Keperawatan
Gangguan Mood
pada Anak
Khalisha Alifia 1911312039
Definisi
Gangguan mood pada anak-anak dan remaja adalah suatu kekacauan mood yang
ekstrim dan tidak sesuai, meliputi kegembiraan (elation) dan kesedihan
(depression) yang ekstrem. Gangguan mood juga didiagnosa bila mereka
memperlihatkan ada gejala mood yang mudah tersinggung (irritabilitas),
menurunnya aktivitas yang sebelumnya diminati, menurunnya kapasitas untuk
membantah, rewel yang berlebihan, gangguan tidur dan makan, serta terbatasnya
interaksi sosial.
Klasifikasi Gangguan Mood
Gangguan Depresi Mayor (Mayor Depressive Disorder )
Gangguan Depresi (gangguan
01 unipolar)
Gangguan Distimik (Dysthymyic Disorder )
Tanda gejala :
1.Perubahan pada kondisi emosional
2.Perubahan dalam motivasi
3.Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
4.Perubahan kognitif
Klasifikasi Gangguan Mood
Gangguan Perubahan Mood
02 (Bipolar Disorder)
Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah suatu gangguan yang ditandai dengan
perubahan mood antara rasa garing yang ekstrem dan depresi yang
parah.
Gangguan Siklotomik
Gangguan yang membuat penderita mengalami periode mood
tertekan dan hipomaniak. Biasanya bermula pada akhir masa remaja
atau awal masa dewasa dan berlangsung selama bertahun-tahun
Etiologi
Faktor Genetik
Peran faktor genetik dengan kejadian gangguan mood sangat erat. Pada beberapa studi ditemukan bahwa pasien dengan
keluarga inti yang menderita gangguan mood memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami gangguan mood daripada anak yang
dibesarkan pada keluarga tanpa gangguan mood.
Faktor Perinatal
Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, yakni hipoksia fetal, diduga berhubungan dengan gangguan psikiatri, termasuk
meningkatkan risiko gangguan mood.
Faktor Lingkungan
Lingkungan memegang peran dalam terjadinya gangguan mood. Beberapa studi menemukan bahwa sekitar 20-66% pasien
bipolar yang mengalami perubahan mood mengalami peristiwa yang memicu stress.
Faktor Risiko
● Kasus perceraian
● Pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan dan berulang, seperti pelecehan atau perundungan pada anak
● Memiliki keluarga dengan gangguan mood
● Anak dengan kontrol emosi yang tidak baik
● Jenis kelamin, yaitu gangguan bipolar tipe 2 dan hipomania lebih sering terjadi pada perempuan, sedangkan gangguan
mood pada anak lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki
Patofisiologi
Overaktivitas Aksi Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA)
Salah satu mekanisme yang dihubungkan dengan patogenesis gangguan mood adalah over aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal
(HPA) akibat paparan stress berkepanjangan.
Overaktivitas aksis HPA mengakibatkan peningkatan kadar kortisol, yang akan menyebabkan perubahan konsentrasi monoamine pada
sinaps neuron. Monoamine yang berubah salah satunya penurunan serotonin, yang berhubungan dengan manifestasi klinis depresi pada
gangguan mood.
Pada gangguan depresi, terjadi penurunan sensitivitas reseptor yang mengakibatkan tidak terjadi inhibisi reuptake serotonin
Hipotesis lain mengungkapkan bahwa patofisiologi gangguan mood berhubungan dengan perubahan anatomi. Sirkuit ini memiliki peran
penting dalam respons seseorang terhadap stressor yang ada. Disfungsi yang dialami salah satu komponen dari sirkuit ini akan
mengakibatkan respons yang tidak adaptif dan dapat bermanifestasi berupa gangguan mood.
Penatalaksanaan Medis
Rawat Inap Pasien dengan gangguan mood sebaiknya dikirimkan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Perhatian
khusus diberikan pada pasien dengan gangguan mood yang disertai dengan kemungkinan percobaan bunuh diri atau
membahayakan orang lain
Rawat jalan Pasien dengan gangguan mood yang tidak memenuhi kriteria rawat inap dapat dilakukan perawatan berobat jalan.
Pada perawatan berobat jalan, pasien diharapkan mampu mengetahui penyebab stress yang dialaminya dan bagaimana upaya
mengatasinya.
Psikoterapi Psikoterapi ini sendiri tidak dapat menyembuhkan penyakit yang dialami pasien, namun akan menurunkan tingkat
kekambuhan, menurunkan gejala yang mengganggu, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
Pengobatan Pemberian anti depressan yang dapat membantu mengontrol gejala dan memepertahankan fungsi neurotransmitter.
