Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Standart dan Kualitas Proses Keperawatan

Nur Azizah Rangkuti

Nurazizahr1307@gmail.com

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap


masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 1990). Tujuan pembangunan
bidang kesehatan dapat ditempuh melalui pelayanan kesehatan dasar Puskesmas (Depkes RI,
1995). Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan, kegiatan perawatan mempunyai
peranan dalam menentukan keberhasilan kesehatan secara keseluruhan. Tenaga kesehatan
yang selama 24 jam harus berada disisi pasien adalah perawat (Depkes RI, 1993).

Keperawatan merupakan profesi unik yang memiliki fokus utama caring, yaitu bagaimana
memberikan dan mengelola asuhan yang dibutuhkan pasien. Hal ini menjadikan perawat
memiliki peran baik pemberi asuhan sebagai kemampuan klinis dan juga koordinator sebagai
komponen manajerial. Peran perawat sebagai pemberi asuhan merupakan komponen penting
yang esensial dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kemampuan dan keterampilan
perawat yang kuat dalam kepemimpinan dan administratif sangat penting bagi pasien dan
keselamatannya serta sistem layanan dan aksesnya. Mutu asuhan yang unggul dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Tuntutan tersebut membuat perawat
perlu dipersiapkan dengan baik untuk membuat dan memelopori strategi perubahan dan
mengelola secara efektif koordinasi dan integrasi dari tim interdisipliner, kebutuhan
masyarakat, dan sistem asuhan yang berkelanjutan (Rabelo et al., 2016). Itulah sebabnya,
integrasi asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan menjadi salah satu inti
kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam
lingkungan layanan asuhan kesehatan.

Asuhan keperawatan merupakan proses sistematis, terstruktur, dan integratif dalam badan
keilmuan keperawatan. Asuhan ini diberikan melalui metode yang disebut proses
keperawatan. Proses keperawatan yang didasari teori Orlando Deliberative Nursing Process
ini menyatakan bahwa tindakan atau perilaku yang ditunjukkan perawat merupakan hasil
pertimbangan berdasarkan kebutuhan pasien. Hal tersebut berarti bahwa perawat profesional
melakukan eksplorasi kebutuhan dan masalah atau gangguan kebutuhan yang terjadi pada
pasien dengan menggunakan persepsi, proses berpikir kritis, penalaran klinis, dan atau
perasaan perawat yang berhubungan dengan kebutuhan dasar pasien. Proses keperawatan
membantu perawat mendapatkan luaran, mengukur kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan
dan memudahkan perawat untuk melakukan praktik klinis keperawatan khususnya bagi
perawat pemula (Xiao et al., 2017). Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Mutu asuhan keperawatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan dan bahkan
sering menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan di mata masyarakat.
Kebutuhan adanya standar asuhan keperawatan sebagai pedoman dan sebagai dasar evaluasi
pelakanaan asuhan keperawatan, telah dipenuhi oleh pemerintah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 660/Menkes/SK/IX/1987 yang dilengkapi oleh Surat Edaran Direktur
Jenderal Pelayanan Medik No. 105/Yan.Med./Raw/1/1988 tentang Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan bagi perawat kesehatan dan Surat Keputusan Direktorat Jendral
Pelayanan Medik No. YM00.032.6.7637 tertanggal 18 agustus 1993 tentang berlakunya
standar asuhan keperawatan di rumah sakit. Namun pada saat ini penerapan standar proses
keperawatan masih belum optimal.

Lutfiani achmadi (2015) Penerapan standar proses asuhan keperawatan masih belum optimal.
Berdasarkan hasil wawancara oleh Citra Lestari (2010) pada bagian diklat diketahui bahwa
standar asuhan keperawatan sangat penting dilaksanakan terutama pada kepatuhan perawat
dalam mengisi dokumen standar asuhan keperawatan karena dengan dilaksanakannya
pengisian tersebut akan dapat dilihat tingkat kepatuhan perawat terhadap standar asuhan
keperawatan di RSU PKU Muhammadiyah dan juga dapat mempengaruhi pelayanan
keperawatan yang baik. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Suratmi (2012) RSUD Dr.
Soegiri Lamongan merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan MAKP dengan
menggunakan metode asuhan keperawatan tim sejak tahun 2010 namun belum berjalan
secara optimal.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode penelitian deskriptif. Metode
dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data histori.
Adapu metode dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku-buku, catatan-
catatan, majalah-majalah, surat kabar, internet,dan koran yang berhubungan dengan
penelitian dalam jurnal ini. Metode deskriptif dapat menyelesaikan masalah dengan
menganalisa, membandingkan, dan mendeskripsikan langkah-langkah menetukan diagnosa
keperawatan melalui pendokumentasian yang tepat. Metode ini dilakukan untuk menjelaskan
bagaimana langkah langkah menetukan diagnosa keperawatan melalui analisa materi yang
dikumpulkan dari sumber buku dan jurnal.

