Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Menjadi Manusia yang Baik


A.    KEPRIBADIAN

Kepribadian biasanya mengandung dua unsur pokok yaitu unsur kedirian atau kelakuan dan
unsur siapakah atau bagaimanakah menjadi manusia yang baik itu. Berbicara tentang kepribadian
adalah berbicara tentang siapakah diri kita dan bagaimana menjadi manusia yang baik itu. Sehingga
kepribadian dapat diartikan sebagai watak dan tabiat, karakter, pembawaan, sifat-sifat, kejiwaan
seseorang. Kepribadian yang baik, biasanya adalah kepribadian yang sesuai dengan ideal
masyarakatnya. Seseorang bisa dinilai berpribadi baik, atau berpribadi tidak baik, berdasarkan
ukuran tersebut, yakni berdasarkan tepat atau tidak tepat bila dicocokkan dengan ideal manusia
yang baik tadi. Berikut ini ada empat jenis kepribaddian dasar manusia. Akan sangat baik bila
individu mampu menyeimbangkan ke empat jenis kepribadian tersebut. Berikut penjelasannya:

1.      Sanguins

Mereka ini cenderung populer. Mereka senang bicara tanpa dihentikan. Gejolak emosinya
bergelombang dan transparan. Pada suatu saat dapat teriak kegirangan, dan beberapa saat
kemudian dapat menangis tersedu-sedu.

2.      Melankolis

Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan
fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Orang
melankolis dalam pertemuan cenderung menganalisa, memikirkan dan mempertimbangkan.

3.      Koleris

Mereka ini suka mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah orang. Ia tidak ingin ada
penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu saja ia bisa suruh untuk melakukan aktivitasnya. Akibat
sifatnya yang bossy itu membuat banyak orang membuat banyak orang koleris tidak punya teman.
Orang berusaha menghindar, agar tidak jadi korban karakternya. Orang koleris senang dengan
tantangan, suka petualangan, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu.

4.      Phlegmatis

Kelompok ini tidak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau melakukan, sekalipun ia
sendiri tidak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika ada pertengkaran ia akan mencari
solusi untuk damai. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalahnya umumnya sangat
menyenangkan. Dengan sabar ia mau mendengarkan, tapi kalau disuruh untuk mengambil
keputusan ia akan menunda-nunda.
Seseorang yang dinilai berpribadi baik, sebenarnya telah mendapatkan pengakuan
masyarakatnya sebagai yang pantas dihargai, dan pantas disebut sebagai manusia dalam arti yang
sebenar-benarnya. Sebagai contoh, masyarakat Jawa dan masyarakat Batak. Bagi orang Jawa,
manusia yang baik ialah yang seperti satria pinandhita, yakni seorang ksatria sekaligus pendeta.
Gagah perkasa, sakti mandra guna, tetapi juga dalam kerohanian dan kejiwaannya, tenang dan tidak
banyak bicara, membela kebenaran, dan keutamaan yang dijadikan dasar tindakannya. Maka, orang
Jawa tidak suka terhadap kelakuan yang kurang tertata, kasar dan semrawut. Orang Batak
menganggap tindakan yang tenang, halus dan diam, sebagai yang kurang tepat, kurang jantan dan
kurang baik. Bagi mereka, manusia yang baik ialah yang tegas, berani mengembara, berani
mengemukakan pendapat dan sebagainya. Di samping itu, manusia yang baik menurut orang Batak,
adalah mereka yang tahu adat, yang menghargai adatnya sendiri dan tidak meninggalkannya.

B.     KONFLIK KEPRIBADIAN

            Manusia mahluk yang ditempatkan di sunia, ternyata bukan manusia yang hidupnya mutlak
ditentukan oleh dirinya sendiri. Manusia hidup di tengah-tengah pergaulan dengan banyak mahluk,
ia juga ditentukan oleh kondisi alam dan lingkungannya, maka tidak bisa bebas sama sekali. Hal
demikian menciptakan sebuah tarik menarik antara kepentingan diri sendiri dan orang lain,
masyarakat dan lingkungannya. Kondisi seperti ini disebut dilema antara kepentingan diri dan
kepentingan sosial. Sehingga dapat terjadi konflik dalam diri manusia. Konflik-konflik ituantara lain
sebagai berikut:

1.      Konflik antara diri pribadi dan sesama :

Harus diakui bahwa kecenderungan manusia adalah lebih memikirkan kepentingan diri sendiri
daripada kepentingan sesama. Wajar jika terjadi pertentangan yang terus-menerus antara
kepentingan diri sendiri dan sesama, sebab kita memang terlalu memikirkan kepentingan diri.
Akibatnya, kepentingan sesama kita abaikan.

Kalau kepentingan sesama kurang mendapat perhatian, dengan sendirinya terjadi ketidak-
seimbangan. Prinsipnya ialah, kepentingan sesama manusia yang lebih banyak dan lebih mendesak,
seharusnya didahulukan kepentingan pribadi.

