Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No.

1 Hal 1-10,
1 2020

B
B
HUBUNGANBBEBANBKERJABDENGANBKINERJAB
HUBUNGANBBEBANBKERJABDENGANBKINERJABB
BPERAWATBDIBPUSKESMASBWALENRANG
PERAWATBDIBPUSKESMASBWALENRANGBKABUPATENBLUWUBTAHUNB
TAHUNB
2017B

Anshar Rante
Program DIII Keperawatan Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu
Email : anchasmkes@gmail.com

ABSTRAKB
Keberhasilan pelayanan kesehatan di Puskesmas sangat ditentukan oleh kinerja perawat. Pada
saat ini, perawat merupakan tenaga kesehatan terbanyak dari seluruh tenaga kesehatan yang ada.
Menurut WHO,, jumlah tenaga perawat di seluruhseluruh dunia mencapai 38,43% dari total tenaga
kesehatan yang ada. Pelaksanaan kerja perawat yang maksimal dalam pelayanan kesehatan,
terjadi bila sistem pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan mendukung praktik
keperawatan profesional sesuai standar
standar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
h
antara beban kerja dengan kinerja perawat
perawat.. Metode penelitian yang digunakan adalah survei
analitik dengan pendekatan cross sectional dan teknik sampling yaitu purposive sampling.
Sampel penelitian yaitu semua perawat yang bekerja di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu
yang memenuhi kriteri inklusi sebanyak 30 orang
orang. Hasil penelitian menunjukkan perawat yang
memiliki beban kerja ringan sebesar 56,7% dan beban kerja berat sebesar 43,3%,43,3%, sedangkan
perawat memiliki kinerja baik sebesar 60,0% dan kinerja kurang sebesar 40,0%.Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square test menunjukkan nilai p=0,042
=0,042 dan OR=7,857.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, disimpulkan bahwa ada hubungan
hubungan antara beban kerja dengan
kinerja perawat. Oleh karena itu, disarankan kepala puskesmas perlu membuat kebijakan terkait
dengan sistem penghargaan yang jelas diberikan kepada perawat sehingga memberikan
kesempatan kepada perawat untuk berkompetisi dalam meningkatkan prestasi kerjanya.
Kata Kunci: Beban Kerja, Kinerja, Perawat

ABSTRACB
The success of health services in Puskesmas is largely determined by the performance of nurses.
At this time, nurses are the most health workers of all health workers available. According to
WHO, the number of nurses throughout the world reaches 38.43% of the total health workers
available. Implementation of a maximum nurse work in health services, occurs when the system
of implementation of nursing care that is carried out supports professional nursing practices
according to standards. The research method used was an analytic survey with cross sectional
approach and the sampling technique that is purposive sampling. The research sample is all
nurses who work at Walenrang g Health Center in Luwu Regency who meet the inclusion criteria
as many as 30 people. The results showed nurses who had light workloads of 56.7% and heavy
workloads of 43.3%, while nurses had good performances of 60.0% and less performance at
40.0%. The results
sults of statistical tests using the chi test -square
square test shows the value of p = 0.042
and OR = 7.857. Based on the above results, it is concluded that there is a relationship between
workload and nurse performance. Therefore, it is recommended that the hhead ead of the puskesmas
need to make a policy related to a clear reward system given to nurses so as to provide an
opportunity for nurses to compete in improving their work performance.