Ada 4 jenis anti depressan :
● Trisiklik (Trofanil, Elavil)
● Monamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
● Selective Serotogenic Reuptake Inhibitors (SSRIs)
● Lithium
Komplikasi Prognosis
Jika tidak diobati, gangguan mood dapat menyebabkan
perubahan suasana hati yang lebih lama dan lebih parah. Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan mood pada
Seseorang yang hidup dengan gangguan mood mungkin anak – anak dan remaja tergantung pada usia onset,
juga memiliki risiko lebih tinggi untuk hal-hal berikut: keparahan episode, dan adanya gangguan komorbid.
Dengan usia onset yang muda dan adanya gangguan
- penyalahgunaan zat (misalnya, alkohol atau obat- multiple menggambarkan prognosis yang buruk. Gangguan
obatan) mood adalah penyakit kronis yang berulang. Pasien dengan
- Anxiety disorder atau kecemasan gangguan mood sering memiliki komorbiditas fisik yang
- kondisi jantung dan kardiovaskular signifikan, seperti diabetes dan masalah kardiovaskular.
- diabetes
- berat badan yang tidak sehat (seperti obesitas)
- pikiran bunuh diri
Asuhan Keperawatan
Teoritis
Pemeriksaan laboratorium : Tes urine
01
Risiko Bunuh Diri b.d gangguan psikologis
1. Manajemen Mood
Aktivitas :
Risiko Bunuh Diri
- Identifikasi mood (mis. Tanda, gejala,riwayat penyakit)
Berisiko melakukan upaya - Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain
- Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat (mis.
menyakiti diri sendiri untuk
Sandsack, terapi seni, aktivitas fisik)
mengakhiri kehidupan 1. Pencegahan Bunuh Diri
Aktivitas :
- Identifikasi gejala risiko bunuh diri (mis. Gangguan mood)
- Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
- Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
- Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
1. Dukungan Pelaksanaan Ibadah
Aktivitas :
- Identifikasi kebutuhan pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianut
- Sediakan sarana yang aman dan nyaman untuk pelaksanaan ibadah
- Fasilitasi pengunaan ibadah sebagai sumber koping
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
1. Pencegahan Perilaku Kekerasan
Aktivitas :
Risiko Perilaku
Kekerasan - Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis. Benda tajam,tali)
- Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal
Berisiko membahayakan
1. Promosi Koping
secara fisik, emosi,
Aktivitas :
dan/atau seksual pada diri
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
sendiri ataupun orang lain - Diskusikan perubahan yang dialami
- Gunakan pendekatana yang tenang dan meyakinkan
1. Biblioterapi
Aktivitas :
- Identifikasi kebutuhan emosional, kognitif, perkembangan dan situasional
- Identifikasi kemampuan membaca
- Tetapkan tujuan terapi (mis. Perubahan emosi)
- Pilih literatur (cerita,puisi,esai,artikel, buku, dan novel) berdasarkan kemampuan
membaca
- Gunakan gambar dan ilustrasi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
1. Reduksi Ansietas
Aktivitas :
Ansietas
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
Kondisi emosi dan - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
- Dengarkan dengan penuh perhatian
pengalaman subyektif - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
1. Terapi Relaksasi
individu terhadap objek
Aktivitas :
yang tidak jelas dan
- Identifikasi penurunan tingkat energi,ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
spesifik akibat antisipasi mengganggu kemampuan kognitif
bahaya yang - Monitor respons terhadap teknik relaksasi
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
memungkinkan individu nyaman
melakukan tindakan untuk - Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
menghadapi ancaman 1. Bantuan Kontrol Marah
Aktivitas :
- Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan harmonis dengan pasien
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Batasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan
kemarahan dengan cara yang adaptif
Kasus dan Asuhan
Keperawatan
Gangguan Mood
pada Anak
Kasus
An. A berusia 10 tahun duduk di kelas 5S D, agama islam, suku minang, dibawa oleh neneknya untuk konsultasi karena
sejak sebulan yang lalu ia tidak mau pulang kerumah bersama kedua orang tua nya karena mendapatkan perilaku yang
tidak baik, klien sering dimarahi dan dipukul sejak saat itu nenek klien mengetahui hal tersebut dan dibawa tinggal bersama
nya. Pasien tidak berani berbicara kepada orang tua, hanya ingin bicara pada neneknya. Pasien biasanya adalah anak yang
ceria dan gemar bercerita namun sekarang cenderung diam dan pernah suatu saat dipergoki menganiaya kucing jalanan
