

Octaviana Dewi Ayu Puspita

102011229

Margareth Permatasari

102011309

Intan Jessica Pardosi

102011320

Bob Arvianto

102011365

Aditya Wicaksono Putra

102011372

Patricia Hapsari

102011444

FK UKRIDATahun Ajaran 2012-2013

Skenario
Seorang perempuan 25 tahun, dibawa ke puskesmas oleh ibunya karena malam tidak
tidur, banyak kegiatan, gembira terus, banyak bicara, uang tabungannya selama 2 tahun
dihabiskan dalam waktu 2 minggu dengan membeli macam-macam barang mewah yang tidak
perlu, mengaku mempunyai 5 perusahaan dan mempuyai banyak pacar. Mengatakan tidak
butuh tidur, semangat terus, merasa sangat sehat dan kuat.

Identifikasi Istilah
-

Rumusan Masalah
Perempuan 25 tahun dibawa ibunya karena tidak tidur, banyak bicara, uang tabungan
dihabiskan, mengaku punya banyak perusahaan dengan banyak pacar, semangat terus, dan
merasa sehat dan kuat

Mind Map
Medikamento
sa

Prognos
is

Pencegah
an

Gejala

Anamne
sis

Penatalaksan
aan
Perempuan 25 tahun dibawa ibunya karena tidak

Nonmedikamentosa

Patogene
sis

tidur, banyak bicara, uang tabungan dihabiskan,


mengaku punya banyak perusahaan dengan banyak

Fisi

pacar, semangat terus, dan merasa sehat dan kuat

Etiolo
gi

Diagnos
is

WD :
Gangguan
Afektif
Bipolar

Pemeriksa
an

DD :
Skizofren
ia
Skizoafe
2

Hipotesis
Perempuan 25 tahun diduga mengalami gangguan afektif bipolar episode kini manik.

Abstrak
Istilah gangguan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek (mood).
Ada dua bentuk gangguan mood yang dikenal yaitu mania dan atau depresi, dan kedua
episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu disebut psikosis manik-depresif.
Penyakit dengan hanya satu jenis disebut unipolar, dan jika episode manik dan depresi
keduanya disebut bipolar. Semua gejala ini merupakan depresi primer. Depresi sekunder bisa
mengikuti kelainan psikiatri lain atau penyakit fisik. Insiden dalam masyarakat umum sebesar
1 % dan dalam keluarga tingkat pertama 10 15 % dikarenakan penyakit ini dapat menurun.
laki-laki maupun perempuan insidennya sama besar. Bisanya gangguan afektif terjadi karena
ada faktor predisposis seperti ujian, akhir hubungan, penyakit, dll.
Kata kunci : gangguan afektif, unipolar dan bipolar, kelainan psikiatri.

Abstract
Feelings Disorder with Bipolar Affective Disoder
The term affective disorders include diseases with affective disorders (mood). There are two
forms of mood disorders recognized as and mania or depression, and the second episode may
occur in the same person, because it is called "manic-depressive psychosis". Disease with
only one type of so-called unipolar, and if the manic and depressive episodes are both called
bipolar. All these symptoms constitute the primary depression. Secondary depression could
follow other psychiatric disorders or physical illnesses. The incidence in the general
population by 1% and in first-degree relatives 10-15% due to the disease can be decreased.
men and women equally large incident. Affective disorder usually occurs due to factors such
predisposis exams, end relationships, illness, etc..
Keywords: affective disorder, unipolar and bipolar, psychiatry disorders.
3