Keywords:: Workload, Performance, Nurse

1
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

PENDAHULUANB pelayanan keperawatan. Hal tersebut sesuai


Keberhasilan sistem pelayanan dengan pernyataan Depkes RI (2015)
kesehatan tergantung dari berbagai bahwa profesi perawat memiliki peranan
komponen yang masuk dalam pelayanan penting dalam memberikan kualitas
kesehatan diantara perawat, dokter atau tim pelayanan kesehatan baik di rumah sakit
kesehatan lain yang saling menunjang. maupun puskesmas, karena jenis pelayanan
Sistem ini akan memberikan kualitas yang diberikan melalui pendekatan
pelayanan kesehatan yang efektif dengan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan
melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat dilakukan secara berkelanjutan.
(Hidayat, 2015).BB Pelaksanaan kerja perawat yang
Puskesmas sebagai salah satu unit maksimal dalam pelayanan kesehatan,
pelaksana teknis Dinas Kesehatan terjadi bila sistem pelaksanaan asuhan
Kabupaten/Kota merupakan unit pelaksana keperawatan yang dilakukan mendukung
tingkat pertama serta sebagai ujung tombak praktik keperawatan profesional sesuai
pembangunan kesehatan termasuk standar (Kurniadi, 2013). Peran perawat
pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan sangat penting dalam pelayanan kesehatan,
keberhasilan Kabupaten/Kota untuk sehingga perawat dituntut untuk bisa
mencapai standar pelayanan minimal sangat maksimal dalam pemberian asuhan
dipengaruhi oleh kinerja Puskesmas yang keperawatan agar kepuasan pasien dan
didukung oleh tenaga kesehatan yang keluarga dapat dicapai. Perawat perlu
profesional termasuk tenaga perawat yang melakukan dokumentasi segala bentuk
diharapkan mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan melalui
keperawatan secara optimal kepada pencatatan atau pendokumentasian. Hal ini
masyarakat (Depkes RI, 2015).B dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
Pada saat ini, perawat merupakan dan tanggung gugat perawat terhadap klien
tenaga kesehatan terbanyak dari seluruh yang dirawatnya. Disisi lain, keadaan
tenaga kesehatan yang ada. Menurut WHO, psikologis perawat sendiri juga harus tetap
jumlah tenaga perawat di seluruh dunia terjaga karena kondisi ini dapat
mencapai 38,43% dari total tenaga meningkatkan beban kerja perawat
kesehatan yang ada. Di Indonesia, perawat (Nurseto, Sukesi dan Wulandari, 2014).
juga merupakan tenaga kesehatan terbanyak Beban kerja merupakan frekuensi
(47.28%) yang tersebar disetiap daerah. rata-rata dari masing-masing pekerjaan
Dari jumlah tersebut, 46.84% bekerja di dalam waktu tertentu. Menurut Marquis &
Puskesmas dan merupakan tenaga Houston (2013) beban kerja perawat adalah
kesehatan terdepan yang memberikan seluruh kegiatan atau aktifitas yang
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan oleh seorang perawat selama
sehingga kinerja perawat turut menentukan bertugas di suatu unit pelayanan
keberhasilan Puskesmas secara keseluruhan keperawatan. Beban kerja perawat menjadi
dalam pencapaian program-programnya isu yang selalu menarik untuk
(Depkes RI, 2015). diperbincangkan baik pada pelayanan
Keberhasilan pelayanan kesehatan di kesehatan milik pemerintah maupun swasta,
Puskesmas sangat ditentukan oleh kinerja karena masalah beban kerja memiliki
perawat. Evaluasi terhadap kinerja perawat karakteristik yang berbeda antara unit
perlu dan harus selalu dilaksanakan melalui pelayanan dan antar rumah sakit (Juliani,
suatu sistem yang terstandar sehingga hasil 2014). Masalah beban kerja perawat
dan evaluasi lebih objektif (Triwibowo, memiliki dampak yang luas sehingga harus
2013). Oleh karena itu, tenaga perawat menjadi perhatian bagi institusi pelayanan
harus bersikap profesional dan kesehatan terlebih bagi profesi perawat
komprehensif dalam memberikan (Marmi, 2015).