2.      Konflik dalam diri sendiri :

Peperangan batin dalam diri seseorang nampaknya merupakan masalah pribadi tersendiri yang tidak
ringan. Banyak orang yang bunuh diri, frustasi, dan tidak merasa berharga lagi. Itu adalah salah satu
dari sekian banyak kegagalan manusia dalam mengatasi berbagai konflik kepribadianya. Konflik batin
lainya dalam kehidupan manusia umumnya ialah konflik tentang pilihan kepercayaan, antara
percaya dan tidak percaya. Pilihan antara kejujuran dan tidak jujur, konflik antara kebaikan dan tidak
baikan. Hal itu memang selalu mengerumuni kehidupan manusia secara pribadi jadi asal kita
memperhatikan dan mendengarkan suara hati kita, biasanya akan melahirkan perbuatan –perbuatan
yang baik dan benar.

3.      Konflik antar generasi :

Konflik antar generasi yang paling sering diungkap kepermukaan adalah konflik antara orang tua dan
orang muda. Tetapi sesungguhnya masih ada konflik antargenerasi dalam artian antara sesama
kaum muda sendiri yang juga beraneka usia, kemudian konflik antara masyarakat dengan sebuah
generasi tertentu. Kalau tidak hati –hati, bahkan kita akan mendapati sebuah konflik yang makin
menjadi- jadi, dan akhirnya menjadi sebuah konflik batin. Pendek kata manusia sebagai manusia
memiliki konflik yang tidak enteng dalam batinya.

C.    HAMBATAN KEPRIBADIAN

Beberapa hambatan yang menghadang setiap usaha untuk menjadi manusia yang baik dapat
berupa hambatan dari dalam diri sendiri tetapi juga hambatan dari luar dirinya. Hambatan yang
datang dari dalam diri kita sendiri misalnya berupa : harga diri yang rendah,malu-malu,perasaan
takut dan depresi,perasaan halus dan cepat tersinggung,nafsu-nafsunya sendiri,kemalasan dan
ketidak tahuan atau kebodohannya sendiri.Sedangkan hambatan dari luar diri kita misalnya :
paksaan dari luar,struktur social,lingkungan social,bahkan kesusilaan sendiri dapat menghambat kita
dalam membentuk kepribadian yang baik.

1.      Harga diri yang rendah ( rendah diri )

Biasanya di sebabkan oleh rasa kekurang mampuan atau rasa kurang layak.Hal itu bisa terjadi oleh
sebab cacat badan,kelemahan jasmaniah,maupun perasaan kurang secara mental  rohaniah sifatnya.
Munculnya perasaan ini biasanya di sertai penampilan yang canggung,malu-malu dan kebingungan
yang membuat dirinya menjadi tidak mantap,gelisah dan takut.Cara mengatasi perasaan rendah diri
yakni melalui keyakinan diri sendiri dengan menganggap dan meyakini dirinya sebagai yang
pantas,baik,benar,dan patut mendapat penghargaan.

2.      Perasaan malu

Biasanya juga bersumber dari kurang yakinnya diri akan kediriannya. Tetapi rasa malu-malu
bersumber pada kekawatiran dan kecemasan tertentu,kadang kala bersumber dari kesadaran diri
bahwa sebenarnya ia sedang berangkat dewasa.Oleh sebab itu perasaan malu-malu merupakan hal
yang wajar.Namun kalu sudah terlanjur menjadi semacam pembawaan,akan sangat merugikan
diri,sehingga penampilan dirinya terlihat canggung.

Cara mengatasi perasaan ini melalui keyakinan diri,kepercayaan diri bahwa ia memiliki kemampuan
untuk bergaul dan pantas bergaul dengan orang lain.Kecemasan dan kekawatiran akan masa depan
harus di kikis habis dan di buang.

3.      Rasa takut dan depresi

Rasa takut seringkali berlarut menjadi semacam perasaan tidak lagi ingin menemui dan mendengar
atau bertatap muka dengan peristiwa itu, orang itu,atau situasi tersebut.Depresi dapat di sebabkan
oleh tekanan perasaan dan jiwa,dapat pula di karenakan tekanan fisik,adanya penderitaan luar
biasa,lebih dari sekedar frustasi.Cara mengatasi rasa takut dan depresi adalah dengan bersikap
tenang,santai terhadap segala persoalan,tidak terlalu keras dalam berpikir.Menerima masalah
apapun dan bagaimanapun beratnya sebagai hal yang seharusnya di terima,menerima kenyataan
yang terjadi,menerima diri pribadi,serta memberi keyakinan dan mengembalikan hubungan dengan
Tuhan secara benar.