Pendahuluan
Gangguan afektif bipolar manik merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang sering
ditemukan pada saat sekarang ini.Gangguan afektif bipolar dapat dikenali dengan gejala
klinik berlangsung selama 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau
hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan,aktivitas
berlebihan,percepatan dan terlalu banyak bicara,kebutuhan tidur yang berkurang/grandiose
ideas,dan terlalu optimistic.
Orang yang mengalami gangguan afektif bipolar manik adalah orang yang dulunya
memiliki riwayat manik dan sekarang mengalami depresi,atau orang yang sekarang
mengalami manik dan juga depresi.Untuk mendiagnosisnya,kita memerlukan pemeriksaan
yang meliputi antara lain tanda-tanda vital,MSE,penampila,pikiran,dan persepsi.Selain
itu,dalam makalah ini,kita dapat mempelajari epidemiologi dari gangguan kejiwaan
ini,patofisiologi,dan juga terapi yang dapat dilakukan atau diberikan untuk pasien tersebut.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
gangguan psikiatri khususnya gangguan afektif bipolar, anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang diperlukan, pemeriksaan penunjang, etiologi dan epidemiologi, terapi dan prognosis
dari gangguan afektif bipolar.

Anamnesis
Dalam kasus psikiatri atau kejiwaan,anamnesis merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam menentukan diagnosis.Terkhususnya pada penderita yang memiliki gejala patologis
yang khas.Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan pada pasien ini :
1.Apakah mengalami peningkatan mood yang drastis?
2. Apakah pasien mengalami irritable secara persisten yang berlangsung minimal seminggu
dan apakah baru pertama kali terjadi?
3.Kebutuhan tidur yang berkurang?
4.Lebih banyak bicara dari biasanya?
5.Flight of ideas?
4

6.Perhatian mudah teralihkan?


7.Hiperaktivitas?
8.Apakah pasien sering menyanyi dan menari secara tiba-tiba,berteriak,bersikap tidak
sopan,dan tidak pernah terlihat capek?
9.Tanyakan juga riwayat stress,partus,dan penggunaan antidepresan sebelumnya.1

Pemeriksaan
Berikut adalah pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan :
1. Tanda-tanda vital.
2. Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya
gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi,
hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan
fase tertentu dari penderita.
3. Penampilan
Periode depresi : Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin
menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak
terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila
seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan
cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan
dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada wanita,
kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau sebagian
warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya.
Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat.
Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi
psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang
monoton.
Episode hipomanic : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi
dan selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian
mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003).
Episode manic : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic
menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi.
5

Penderita fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka


kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka
mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau.
Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri
di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik
perhatian.1

Diagnosis
Dari hasil Anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, maka diduga wanita
ini menderita gangguan afektif bipolar episode manik, yang dibahas pada bab selanjutnya.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah skizofrenia dan skizoafektif.
Skizofernia
Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar yang bersifat kronis. Pasien secara berangsur
semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun. Penyebab dari skizofrenia
belum diketahui, namun beberapa teori mengatakan faktor yang berperan dalam terjadinya
skizofrenia adalah:

Hereditas
Lingkungan
Emosi yang diekspresikan
Kepribadian premorbid
Penyalahgunaan obat.2

Gambaran klinis pada kasus skizofernia merupakan beberapa kumpulan gejala yang
dibagi menjadi gejala positif , negatif, dan gangguan hubungan pribadi. Gejala positif
merupakan tanda dan gejala dimana pada dasarnya fungsi otak normal yang terganggu, yaitu
gangguan fungsi berpikir, mengerti, membentuk ide, dan merasa percaya diri. Pasien dengan
gangguan pikiran dapat mengeluh konsentrasi terganggu atau pikirannya terasa buntu atau
kosong (Pikiran terhambat). 3
Pada gejala positif ini dapat ditandai dengan adanya halusinasi, dimana merupakan
persepsi salah pada semua rasa, seperti suara atau bau, walauoun sebenarnya tidak terjadi.
Tanda-tanda skizofernia adalah bahwa pasien mendengarkan suara-suara yang membicarakan