2
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

Baik buruknya hasil kerja atau kinerja antara beban kerja dengan kinerja perawat
perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu.
faktor, salah satunya adalah beban kerja
(Marquis & Huston, 2013). Menurut METODEBPENELITIAN
Griffiths, at al (2008 dalam Alhasanah, Desain yang digunakan dalam
2016) bahwa faktor yang berpengaruh penelitian ini adalah survei analitik dengan
terhadap risiko terjadinya penurunan kinerja pendekatan cross sectionalyaitu desain
salah satunya adalah beban kerja yang tidak penelitian yang meneliti suatu kejadian
sesuai dengan staf/perawat yang tersedia. pada satu titik waktu, dimana variabel
Sedangkan menurut Yang (2003 dalam bebas (beban kerja perawat) dan variabel
Amstrong, 2017) mengemukakan bahwa terikat (kinerja perawat) diteliti sekaligus
beban kerja perawat merupakan indikator pada saat yang sama.
yang mengakibatkan terjadinya penurunan Populasi adalah wilayah generalisasi
kinerja. Hal ini sejalan dengan hasil yang terdiri atas objek/subjek yang
penelitian Alhasanah (2016) yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
menunjukkan bahwa terdapat hubungan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
yang bermakna antara beban kerja dengan untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kinerja perawat, dimana beban kerja yang kesimpulannya (Hidayat, 2012). Populasi
tinggi berpeluang 13,2 kali menurunkan dalam penelitian ini adalah semua perawat
kinerja perawat. yang bekerja di Puskesmas Walenrang
Adapun jumlah perawat yang bekerja Kabupaten Luwu sebanyak 38 orang.
di Puskesmas tersebut sebanyak 38 orang. Sampel dalam penelitian ini sama dengan
Dari jumlah ini, terdapat 5 orang perawat populasi yaitu semua perawat yang bekerja
yang diwawancarai oleh peneliti terkait di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu
beban kerja dan kinerjanya, dimana yang memenuhi kriteri inklusi. Sampling
ditemukan ada 3 orang menyatakan beban yang digunakan dalam pengambilan sampel
kerjanya tinggi karena selain memegang penelitian ini adalah “purposive sampling”
program di luar gedung juga mereka yaitu teknik pengambilan sampel sesuai
dituntut ikut terlibat dalam pelayanan dalam dengan kemampuan dan tujuan peneliti.
gedung seperti pelayanan poli dan IGD dan Adapun target sampel dalam penelitian ini
bahkan ada yang ikut ambil bagian jaga sebanyak 30 orang. Instrumen yang
shiff. Sedangkan 2 orang lainnya, hanya digunakan pada penelitian ini adalah terdiri
bertugas jaga shiff di Ruang Rawat Inap dari data demografi, beban kerja dan
Puskesmas Walenrang. Tujuan penelitian kuesioner kinerja perawat
ini adalah untuk Mengetahui hubungan

HASILBPENELITIANB
Tabel 1
Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat di Puskesmas
KinerjaBPerawatB
BebanBKerjaB BaikB KurangB TotalB p OR
nB %B nB %B NB %B
Ringan 11 84,6 2 15,4 13 100
0.042 7,857
Berat 7 41,2 10 58,8 17 100
TotalB 18B 60,0B 12B 40,0B 30B 100B B B
Keterangan: p=probabilitas hasil uji Chi-square (expected count > 5)
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.8di atas, ringan,sebagian besar memiliki
diketahui bahwa dari 13 kinerja baik (84,6%) dan sebagian
orangresponden dengan beban kerja kecil memiliki kinerja kurang

3
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

(15,4%).Sedangkan dari 17 orang memiliki beban kerja ringan di


responden dengan beban kerja Puskesmas Walenrang
berat, lebih banyak yang memiliki Kabupaten Luwu dapat
kinerja kurang (58,8%) dibanding dipengaruhi oleh kondisi kerja
kinerja baik (41,2%). perawat itu sendiri. Maksud dari
Hasil uji statistik dengan kondisi kerja dalam penelitian ini
menggunakan uji chi-square adalah siatuasi atau keadaan
ditemukan nilai p=0.042 dan yang membuat perawat merasa
OR=7,857. Karena nilai p < nyaman atau merasa senang
α=0.05, maka Ho ditolak yang dalam bekerja. Kondisi kerja
artinya terdapat hubungan antara yang menyenangkan seperti
beban kerja dengan kinerja perawat tersedianya lingkungan kerja
di Puskesmas WalenrangKabupaten yang sesuai dengan keinginan
Luwu. Perawat dengan beban kerja dan kebutuhan perawat, akan
ringan berpeluang 7,857 kali mendukung mereka dalam
memiliki kinerja lebih baik melaksanakan pekerjaan dan
dibanding perawat dengan beban membantu menurunkan beban
kerja berat. kerjanya. Selain itu, adanya
aturan tentang waktu besuk
PEMBAHASANB keluarga pasien akan
1. Beban kerja perawat memberikan kenyamanan pada
Hasil penelitian yang perawat dalam merawat pasien
dilaksanakan di Pueksmas sehingga dapat menurunkan
Walenrang Kabupaten Luwu beban kerja perawat di ruang
diketahui lebih banyak perawat tersebut.
yang memiliki beban kerja berat Menurut Hudak & Gallo
(56,7%) dibanding beban kerja (2012), beban kerja dan kondisi
ringan (43,3%). Hasil penelitian kerja perawat merupakan dua
ini sejalan dengan penelitian unsur pokok yang saling
Prihartini (2015) yang mendukung dalam memberikan
menemukan beban kerja perawat pelayanan keperawatan pada
di Ruang Rawat Inap RSUD pasien. Jika kondisi kerja perawat
SidikalangMedan dalam mendukung pelaksanaan kerja di
kategori berat sebesar 61.1% unit perawatan, maka beban
dan kategori ringan sebesar kerja perawat tersebut ikut
37.9%. Hasil penelitian yang menjadi ringan dan sebaliknya,
sama oleh Alhasanah (2016) jika kondisi kerja perawat tidak
yang menemukan beban kerja mendukung pelaksanaan kerja di
perawat di RSU Kota Tangerang unit perawatan, maka beban
Selatan kategori berat sebesar kerja perawat pun ikut
69.0% dan kategori ringan meningkat.
sebesar 31.0%. Berbeda dengan perawat
yang memiliki beban kerja berat
Pada penelitian ini, di Puskesmas Walenrang
ditemukan beberapa (43,3%) Kabupaten Luwu, dimana
orang perawat yang yang mereka berpendapat bahwa