Hasil

Hasil penelitian tentang penerapan standar proses keperawatan tahap pengkajian di


Puskesmas Rawat Inap Cilacap

Tabel 1 Penerapan Standar Proses Keperawatan Tahap Pengkajian di Puskesmas Rawat Inap
Cilacap
Tahap Standar Proses Rerata Kategori
Keperawatan
Tahap Pengkajian 500,009/21=23,81% Tidak baik
Diagnosis 250/21=11.90% Tidak baik
Perencanaan 349,99/21=16,67% Tidak baik
Tindakan/implemenntasi 1091,666/21=51,98% Kurang baik
Evaluasi 422,670/21=19,84% Tidak baik
Dokumentasi 416,672/21=19,84% Tidak baik
Proses Keperawatan 144,327/6=24,054% Tidak baik

Hasil penelitian tentang pendokumentasian berdasarkan standar asuhan keperawatan di


Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju

Pendokumetasian keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatann sebagian besar dalam


kategori kurang lengkap yaitu 91 perawat (97,8%), kategori kurang akurat yaitu 88 perawat
(94,6%), sedangkan kategori kurang relevan yaitu 87 perawat (97,8%). Pendokumteasian
keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan di RSUD kabupaten Mamuju yang masuk
dalam kategori kurang lengkap yaitu 40 perawat (43%), kategori kurang akurat yaitu 45%
(48,4%), kategori relevan yaitu 47 perawat (50,5%). Pendokumentasian keperawatan
berdasarkan perencanaan keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju yang masuk dalam
kategori kurang lengkap yaitu 46 perawat (49,5%), kategori kurang akurat yaitu
45 perawat (48,4%), kategori relevan yaitu 44 perawat (47,3%). Pendokumentasian
keperawatan berdasarkan implementasi kepe rawatan di RSUD Kabupaten Mamuju yang
masuk dalam kategori lengkap yaitu 49 perawat (52,7%), kategori akurat yaitu 46 perawat
(49,5%), kategori relevan yaitu 47 perawat (50,5%). Pendokumentasian keperawatan
berdasarkan evaluasi keperawatan di RSUD Kabupaten Mamuju yang masuk dalam
kategori lengkap yaitu 59 perawat (63,4%), kategori akurat yaitu 59 perawat
(63,4%), kategori relevan yaitu 63 perawat (67,7%).

Pembahasan

Proses keperawatna dalah serangkaian tindakan yang sistematis, berurutan,


berkelanjutan/berkesinambungan dimulai dari pengumpulan data, menentukan masalah,
menyusun desain rencana tindakan keperawtan, melaksanakan tindakan dan atau menugaskan
orang lain untuk melaksanakan tindakan daan mengevaluasi keberhasilan. Proses
keperawatan merupakan metode yang digunakan dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Sasaran asuhan yang diberikan dapat individu, kelompk, keluarga, masyarakat,baik sehat
maupun sakit. Oleh karena itu maka masalah yang menjadi perhatian apada
asuhankeperawatan adalah sedang terjadi, atau berisiko terjadi, maupun masalah yang positif.
Area asuhan dapat berupa promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif (Rohamah,N., dan
Walid,2012).