mereka sebagai dia (halusinasi auditorik orang ketiga) tetapi suara perintah dari orang
kedua juga terjadi, begitu pula halusinasi olfaktori, taktil, dan visual.4
Waham merupakan keyakinan yang salah dengan kepastian absolut, mendominasi pikiran
pasien, dan tidak sesuai dengan latar belakang sosial-budaya. Waham sering disebabkan oleh
usaha untuk membuat gejala lain masuk akal seprti merasakan pasivitas (merasa bahwa
seseorang atau sesuatu mengontrol tubuh, emosi, dan pikiran). Pengalaman yang khas adalah
pikirannya seperti dihisap dari kepala pasien (pasien bersikeras bahwa ibunya telah mencuri
otaknya) atau sesuatu dimasukan ke dalam pikiran pasien, atau isi pikiran pasien diketahui
oleh orang lain. Selain itu ditandai dengan penarikan pikiran (thought withdrawal),
penyisipan pikiran (thought insertion), dan penyiaran pikiran (thought broadcast). Keyakian
yang memuja telepati dan pengendalian pikiran dapat berkaitan dengan bentuk parsial
gangguan ini.4
Gejala Negatif dalam skizofernia merupakan kumpulan kehilangan fungsi. Gejala negatif
termasuk diantaranya adalah afeksi yang tertahan, kekurangan berpikir, ketakacuhan dan
anhedonia. Orang dengan gejala negatif ini memiliki gejala premorbid berupa performa studi
yang berkurang, kesulitan dalam bekerja, performa rendah dalam tes kognitif, respon therapy
yang buruk, onset pada umur muda.3
Gejala gangguan hubungan pribadi cenderung terjadi pada periode yang berlangsung
lama. Masalah ini berkembang dari karakter dan banyak sekali kesulitn interpersonal,
diantaranya adalah menarik diri, ekspresi yang tidak seharusnya dalam hal kemarahan dan
seksual, kekurangan kesadaran terhadap kebutuhan orang lain, permintaan yang berlebihan,
dan ketidakmampuan untuk memberikan kontak yang bermakna terhadap orang lain.3
Pengobatan terhadap skizofernia menggunakan obat-obat antipsikosis. Obat antipsikosis
yang loebih disukai dengan antipsikotik atipikal baru (kisaran dosis ekuivalen = klorpromazin
300-600 mg/hari; kadang-kadang lebih). Rumatan dengan dosis rendah antipsikotik
diperlukan, setelah kekambuhan pertama. Dosis reumatan sebaiknya diteruskan untuk
beberapa rahun. Ketidakpatuhan lazim terjadi (terutama pada subjek dengan penyalahgunaan
obat) sehingga depo flufanezin atau haloperidol kerja lama merupakan obat terpilih.
Antipsikotik tradisional terutama berguna untuk mengendalikan gejala-gejala positif,
sedangkan beberapa antipsikotik aripikal membantu pasien ddengan gejala negatif.

Penambahan lithium atau benzodiazepin, misalkan diazepam 15-30 mg/hari atau


klonazepam 5-15 mg/hari, pada subgrup skizofrenia dapat sangat berguna. Gold standard
baru menggunakan klozapin (clorazil), yaitu antipsikotik yang berbahaya (berpotensi
terjadinya agranulositosis letal) namun efektif, yang secara klinis memperbaiki gejala dan
diterima lebih baik oleh 1/3 atau lebih pasien kronis refrakter. Dapat digunakan dengan aman
tanpa interupsi pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu. Gunakan antipsikotik ini
jika gagal menggunakan antipsikotik lain, namun penggunannya harus dipantau secara ketat.
Terapi kejang listrik atau ECT dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa
psikosis akut. Beberapa pasien yang tidak merespon terhadap obat-obatan membaik dengan
pemberian therapi ECT. Selain metode farmakologi, metode psikososial dapat diberikan.
Pasien psikotik harus didekati dengan berhati-hati, dengan menjaga jarak nyaman dengan
pasien jika pasien tampak terganggu dengan kehadiran therapist. Psikotheraphy dengan
konseling dapat dilakukan dengan:

Bicara pada pasien


o Bersikap santai, tertarik dan suportif. Beri kesan therapist percaya kepada
pasien dan dapat memberikan respon baik terhadap pasien.
Lebih spesifik
o Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang penting, identifikasi ketakutan dan
perhatian pasien. Tapi jangan terlibat dalam diskusi panjang tentang waham

dan halusinasi yang kompleks.