4
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

beban kerja berat yang dirasakan kinerja kurang (40,0%).


disebabkan karena masa kerjanya Penelitian ini sejalan dengan
minim (43,3%) sehingga butuh penelitian Royani, Sahar &
waktu untuk beradaptasi dengan Mustikasari (2012) yang
pekerjaannya. Adanya masa menunjukkan lebih banyak
kerja yang kurang, sementara perawat di RSUD Kota Cilegon
tuntutan kerja perawat di yang memiliki kinerja baik
Puskesmas harus memiliki (53.8%) dibanding kinerja
pengetahuan dan keterampilan kurang (46.2%). Hasil penelitian
yang lebih baik, mengingat Mastini, Suryadhi, dan Suryani
pasien yang dihadapi penuh (2015) menunjukkan
dengan berbagai macam pelaksanaan asuhan keperawatan
masalah. Akibatnya, perawat di RSUP Sanglah Denpasar
merasa terbebani dengan sebagai tolak ukur kinerja
tuntutan pekerjaan tersebut. perawat menunjukkan lebih
banyak melaksanakan asuhan
Menurut Hudak & Gallo keperawatan dengan baik
(2012), karakteritik perawat (63.2%) dibanding
yaitu memiliki tingkat pelaksanaannya kurang (36.8%).
pengetahuan dan keterampilan Melihat hasil penelitian
yang lebih baik dalam tersebut di atas, dapat
menangani pasien. Untuk diasumsikan bahwa kinerja
menunjang pengetahuan dan perawat dalam melaksanakan
keterampilan perawat, perlu asuhan keperawatan pada setiap
pengalaman kerja yang baik pula, instansi pelayanan kesehatan
sebab kurangnya pengalaman
termasuk Puskesmas Walenrang
kerja akan mempengaruhi kinerja
Kabupaten Luwumasih perlu
dan meningkatkan beban kerja
ditingkatkan. Penilaian kinerja
perawat. Hal ini sesuai dengan
perawat pelaksana dapat dilihat
hasil penelitian Tamaka,
dari baik buruknya pelaksanaan
Mulyadi dan Malara (2015) di
asuhan keperawatan yang
RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou
dilakukan pada pasien termasuk
Manado, dikemukakan bahwa
pendokumentasiannya. Menurut
tingginya beban kerja perawat
Firman (2015) bahwa
dipengaruhi oleh minimnya
permasalahan proses asuhan
pengalaman perawat yaitu
keperawatan pada setiap instansi
terdapat 34.56% perawat
pelayanan kesehatan di
memiliki beban kerja tinggi
Indonesia masih menjadi
dengan masa kerja kurang dari
perhatian serius karena masih
lima tahun.
banyak ditemukan perawat
2. Kinerja perawat
belum melaksanakan asuhan
Hasil penelitian yang
keperawatan secara sistematis
dilaksanakan di Puskesmas
pada pasien. Hal tersebut
Walenrang Kabupaten
didukung oleh penelitian
Luwudiketahui lebih banyak
Tamaka, Mulyadi dan Malara
perawat yang menunjukkan
(2015) yang menyatakan bahwa
kinerja baik (60,0%) dibanding