Tujuan proses keperawatan

1. Menggunakan metode yang baku, dan terstandar


Proses keperawatn merupakan metode yang baku dan lima tahapan. Dimanapun
asuhan itu dilakukan, oleh siapapun asuhan itu diberikan, kepada siapapun sasaran
dari asuhan itu diberikan harus dimulai dari pengkajian,diaagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri evaluasi. Dimana masing-masing tahapan
proses keperawatan itu mempunyai standar atau batsan minimal yang harus dipenuhi.
Sehingga dalam kondisi apapun dengan pelaksanaan proses keperawatan tetap
mengikuri kaidah-kaidah yang terstandar.
2. Menggunakan pendekatan penyelesaian masalah secara ilmiah
Pendekatan yang digunakan dalam proses keperawatan sangat berbeda dengan asuhan
yang konvensional. Proses keperawatan mengharuskan semua perawat melakukakn
pengkajian secara mendalam dan teliti pada pasien yang dirawat. Kemudian perawat
harus melakukan analisis terhdap data data yang diperoleh, dan mengambil keputusan
tentang masalah pasien. Selanjutnya perawat harus mampu menyusun desain rencana
tindakan yang rasional dan ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan pasien. Sampai
dengan tahapan ini tentu tidak dapat dibenarkan perawatmerasa tidak ada tindakan
keperawatan karena tidak ada instruksi dari dokter atau tim kesehatan yang lain.
Penyususunan desain rencana tindakan ini mengindikasikan bahwa perawat harus
melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun, kemudian
mengevaluasi hasilnya.
3. Menggunkaan identitas profesi yang mandiri
Tahap kedua dari proses keperawatan adalah diagnosisi keperawatan tahapan ini
merupakan perwujudan dari identitas perawat sebgai sebuah profesi. Kebutuhan
pasien diidentifikasikan dalam rumusan diagnosis keperawatan, hal ini menunjukkan
tanggung jawab dan kewenangan perawat dalam memberikan asuhan kepada psien.
Fokus perawatan menjadi jelas, karena dengan membaca diagnosis keperawatan yang
terjadi pada pasien dapat diketahui perawataan apa saja yang dibutuhkan pasien.
4. Pembagian kewenangan dan tanggung jawab yang jelas
Kewenangan dan tanggung jawab perawat dalam proses keperawatan sangat jelas.
Perawat vokasional memounyai wewenang dan melaksanakan tindakan keperawatan
dibawah superfisi perawat profesional dan melakukan pengkajian keperawatan secara
berkelnajutan. Perawat profesional mempunyai kewenangan menegakka diagnosis
keperawatan, menyusun desain rencana tindakan, dan mengevaluasi hasilnya. Dengan
demikian tidak akan terjadi tumpang tindih kewenangan dan tanggung jawab perawat
sesuai dngan jenjang pendidikannya.
5. Meningkatkan profesionalisme perawat
Perawat profesional salah satu perannya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam
merawat pasien secar komprehensif dan berkelanjutan. Tidak akan dijumpai perawat
yang tidak mengerti tentang keadaan pasiennya dan tidak ada perawat yang tidak tahu
apa yang menjadi fokus keperawatan dan apa yang harus dilakukan untuk pasiennya
sepanjang ia menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan akan menuntun
perawat dalam langkah-langkah yang sistematis, baku, rasional, realistis, dan
profesional.

Manfaat Proses Keperawatan

1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan


2. Seacra aadministrasi diperhitungkan sebagai beban kerja perawat praktis
3. Secara hukum semua aspek yang berkitan dengan asuhan pada pasien dapat
dipertanggung jawabkan
4. Dapat digunakan untuk mengambil data-data penelitian
5. Pelaksanaan asuhan yang efektif dan efisien
Tahapan Proses Keperawatan

1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

Sifat proses keperawatan

1. Fleksibel, proses keperawatan dapat di Digunakan di mana saja, dengan sasaran


individu, kelompok keluarga, masyarakat, baik sehat maupun sakit dalam seluruh
rentang kehidupan dalam keadaan darurat maupun elektif
2. Siklikal artinya tahapan pada proses keperawatan berjalan secara siklus yang dimulai
dari tahap 1 sampai dengan tahap 5, kemudian akan kembali masuk tahap 1 Apabila
asuhan pasien belum berhasil, atau keluar dari siklus proses keperawatan apabila
pasien telah mencapai seluruh tujuan keperawatan yang ditetapkan
3. Interdependen artinya tahapan dari proses keperawatan saling saling tergantung satu
sama lain, dan saling mempengaruhi. Hasil pengkajian yang lengkap dan akurat akan
mempengaruhi tahap diagnosis dan seterusnya. Tahap diagnosis keperawatan
tergantung dari kelengkapan data yang diperoleh pada tahap pengkajian.
4. Dinamis artinya proses keperawatan dapat berubah sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada pasien. Baik perubahan itu mengarah pada perbaikan kondisi pasien
maupun sebaliknya.