Istirahat di sela-sela wawancara
o Jangan memaksa pasien untuk terus merespon tetapi mengontrol arah

pembicaraan.
Lakukan observasi khusus
o Observasi terhadap perilaku pasien namun jangan terlibat dalam interpretasi

yang berlebihan.
Jelaskan pada pasien maksud konseling
Bila percakapan tidak berjalan baik hentikan wawancara
o Hentikan wawancara dengan memberikan harapan positif.
Sebagian besar pasien skizofrenia dapat diobati sebagai pasien rawat jalan dengan

beberapa prinsip, yaitu pasien harus sesering mungkin dikunjungi untuk memantau
pengobatan dan pekembangan pasien, kembangkanlah hubungan penuh kepercayaan yang
konsisten dan berempati, memelajari kekuatan dan kelemahan pasien, evaluasi dan edukasi
kepada keluarga, pertimbangkan terapi kelompok.

Skizoafektif
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan dimana terjadi tumpang tindih antara
gangguan mood dan juga skizofrenia.terdapat 3 kirteria diagnosis dalam menentukan
diagnosis skizoafektif, yaitu pasien memiliki satu dari ketiga kriteria gangguan mood (manic,
deperesi, atau campuran keduanya), pasien juga memiliki kriteria diagnosis skizofren saat
pasien tidak mengalami serangan gangguan mood, dan episode gangguan mood harus ada
dalam waktu gangguan psikiatri pasien. Diagnosis terhadap skizoafektif sulit dibedakan
dengan gangguan afektif bpolar, karena anggapan bahwa skizoafektif merupakan kelainan
dengan onset psikotik dan gangguan mood secara bersamaan dan harus bersamaan. Karena
itu studi terhadap skizoafektif memerlukan waktu dan informasi yang baik tentang hubungan
mood dan psikosis untuk mendapatkan diagnosis.5
Manifestasi klinis dari skizoafektif merupakan kumpulan gejala-gejala manik dan
depresif yang disertai gejala gangguan psikotik meskipun tidak harus terjadi secara
bersamaan. Gejala dari skizoafektif dapat berupa: pasien mengaku adanya halusinasi auditori
dan delusi salam 2 bulan sebelum terjadi onset depresi. Gejala psikotik dan depresi ini
berlanjut sampai 3 bulan. Pasien kemudian sembuh dari gejala depresi, namun gejala psikotik
berlanjut sampai beberapa bulan sampai akhirnya hilang. Selama keluhan ini berjalan, pasien
memenuhi kriteria depresi dan skizofrenia. Keluhan yang dirasakan selama 6 bulan.6
Onset dari skizoafektif ini lebih sedikit daripada skizofrenia. Skizoafektif biasa terjadi
pada masa dewasa muda, meskipun juga dapat terjadi pada dewasa tua. Prognosis dari
skizoafektif lebih baik daripada skizofrenia, namun lebih buruk jika dibandingkan dengan
gangguan afektif.6 Pengobatan terhadap skizoafektif menggunakan antipsikotik dan lithium
untuk episode manik, atau antidepresi pada episode depresi.2

Etiologi 7
Etiologi dalam gangguan afektif bipolar meliputi beberapa dimensi besar. Yaitu dimensi
biologik, dimensi psikologis, dan dimensi sosial-budaya. Pada dimensi biologik, faktor yang
berperan dalam etiologi gangguan afektif adalah:

Genetik
o Studi ini menggunakan anak kembar, dimana frekuensi pada gen yang identik
memiliki gangguan dibandingkan dengan saudara yang memiliki perbedaan

gen yang bermakna. Melalui penelitian anak kembar identik memiliki

prevalensi 2-3 kali lebih besar daripada saudara kandung


Sistem neurotransmiter
o Gangguan mood merupakan masalah dalam kurangnya level serotonin
terhadap dopamin dan norepinefrin, jika serotonin berkurang, maka
neurotransmiter lain (dopamin dan norepinefrin)bisa menyebar lebih jauh,
terjadi disregulasi, dan mengakibatkan gangguan mood seperti depresi.