5
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

masalah yang sering terjadi yaitu pelaksana dalam melengkapi


masih berkutat pada dokumentasi asuhan
kelengkapan dokumentasi keperawatan bagi setiap pasien.
asuhan keperawatan yang
kurang lengkap. 3. Hubungan kepuasan kerja
Pada penelitian ini, dengan kinerja perawat
ditemukan beberapa perawat Hasil penelitian yang
yang memiliki kinerja kurang dilaksanakan di Puskesmas
(40,0%)dalam melaksanakan Walenrang Kabupaten Luwu
asuhan keperawatan pada diketahui terdapat hubungan
pasien. Hal ini dapat dilihat pada antara beban kerja dengan
lima komponen proses asuhan kinerja perawat dengan nilai
keperawatan yang digunakan p=0.042. Perawat dengan beban
oleh perawat pelaksana di kerja ringan berpeluang 7,857
Puskesmas kali memiliki kinerja lebih baik
WalenrangKabupaten Luwu, dibanding perawat dengan beban
yaitu: mulai dari pengkajian, kerja berat. Hal ini didukung
diagnosa keperawatan, oleh data, dimana perawat
perencanaan, tindakan, dan dengan beban kerja ringan,
evaluasi keperawatan. Dari sebagian besar memiliki kinerja
kelima komponen asuhan baik (84,6%) dan sebagian kecil
keperawatan tersebut, paling memiliki kinerja kurang
sering diabaikan oleh perawat (15,4%). Begitupun sebaliknya,
dalam hal pelaksanaan dan perawat dengan beban kerja
pendokumentasiannya adalah berat, lebih banyak yang
tahap pengkajian dan intervensi memiliki kinerja kurang (58,8%)
keperawatan. dibanding kinerja baik (41,2%).
Menurut Nursalam Melihat hasil penelitian
(2016), data pengkajian harus tersebut di atas, peneliti dapat
lengkap, akurat, dan dilakukan berasumsi bahwa semakin berat
terus-menerus agar dapat beban kerja perawat, maka
mendukung pengidentifikasian semakin kurang kinerjanya.
masalah klien dengan baik dan Begitupun sebaliknya, semakin
tepat. Karena proses ringan beban kerja perawat,
keperawatan (pengkajian- maka semakin baik kinerjanya.
evaluasi) merupakan proses Beban kerja yang berat sering
yang berhubungan satu sama kali mempengaruhi
lain, maka ketidakakuratan atau produktivitas kerja. Akibat
ketidaklengkapan pengkajian beban kerja berat ini, perawat
memungkinkan berdampak pada bisa mengalami kelelahan dalam
ketidaktepatan penentuan bekerja sehingga pelayanan
diagnosa dan intervensi yang diberikan kepada pasien
keperawatan yang ditentukan. dan keluarganya tidak berjalan
Oleh karena itu, perlu adanya dengan baik. Begitupun halnya
motivasi kepala puskesmas dengan beban kerja ringan,
untuk mendukung perawat dimana perawat dapat

6
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

meningkatkan produktivitas menyesuaikan diri dengan


kerjanya karena mereka bisa pekerjaanya.
lebih fokus terhadap rutinatas Pada penelitian ini, juga
pekerjaannya. terdapat beberapa perawat yang
Sesuai dengan pendapat memiliki beban kerja berat akan
Nursalam (2016) yang tetapi kinerjanya baik (41,2%).
mengemukakan bahwa belum hal ini dapat dikaitkan dengan
tercapainya kualitas pelayanan tingkat pendidikan perawat,
keperawatan salah satunya dimana hasil penelitian diketahui
disebabkan oleh beban kerja lebih banyak perawat dengan
yang berlebihan sehingga status pendidikan S1
pelaksanaan asuhan keperawatan Keperawatan/ Ners (76.8%)
yang merupakan standar bagi dibanding perawat DIII
perawat profesional belum Keperawatan (23,3%). Hal ini
terlaksana dengan baik. Selain sesuai dengan penelitian
itu, beban kerja berat juga dapat Nurseto, Sukesi dan Wulandari
menyebabkan keletihan, (2014) menunjukkan bahwa
kelelahan yang berakibat pada proses asuhan keperawatan yang
menurunnya kualitas kerja, yang laksanakan oleh perawat dengan
dapat dilihat dari hilangnya pendidikan Ners lebih baik
empati dan respon kepada dibanding perawat dengan
pasien, serta kemunduran dalam pendidikan DIII keperawatan.
penampilan kerja. Menurut Avianto (1985, dalam
Pada penelitian ini, juga Prihatini, 2015) bahwa faktor
ditemukan beberapa perawat pendidikan berhubungan dengan
yang memiliki beban kerja produktivitas, dimana makin
ringan akan tetapi kinerjanya tinggi pendidikan seorang
kurang (15,4%). Hal ini dapat pekerja, maka pekerja tersebut
dikaitkan dengan masa kerja semakin produktif karena
perawat, dimana hasil penelitian mempunyai kemampuan
ditemukan terdapat (43,3%) intelektual yang lebih tinggi.
perawat dengan masa kerja 1-5 Walaupun perawat merasa tidak
tahun. Sesuai dengan hasil nyaman bekerja karena beban
penelitian Jansson, et al (2010 yang berat, akan tetapi mereka
dalam Tamaka, Mulyadi dan mempunyai tanggung jawab
Malara, 2015) tentang faktor- yang tinggi dalam memberikan
faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan yang
pelaksanaan asuhan keperawatan terbaik bagi pasien. Menurut
pada pasien diketahui bahwa Marquis & Huston (2013) bahwa
perawat dengan masa kerja yang tingginya nilai-nilai sosial yang
lama cenderung memberikan dimiliki oleh seorang perawat
asuhan keperawatan yang lebih sehingga mereka rela
baik. Semakin lama perawat meluangkan waktunya untuk
bekerja, kecakapan akan memberikan pelayanan kepada
semakin baik karena dapat pasien dengan baik. Oleh karena
itu, kepala puskesmas perlu