Tabel 1 yang berisikan tentang penerapan Standar proses keperawatan Tahap Pengkajian di
Puskesmas Rawat Inap Cilacap menunjukkan rerata pada tahap pengkajian hanya 23,81%.
Hal ini disebabkan oleh pada tahap pengkajian tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam standar proses keperawatan Depkes, diantaranya adalah setelah melakukan
pengkajian data tidak dikelompokkan menurut bio, psiko, sosial dan spiritual secara jelas.
Masalah keperawatan tidak dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan (nutrisi, cairan dan elektrolit, perkemihan, persepsi
sensori dan lainlain). Selanjutnya juga ditemukan data tidak dilakukannya pengkajian secara
lengkap pada tiap kelompok data.

Penerapan standar proses keperawatan pada tahap diagnosis hanya sebesar 11,90% yang
termasuk kategori tidak baik. Hal ini disebabkan pada tahap pembuatan diagnosis ini,
sebagian besar puskesmas tidak ada format/kolom diagnosis, sehingga tidak ditulis sama
sekali. Sebagian puskesmas sudah ada formatnya, tetapi tidak ditulis dengan benar dan
terkadang hanya satu diagnosis keperawatan yang ditegakkan sampai pasien pulang. Lebih
jauh terkadang perumusan yang dibuat kurang benar antara masalah dan etiologinya (tidak
menyangkut masalah yang spesifik).

Hasil observasi penerapan standar proses keperawatan tahap perencanaan adalah sebesar
16,67%, yang berarti termasuk kategori tidak baik. Pada tahap perencanaan ini ada beberapa
kekurangan yang cukup menonjol yaitu perencanaan tidak disusun sebelumnya, tetapi lebih
mengarah kepada hal-hal yang sifatnya mendadak ketika respon pasien muncul. Hal ini
berarti suatu masalah potensial dibiarkan menjadi aktual baru kemudianditangani.
Perencanaan tersebut tidak ditulis sebelumnya dan sebagian besar tidak didasarkan pada
urutan prioritas. Selain itu tidak dibuatnya tujuan rumusan perencanaan yang menjadi kurang
baik. Masalah lain yang cukup menonjol yaitu rencana tindakan tidak menggambarkan kerja
sama dengan tim kesehatan lain, lebih pada penyelesaian masalah secara mandiri. Keadaan
ini disebabkan oleh di puskesmas memang tidak ada sumber daya dari profesi lain misalnya
gizi, fisiotherapi dan laboratorium yang secara khusus mempelajari masalah ini.

Penerapan standar proses keperawatan pada tahap implementasi sebesar 51,98%. Pada tahap
ini perawat puskesmas sedikit banyak telah memenuhi beberapa standar yang sudah ada,
tetapi masih banyak standar yang kurang diperhatikan misalnya perawat kurang dalam
memperhatikan respon pasien, terkadang tidak melakukan follow up dan pengawasan pasca
pemberian tindakan. Pemberian tindakan yang bersifat invasif, perawat cukup
memperhatikan teknik septik dan aseptik menggunakan peralatan yang seadanya karena
keterbatasan alat. Tindakan yang dilakukan kadang sering tidak dicatat dengan ringkas dan
jelas.

Hasil observasi penerapan standar proses keperawatan pada tahap evaluasi adalah sebesar
20,127% yang termasuk kategori tidak baik. Data yang diperoleh selama observasi adalah
kebanyakan perawat tidak melakukan pencatatan hasil evaluasi dan bila menuliskan evaluasi
tidak mengacu pada tujuan yang ditetapkan. Pada tahap dokumentasi pencatatan tidak
dilakukan secara lengkap sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan. Pencatatan dilakukan
kurang jelas dan sangat ringkas, sehingga kadang kurang mampu untuk mendukung
merumuskan masalah. Selain itu, setiap melakukan tindakan tidak selalu ditulis nama jelas,
paraf dan tanggal serta jam dilaksanakannya tindakan.
Rerata penerapan standar proses keperawatan di puskesmas dengan rawat inap di Kabupaten
Cilacap termasuk kategori yang tidak baik menurut rentang nilai Arikunto (1996) yaitu
berkisar pada rentang nilai kurang dari 40%. Adapun keterbatasan/kelemahan penelitian yang
dilakukan ini adalah hanya mencoba melihat satu aspek dari standar asuhan keperawatan
yang dikeluarkan oleh Depkes 1996/1997 yaitu standar proses keperawatan saja tidak
meneliti aspek yang lain yaitu standar kepuasan pasien dan standar prosedur keperawatan.