Dopamin masih dicurigai penyebab gangguan manik.


Sistem endokrin
o Pasdien dengan gangguan sistem endokrin, seperti hipotiroid dan cushing
disease dapat menyebabkan sekresi kortisol, dimana dapat menyebabkan

depresi dan rasa cemas.


Irama sirkadian dan tidur
o Kurang tidur dapat menyebabkan gangguan mood. Pada stadium depresi,
memiliki periode yang lebih pendek pada saat tertidur sebelum REM ( rapid
eye movement). Penelitian mendapatkan hasil bahwa pada gangguan afektif
menunjukan sensitivitas yang meningkat terhadap cahaya, dimana melatonin
tersupresi jika terken cahaya pada malam hari
o Insomnia juga memicu episode manic. Hasil hasil ini menunjukan bahwa
gangguan manik dan depreso terjadi karena adanya kerusakan pada irama

sirkadian.
Aktivitas gelombang otak
o Pada percobaa EEG, dimana gelombang alfa yang mengindikasikan
ketenangan dan perasaan positif. Pada pasien depresi menunjukan aktivasi
anterior kanan dari hemisfer otak daripada non-depresif pasien.

Etiologi dari gangguan afektif dimensi psikologik diantaranya adalah:

Peristiwa kehidupan yang penuh stres


Gaya kognitif negatif
Kerentanan kognitif terhadap depresi

Etiologi dari gangguan afektif dimensi sosial budaya

Relasi pernikahan
Gangguan mood pada wanita
o Prevalensi lebih tinggi 70% pada wanita.
Support sosial

10

Epidemiologi 8
a.Seks
Episode manik lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.Perempuan memiliki
angka yang lebih tinggi untuk terjadinya siklus cepat,yaitu mengalami empat atau lebih
episode manik dalam 1 tahun.
b.Usia
Berkisar dari masa kanak-kanak (5-6 tahun) sampai 50 tahun.
c.Status Pernikahan
Lebih sering terjadi pada orang yang lajang dan juga pada pasangan yang bercerai dibanding
dengan pasangan menikah.
d. Faktor Sosioekonomi dan Kebudayaan
Lebih banyak ditemukan pada kelompok dengan tingkat sosio ekonomi yang lebih
tinggi.ataupun orang yang tidak lulus akademi.

Patofisiologi
Gangguan afektif

bipolar dibagi menjadi beberapa episode, dimana gejala yang

dilihat dapat sangat berbeda pada setiap epsidoenya. Saat terjadi episode manik dan
hipomanik, terjadi elevasi mood sampai menjadi hal yang tidak wajar dalam suatu situasi,
dapat mengakibatkan naiknya dorongan, berbicara terus, ide yang tidak wajar, pikiran yang
tidak wajar, dan mengurangi kebutuhan tidur. Pasien juga bisa cepat marah saat tidak
dihormati. Pada episode ini kebanyakan pasien tidak merasa dirinya sakit, sehingga menolak
pengobatan, sehingga terjadi masalah dalam keluarga, dimana terapi hanya bisa dijalankan
jika pasien menghendaki, bukan dari keluarganya.9
Sesuai dengan kriteria DSM-IV, spektrum dari gangguan afektif bipolar adalah saat
terjadi episode mania (BP I) dan juga terjadi depresi rekuren dengan hipomania (BP II).
Kemudian dapat juga terjadi fluktuasi mood berkepnajngan dibawah pengaruh stimulan dan
alkohol ( BP III) dan juga temperamen hyperthymic dengan depresi (BP IV).9