7
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

membuat kebijakan terkait memberikan hasil yang lebih


dengan sistem penghargaan memuaskan.
yang jelas diberikan kepada
perawat sehingga memberikan DAFTARBPUSTAKAB
kesempatan kepada perawat Alhasanah, N.H. (2016). Gambaran
untuk berkompetisi dalam Kinerja Perawat Berdasarkan
meningkatkan prestasi kerjanya. Beban Kerja di Instalasi Rawat
Inap Penyakit Dalam RSU Kota
KESIMPULANBDANBSARANB Tangerang Selatan (Skripsi).
Berdasarkan hasil penelitian dan Jakarta: Universitas Islam
pembahasan mengenai hubungan beban
Negeri Syarid Hidayatullah.
kerja dengan kinerja perawat di Puskesmas
Walenrang Kabupaten Luwu, maka dapat Depkes RI. (2015). Pedoman Kegiatan
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Perawat Perawat di Puskesmas. Jakarta:
yang memiliki beban kerja ringan sebesar
Dirjen Pembinaan Kesehatan
56,7% dan beban kerja berat sebesar 43,3%.
Hal ini menunjukkan lebih banyak perawat Masyarakat.
yang memiliki beban kerja berat dibanding
Depkeu RI. (2015). Menuju Keunggulan
beban kerja ringan. Perawat yang memiliki
kinerja baik sebesar 60,0% dan kinerja
Organisasi Berkinerja Tinggi
kurang sebesar 40,0%.Penilaian kinerja Reformasi Birokrasi (on-line)
perawat dapat dilihat dari baik buruknya Available at
pelaksanaan asuhan keperawatan yang http://www.anggaran.depkeu.go.
dilakukan pada pasien termasuk id; diakses tanggal 15 Agustus
pendokumentasiannya.Terdapat hubungan 2019.
antara beban kerja dengan kinerja perawat
di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu Fahmi, I. (2017). Analisis Laporan
dengan tingkat signifikansi p=0.042. Keuangan. Lampulo: Alfabeta.
Perawat dengan beban kerja ringan
berpeluang 7,857 kali memiliki kinerja Firman, V. (2015). Hubungan Fungsi
lebih baik dibanding perawat dengan beban Pengarahan Kepala Ruangan
kerja berat.Disarankan kepada Kepala dengan Pelaksanaan
puskesmas perlu membuat kebijakan terkait Dokumentasi Asuhan
dengan sistem penghargaan yang jelas Keperawatan di Ruang Rawat
diberikan kepada perawat sehingga Inap RSUD Kepulauan
memberikan kesempatan kepada perawat Mentawai (Skripsi). Padang:
untuk berkompetisi dalam meningkatkan Universitas Andalas.
prestasi kerjanya.B
Perlu adanya standar asuhan Hidayat, A.A.A. (2012). Riset
keperawatan (SAK) dan standar operasional Keperawatan dan Teknik
prosedur (SOP) khususnya ruang rawat
Analisa Data. Jakarta: Salemba
inap di Puskesmas Walenrang karena dapat
menuntun perawat dalam memberikan
Medika.
asuhan keperawatan pada pasien. Hidayat, A.A.A. (2015). Pengantar
Bagi peneliti yang tertarik Konsep Dasar Keperawatan,
melanjutkan penelitian ini, diharapkan Edisi 2. Jakarta: Salemba
menggunakan motode penelitian atau Medika.
teknik sampling lain sehingga

8
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

Hudak& Gallo (2012). Keperawatan Penelitian Ilmu Keperawatan.