Hasil penelitian yang di lakukan di RSUD kabupaten Mamuju menunjukkan bahwa


pendokumentasian keperawatan berdasarkan relevansi diagnosis keperawatan di
RSUD Kabupaten Mamuju terbanyak dalam kategori relevan yaitu 47 perawat
(50,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan metode pendokumentasian diagnosa
keperawatan yang mengharapkan membuat diagnosa keperawatan dengan sistem
penc tatan yang relevan. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan ialah
perumusan wajib jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi yang
dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada askep, bisa dikerjakan oleh
perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien (Zulfikar, 2015).
Penutup

Proses keperawatna dalah serangkaian tindakan yang sistematis, berurutan,


berkelanjutan/berkesinambungan dimulai dari pengumpulan data, menentukan masalah,
menyusun desain rencana tindakan keperawtan, melaksanakan tindakan dan atau menugaskan
orang lain untuk melaksanakan tindakan daan mengevaluasi keberhasilan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa simpulan yaitu penerapan standar
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi keperawatan
tidak dilaksanakan dengan baik. Secara umum penerapan standar proses keperawatan di
puskesmas rawat inap Cilacap tidak dilaksanakan dengan baik

Pendokumentasian keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan di RSUD


Kabupaten Mamuju kategori kurang lengkap 97,8% , diagnosis keperawatan m asih
ada kurang lengkap (48,4%) , perencanaan keperawatan mas ih ada kategori kurang lengkap
(49,5%) , implementasi keperawatan kategori lengkap 52,7% , dan berdasarkan evaluasi
keperawatan masuk dalam kategori relevan 67,7%.Perlu diadakan pelatihan tentang
asuhan keperawatan secara berkesinambungan sehingga perawat mampu meningkatkan
pemahaman asuhan keperawatan dengan baik dan benar, bagi perawat yang mempunyai
masa kerja masih baru maupun yang sudah lama. Perlu ada pengawasan dan
pemberian reward dan punishment yang jelas serta sikap pimpinan yang tegas dalam
hal pelaksanaan da n pencatatan asuhan keperawatan.
Daftar Pustaka

Supratti, Ashriady.(2016). Pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit


Umum Daerah Mamuju, Indonesia. Jurnal Kesehatan Manarang, Vol 2 No 1 Hal 44-51.
Diakses melalui http://www.jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m/article/view/13/12

Rohmah,N.,Walid,S.(2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia). Malang : Edulitera. Diakses melalui https://books.google.co.id/books?
id=2UXbDwAAQBAJ&pg=PA3&dq=langkah+langkah+proses+keperawatan&hl=en&sa=X
&ved=2ahUKEwipy6HR6absAhUKILcAHQFfAa4Q6AEwAXoECAYQAg#v=onepage&q
&f=true

Yeni,F.(2014). Pengaruh Pelatihan Proses Keperawatan Terhadap Dokumentasi Asuhan


Keperawatan di Puskesmas Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Ners Jurnal
Keperawatan, Vol 10 No 1 Hal 21-27. Diakses melalui
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/25/22

Koerniawan,D., Daeli,N.S., Srimiyati,S. (2020). Aplikasi Standar Proses Keperawatan:


Diagnosis, Outcome, dan Intervensi Pada Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Silampari, Vol 3 No 2 Hal 739-751. Diakses melalui https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/
JKS/article/view/1198

Bidjuni,H., Rompas,S. (2017). Pengaruh Manejemen Model Asuhan Keperawatan


Profesional Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Bangsal RSUD Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. E-Jurnal Keperawatan (e-KP) Vol 5 No 2.
Diakses melalui https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/25153/24852

Hidayah,N. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Rumah sakit. Jurnal Kesehatan UIN Alauddin Vol 7
No 2 Hal 410-425. Diakses melalui
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/60/33

Simamora,R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat DI Rumah Sakit Ngesti Waluto Parakan
Temanggung Jawa Tengah. Joernal Keperawatan Soedirman Vol 8 No 2 Hal 105-119.
Diakses melalui http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249

Aji, A.D.W.(2017). Gambaran Peran Perawat di Puskesmas Tombok Ati. Undergraduate


Thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang
Susanto,R. (2010). Penerapan Standar Proses Keperawatan Di Puskesmas Rawat Inap
Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol 5 No 2 Hal 80-84. Diakses melalui
http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/274/149

Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate Patient


Identification to Achieve Patient Safety Goal INC2019 12th International Nursing
Conference. 2019.10455 - 455 (1 pages)UCI(KEPA) : I410-ECN-0101-2019-512-001224337

Simamora. R. H. (2008). The correlation of ward chief’s giving direction and command and
the performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient wards.
jurnalAdministrasidanKebijakanKesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-administr)

Anda mungkin juga menyukai