11

Episode depresi dari gangguan afektif bipolar merupakan hal yang ditandai dengan
hilangnya energi dan konsentrasi, penurunan mood secara dratis, delusi, terkadang disertai
gejala psikotik, kehilangan nafsu makan, kurangnya tidur, rasa cemas, meminum alkohol dan
obat-obatan.9
Kedua episode ini bisa terjadi bergantian yang disebut sebagai rapid cycling, dimana
terjadi 4 fase depresi atau manik, atau percampuran keduanya dalam 1 tahun secara
bergantian. Gangguan cyclothymic adalah dimana pasien kronik dengan fluktuasi antara
depresi dan hipomanik terjadi dengan prevalensi sekitar 3-5 %. Hyperthymic temperament
juga dapat terjadi, dimana didapat gejala pasien dengan ekstrovert yang sangat tinggi,
berbicara terus, percaya diri, dan sangat ekspansif.Pasien terkadang dapat merasa dirinya
memiliki posisi tinggi secara profesional.episode ini berlangsung tidak lama dan akan
berlanjut menjadi stadium depresi.9

Klasifikasi Evaluasi Multiaksial 10


Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan afektif bipolar :

F.30 Episode manik

Ditegakkan diagnosis Episode manik bila merupakan gejala tunggal, bisa berupa :
1.)

F.30.0 Hipomania
Manifestasi klinis:
Gangguan suasana perasannya ringan, mnenetap, sekurang-kurangnya beberapa hari

berturut-turut. Peningkatan mood atau menjadi irrtable pada suatu tingkatan yang tidak dapat
disangkal dirasakan sebagai tidak normal dan dipertahankan sekurang-kurangnya 4 hari
berturut-turut.
Petunjuk :
Episode ini tidak disebabkan oleh penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik (GMO).
2.)

F.30.1 Mania tanpa gejala psikotik


Manifestasi klinis:
Mood meninggi, iritabel, aktivitas berlebihan, banyak bicara, kebutuhan tidur

berkurang, perhatian mudah teralih, pemikiran serba hebat, boros, bersifat cinta-kasih,

12

presure of speech, perilaku yang tidak bijaksana dan tidak hati-hati yang resikonya tidak
disadari oleh penderita, sperti pemakaian uang yang berlebihan, rencana besar yang tidak
matang, peningkatan energi seksual.
Petunjuk:
Berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, cukup berat sehingga mengganggu
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Perubahan energi yang meninggi. Tidak terdapat
halusinasi maupun delusi.episode ini tidak disebabkan oleh penggunaan zat psioaktif atau
gangguan mental organik.

3.)

F.30.2 Mania dengan gejala psikotik


Manifestasi klinis:
Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala psikotik. Iritabilitas dan

kecurigaan menjadi waham kejar, waham kebesaran atau religius.


Petunjuk:
Episode ini tidak disebabkan penggunaann zat psikotik atau gangguan mental organik
(GMO).
4.)

F.30.8 Episode manik lainnya


F.31, Gangguan Afektif Bipolar

Manifestasi klinis:
Ditandai dengan episeode berulang sekurangnya dua, episode yang satu menujukkan
peningkatan mood, energi dan aktivitas yang jelas terganggu (mania atau hipomania) dan
pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas (depresi) dengan masa remisi
sempurna diantaranya.
Episeode manik mulai dengan tiba-tiba berlangsung antara 2 minggu sampai 4 5
bulan. Episode depresi berlangsung lebih lama, rata-rata 6 bulan. kedua episode seringkali
didahului stressor, tetapi stressor tidak esensial untuk mendiagnosis.
1.)

F 31.0, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Hipomanik


Pedoman diagnostik :
13

a. episode sekarang harus memenuhi kriteria hipomania (F.30.0), dan


b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) dimasa lampau.
2.)

F. 31.1, Gangguan afektif Bipolar Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik pasti :
a. episode sekarang harus memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik (F.30.1),
dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) dimasa lalu.

3.)