dengan cara dilempar batu,klien mengatakan ia melakukan hal tersebut karena masih kesal dipukul oleh kedua orang tua
nya. Klien mengatakan bahwa ia sulit tidur dan kerap merasa khawatir tanpa sebab. Nenek klien mengatakan bahwa ia juga
sering membanting barang jika sedang kesal. Pasien kerap menunduk dan mengepalkan tangan saat ia berbicara mengenai
pengalaman yang ia rasakan 2 bulan yang lalu, pasien tidak menatap lawan bicara, muka pasien terlihat lalu dengan mata
kosong. Pemeriksaan fisik menunjukan TTV dalam batas normal TD: 120/80 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,5C, R: 23
x/menit kuku klien panjang karena suka mencakar diri sendiri jika sedang marah
Pengkajian
Pengkajian ● Identitas Penanggung Jawab
● Identitas Klien Nama : Ny. C
Nama : An. A Umur : 60 tahun
Umur : 10 tahun Hub. Dg Pasien : Nenek Pasien
Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl Mawar no 5
Status : Belum Menikah
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Jl Melati no 3
Tanggal Masuk : 1 Mei 2020
Tgl Pengkajian : 1 Mei 2020
No. Register : 12345
● Alasan Masuk
Sejak sebulan yang lalu An. A tidak mau pulang kerumah ● Gambaran diri
bersama orang tua nya dengan alasan sering dimarahi dan Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukainya
dipukul, hanya mau berbicara dengan neneknya. Klien adalah tingginya, dan bagian tubuh yang tidak disukai
pernah dipergoki menganiayaa kucing. Pasien yang adalah giginya
awalnya anak yang ceria dan suka bercerita sekarang suka
● Identitas diri
diam sendiri dan gampang marah
Klien mengatakan bangga menjadi seorang perempuan
● Faktor Predisposisi ● Peran
Riwayat Perawatan : Klien tidak pernah dirawat di rsj Klien mengatakan klien adalah anak pertama dari 2
Pengobatan Sebelumnya : Tidak ada riwayat pengobatan bersaudara, memiliki adik laki-laki yang masih bayi
Trauma : Tidak ingin kembali ke rumah karena sering ● Hubungan Sosial
dipukuli dan dimarahi oleh kedua orang tua Orang yang berarti : Klien mengatakan nenek nya adalah
orang yang sangat berarti bagi klien
● Pemeriksaan Fisik
TTV Antropometri Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
TD: 120/80 mmHg TB : 136kg Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
N: 85x/menit BB : 35kg masyarakat apapun selama di rumah
S: 36,5C Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
RR: 23 x/menit Klien terlihat tidak mau berbicara selain ke neneknya
● Status Mental
Penampilan : Klien memakai baju yang layak, kuku tajam, rambut rapi
Pembicaraan : Nada pembicaraan pasien keras
Aktivitas Motorik : Klien tidak berani mentapa mata lawan bicara, tapi sesekali ia akan berbicara dengan percaya diri
● Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan bahwa agamanya adalah agama islam
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan ia sholat 5 waktu
Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini terdiri dari 5 orang pasien bipolar yang tergabung dalam
komunitas Bipolar Care Indonesia Simpul Yogyakarta
Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui
wawancara, observasi, dan pemberian skala, yaitu TheBipolar Depression Rating
Scale (BDRS). TheBipolar DepressionRatingScale (BDRS) merupakan sebuah
instrumen yang mencerminkan karakteristik depresi bipolar dirancang oleh
penulis yaitu Berk, dkk.(2007)
Cara dan alat ukur mengukur Sumber data diambil dari metode eksperimen dengan one group design pretest-
posttest. Pengambilan data prates yang dilakukan pada kelompok subjek yang
variabel depeden akan diikutsertakan dalam intervensi dan pengambilan data pasca tes dilakukan
setelah intervensi selesai dilaksanakan. Pengambilan data tindak lanjut dilakukan
minimal dua minggu setelah intervensi diberikan.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa terapi dzikir efektif dalam menurunkan simptom
bipolar. Secara analisis kuantitatif, terdapat penurunan skor Bipolar Depression
Rating scale (BDRS) pada pasien bipolar. Artinya, materi – materi yang
disampaikan mengenai dzikir dan praktek dzikir yang telah dilakukan dapat
menurunkan perasaan depresi, rasa bersalah, gangguan tidur, gangguan makan,
gejala psikotik, ide untuk bunuh diri, dan gejala depresi lainnya. Serta
menimbulkan perasaan tenang, damai, dan menurunkan rasa khawatir pada
subjek.
Kelebihan Penelitian Kelebihan dari jurnal ini yaitu sample penelitian yang diambil juga jelas dan
menggunakan metode penelitian yang tepat
Kekurangan Penelitian Penelitian ini hanya berfokus pada fase depresi pasien bipolar, untuk penelitian
selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai fase manic dari pasien bipolar
dengan menggunakan terapi dzikir.