Kritis: Pendekatan Holistik, Jakarta: Salemba Medika.
Edisi iI, iolume 1. Jakarta:
EGC. Nursalam. (2016). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi Dalam
Juliani, E. (2014). Hubungan Beban Praktik Keperawatan
Kerja Perawat Pelaksana Profesional, Edisi 3. Jakarta:
dengan Pelaksanaan Perilaku Salemba Medika.
Caring Menurut Persepsi Klien
di Irna Lantai Jantung Rumah Nurseto, I.B., Sukesi, N. dan Wulandari,
Sakit Husada Jakarta (Thesis). M. 2014. Pengaruh Kepuasan
Jakarta: Universitas Indonesia. Perawat Terhadap Kelengkapan
Dokumentasi Asuhan
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat
Keperawatan dan Inap RSUD Ambarawa. Jurnal
Prospektifnya: Teori, Konsep Ilmu Keperawatan (JIK), 2(1);
dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas 1-10.
Kedokteran Universitas
Indonesia. PPNI. (2014). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38
Kusnanto. (2014). Pengantar Profesi Tahun 2014 Tentang Praktik
Dan Praktek Keperawatan Keperawatan(Web log
Profesional, Jakarta : EGC. massage). Diakses dari website
http://www.ppni.co.id/UU_No.3
Marquis, B.L. & Huston, C.J. 8_Th_2014_ttg_Praktik_Kepera
(2013).Kepemimpinan dan watan.
Manajemen Keperawatan: Teori
& Aplikasi, Edisi 4. Jakarta: Prihatini. (2015). Analisis Hubungan
EGC. Baban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat di Tiap Ruang Rawat
Marmi, EF. (2015). Hubungan Beban Inap RSUD Sidikalang. Medan:
Kerja dengan Perilaku Caring Universitas Sumatera Utara.
Perawat Menurut Persepsi Klien
di IGD RS PKU Muhammadiyah Rivai, V. (2015). Manajemen Sumber
Yogyakarta (Skripsi). Daya Manusia untuk
Yogyakarta: STIKES Aisyiyah. Perusahaan dari Teori ke
Praktek. Jakarta: PT.
Mastini, P., Suryadhi, N.T. dan Suryani, Rajagrafindo Persada.
A. 2015. Hubungan
Pengetahuan, Sikap, Beban Royani, Sahar, J. & Mustikasari (2012).
Kerja Perawat dengan Sistem Penghargaan Terhadap
Kelengkapan Pendokumentasian Kinerja Perawat Dalam
Asuhan Keperawatan IRNA IGD Melaksanakan Asuhan
RSUP Sanglah Denpasar. Public Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Health and Preventive Medicine Indonesia, 15(2); 129-136.
Archive, 3(1); 49-53.
Nursalam. (2015). Konsep dan
Penerapan Metodologi

9
Jurnal Lontara Kesehatan iol. 1 No. 1 Hal 1-10, 2020

Simamora, B. (2012).Buku Ajar Perawat dengan Kepuasan


Manajemen Kerja Perawat RSUD Ince
Keperawatan.Jakarta: EGC. Abdul Moeis Samarinda. Jurnal
Husada Mahakam, 4(4); 221-
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2016). 232.
Manajemen Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Tamaka, R.S., Mulyadi dan Malara, R.
Seto. 2015. Hubungan Beban Kerja
dengan Pendokumentasian
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Asuhan Keperawatan di
Kuantitatif dan Kualitatif. Instalasi Gawat Darurat Medik
Bandung: CV Alfabeta. RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. ejournal Keperawatan
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar
(-Kp), 3(2); 1-7.
Menuju Keperawatan
Profesional. Jakarta: Trans Info Triwibowo, C. (2013). Manajemen
Media (TIM). Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit. Jakarta: Trans Info
Sureskiarti, E. & Brillianty, G.D.
Media
(2017). Hubungan Kinerja

10

Anda mungkin juga menyukai