F. 31.2, Gangguan afektif Bipolar Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik pasti :
a. episode sekarang harus memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik
(F.30.2), waham atau halusinasi adapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan mood, dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) dimasa lalu.

4.)

F. 31.3, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi Ringan atau Sedang

5.)

F. 31.4, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

6.)

F.31.5, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik

7.)

F. 31.6, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Campuran

8.)

F. 31.7, Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini dalam Remisi

9.)

F. 31.6, Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

10.)

F. 31.6, Gangguan Afektif Bipolar Episode YTT

11. )

F.32 Episode Depresif

Manifestasi Klinik 8
1.Gangguan afektif bipolar episode manik
a.Berlangsung selama 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau
hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

14

b. Aktivitas berlebihan
c.Percepatan dan terlalu banyak bicara
d. Kebutuhan tidur yang berkurang/grandiose ideas.
e.Terlaluoptimistic
f.Harga diri yang dibesarkan
g.Suka berbicara lebih dari biasanya
h.Loncat piker
i.Mudah teralihkan perhatiannya.
j.Tidak dapat dibuktikan bahwa faktor organic menyebabkan atau mempertahankan
gangguan itu.

Penatalaksanaan
Pengelolaan terhadap pasien gangguan bipolar diberikan dengan2 cara, yaitu farmakologi
dan non farmakologi. Obat obatan yang dipakai dalam kasus ini berdasarkan stadium pasien.
Jika pasien berada pada episode manik, maka obat yang diberikan adalah:

Antipsikotik
o Biasanya

haloperidol

ditambahkan

untuk

memberikan

efek

sedasi,

mengendalikan perilaku psikotik.


Lithium karbonat
o Dosis 600-2400 mg/hari, diberikan bersama makanan, kemudian diubah
menjadi dosis tunggal untuk meminimalkan kemungkinan tremor dan poliuria.
o Bisa terjadi toksisitas, dengan gejala letargi, koma, konfusi, kejang, ataksia,

disartria, nistgamus.
o Hindari penggunaaan pada kehamilan
o Hinadri pemberian bersama NSAID dan diuretik yang merendahkan natrium.
Karbamazepin
o Lini kedua setelah lithium, dosis 600-2000 mg/hari. Diberikkan selama 2
minggu
Asam valproat
o Lini ketiga, dosis 15mg/kgBB/hari.
Verapamil
o Lini keempat, Dosis 160-480 mg/hari.11
15

Jika terjadi gangguan episode depresi, maka diberikan:

Antidepresi Trisiklik
o Nortriptilin: dosis 100 mg/ hari, selama 2-4 minggu.
Antidepresi MAO
o Tranilsipromin sulfat
o Isokarboksazid: : dosis 10 mg sebanyak 2-4 kali sehari, dinaikan bertahap.
o Fenelzin sulfat.12
Selain pengobatan farmakologis, pengobatan secara ECT ( electroconvulsive therapy)

dapat dilakukan mespikan masih kontroversial. Pengobatan lain yang dapat dilakukan dengan
pengobatan

psikologis

secara

Cognitive-behavorial

Therapy

dan

interpersonal

psychotherapy. Cognitive-behavorial therapy diajukan oleh Aaron T.Beck, dimana pasien


diberikan istruksi untuk berpikir dan menganalisa secara hati-hati pikiran mereka saat
depresi. Pasien diajarkan kalau pemikiran negatif dapat berlanjut kepada depresi. Therapy
mengutamakan koreksi kerusakan kognitif dan pemikiran yang realistis. 7

Setelah pasien mengerti, karakteristik berpikir terhadap dunia, yang memicu error
pada kognitif ditargetkan. Therapist dan pasien bekerja sebagai suatu tim untuk membuka
pola berpikir yang salah dan skema yang mendasari depresi. Sebagai contoh jika pasien
memiliki rapat yang harus dihadiri, dimana pasien merasa bahwa pada rapat tersebut pasien
akan menajdi orang bodoh dan menanggap teman-temannya berpikir bahwa ia bodoh. Maka
therapist akan menginstruksi pasien untuk datang ke dalam rapat tersebut, meramalkan reaksi
dari temannya, dan lihat apa yang sebenarnya akan terjadi. 7
Hal ini disebut hypothesis testing karena pasien membuat hipotesis dan kebanyakan
dari hipotesis itu tidak benar sehingga pasien mendapatkan hasil bahwa teman-temannya
memuji presentasinya dalam rapat tersebut. Hal ini ditujukan untuk mereaktivasi pasien yang
depresi untuk mendapatkan aktivitas dan keseharian yang telah menyerah. Therapy ini
dilakukan setiap minggu selama 10 -20 sesi.7
Interpersonal psychotherapy memfokuskan pada menyelesaikan problem yang ada mengenai
hubungan pasien dan mempelajari bagaimana membentuk suatu hungan interpersonal yang
baru. Sesi ini diberikan sebanyak 15-20 kali setiap minggu. Bertujuan untuk menyelesaikan
masalah interpersonal pasien.

Komplikasi
16

Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.14

Prognosis
Sebagian besar pasien sembuh dan mengalami kondisi sehat karena pemulihan
diantara tiap episode dengan sempurna. Sayangnya, dengan profilaksis pun 90% pasien akan
mengalami minimal satu kali kekambhuhan mania atau depresi dalam kurun waktu 10 tahun.
Prognosis jangka panjang dapat buruk karena setiap kekambuhan memerlukan rawat inap,
absen dari kerja/studi, membentuk ketegangan dalam hubungan pribadi.13

Kesimpulan
Seorang perempuan 25 tahun dengan keluhan malam tidak tidur,banyak kegiatan,gembira
terus,banyak bicara,uang tabungannya selama 2 tahun dihabiskan dalam waktu 2 minggu
dengan membeli macam-macam barang mewah yang ridak perlu,mengaku mempunyai 5
perusahaan dan mempunyai banyak pacar,semangat terus,serta merasa sehat dan kuat di
diagnosis menderita gangguan afektif bipolar episode manic.

17

Daftar Pustaka
1. Kaplan,Sadok.Buku Ajar Pskitiatri Klinis.Jakarta:EGC;2010.h.190-8.
2. Tomb DA. Buku saku psikiatri, E.6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004.h.22-40.
3. Gabbrad GO. Psychodynamic psychiatry in clinical practice, Ed.4. Arlington:
American Psychiatric Publishing, Inc., 2005.h.181-8.
4. Craig TKJ, Davies T. ABC kesehatan mental. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2004.h.84-6.
5. Beidel DC, Turner SM, Hersen M. Adult psychopathology and diagnosis, 5th edition.
Canada: John Wiley & Sons, Inc.,2007.h.249-52.
6. American Psychiatrict Association. Diagnostic and statistical manual of mentak
disorders: DSM-IV, 4th Ed., text revision. Arlington: American Psychiatric
Association, 2010.h.317-24.
7. Durand VM, Barlow DH. Essentials of abnormall psychology, 4th Ed. Belmont:
Thomson Higher Education, 2006.h.228-38.
8. Eliastam,Michael.Penuntun Kedaruratan Medis.Jakarta:EGC;2005.h.436-40.
9. Grunze H, Walden J. Bipolar affective disorders: etiology and treatment, 2nd Ed..
Stuttgart: georg Thieme Verlag, 2004.h.7-24.
10. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. h.197-208.

18

11. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku dokter keluarga, Ed.3. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2006.644.
12. Hayes ER, Kee JL. Farmakologi. Jakarta: Penerbiy Buku Keodkteran EGC,
2003.h.248-51.
13. Hibbert A,, Godwin A, Dear F, Raven P. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC, 2009.h.48.
14. Hibbert,Alison.Rujukan Cepat Psikiatri.Jakarta:EGC;2008.h.48-9.

19

Anda mungkin juga menyukai