4.      Rasa nafsu ingin memiliki

Dalam hal ini perasaan ingin memiliki sesuatu hal yang menjadi keinginan kita yang kuat dan
harapan kita membuat kehidupan kita sendirilah menjadi terganggu. Kegelisahan yang muncul dan
tidak jarang kebahagiaan yang ingin kita dapatkan menjadi jauh kita capai. Hal ini berhubungan
dekat dengan nafsu-nafsu duniawi akan sebuah materi dan kedudukan. Cara mengatasinya rasa
nafsu ngin memiliki disini adalah bersifat bripadi, hal ini dikarenakan diri kita sendirilah yang
mengontrol hawa nafsu-nafsu yang muncul dari dlam diri kita. Oleh sebab itu penguasaan dirilah
yang menentukan jalan yang kita pilih untuk menjadikan diri kita sebagai pribadi manusia yang baik.

5.      Rasa Malas

Kemalasan adalah sesuatu hal yang bersifat negaif yang pada dasarnya membuat seseorang menjadi
kepribadian yang terbelakang dalam mencitrakan karya-karya Tuhan. Kemalasan terjadi akibat
kepuasan semata akan sesuatu hal yang sudah ia miliki. Dan orang sering kali sudah merasa aman
dan merasa terjamin bahwa hidupnya sudah tercukupi dan buat apa berkerja keras lagi. Dan sering
kali perasaan malas menimbulkan perbuatan yang negatif. Misalnya, perbuatan curang untuk
mendapatkan sesuatu  hal tanpa ia berkerja keras terlebih dahulu. Cara mengatasi perasaan malas
adalah mengembalikan kembali  pada diri sendiri akan arti makna dan hakekat kerja. Karena
manusia sendiri adalah mahluk perkerja akan tangan-tangan Tuhan untuk mewartakan karyanya di
bumi tempat manusia tinggal. Maka sebab itu bilamana manusia tidak berkerja dan kreatif maka ia
akan merasakan kehilangan makna dirinya dan menjadi tidak senag dalam kondisi berkerja. Dan
padasarnya semua itu adalah hakiki setiap manusia akan tanggung jawabnya kita terhadap pencipta.
D.      ETIKA KEWAJIBAN DAN KEUTAMAAN

Dua macam penilaian etis :

a.       Penilaian etis yang memandang sebuah perbuatan dan mengatakan bahwa perbuatan itu baik atau
buruk, adil atau tidak adil, jujur atau tidak jujur. Artinya, kita seolah mengukur suatu perbuatan
dengan norma atau prinsip moral.

b.      Penilaian etis yang tidak begitu memandang perbuatan, melainkan justru keadaan pelaku itu
sendiri. Artinya, kita menunjuk bukan kepada prinsip atau norma, melainkan kepada sifat watak atau
akhlak yang dimiliki orang itu atau justru tidak dimilikinya. Kita berbicara tentang bobot moral (baik
buruknya) orang itu sendiri dan bukan tentang bobot moral salah satu perbuatannya.

Dua tipe teori etika berdasarkan dua pendekatan moral dalam tradisi pemikiran filsafat moral :

a.    Etika Kewajiban

Mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang berlaku untuk perbuatan kita.

1)      Menunjukkan norma-norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moral kita,
lagipula urutan pentingnya yang berlaku diantaranya.

2)      Mencoba menentukan yang mana harus diberi prioritas, jika terjadi konflik antara dua prinsip moral
yang tidak dapat dipenuhi sekaligus.

*etika kewajiban menilai benar salahnya kelakuan kita dengan berpegang pada norma dan prinsip
moral saja.

b.      Etika keutamaan

1)      Tidak begitu menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai atau tidak dengan norma-norma
moral, tapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri.

2)      Mempelajari keutamaan (virtue), artinya sifat watak yang dimiliki manusia.

3)      Tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau buruk, melainkan apakah kita sendiri orang baik
atau buruk.
Perbedaan Etika Kewajiban dan Etika Keutamaan

1.      Etika kewajiban menekankan pada apa yang dilakukan oleh manusia (doing). Sedangkan etika
keutamaan menekankan manusia harus menjadi orang yang bagaimana (being).

2.      Etika kewajiban  menjawab atas pertanyaan “saya harus melakukan apa” atau “what should i do?”.
Sedangkan etika keutamaan menjawab atas pertanyaan “saya harus menjadi manusia bagaimana?”
atau “what kind person should i be?”

Sebagai contoh dalam etika kewajiban, seorang mahasiswa wajib membayar uang perkuliahan
persemesternya selama ia kuliah.

Contoh dalam etika keutamaan, seseorang yang memiliki kejujuran tidak hanya pada saat tertentu
saja namun harus setiap saat.

Orang jaman dulu menekankan pada etika keutamaan, bagaimana orang-orang dlu menilai pribadi
mereka sendiri seperti jujur, sabar,dll. Namun pada jaman sekarang ini, etika keutamaan digeser
oleh etika kewajiban

Hubungan antara etika kewajiban dan etika keutamaan bahwa etika kewajiban membutuhkan etika
keutamaan, dan sebaliknya, etika keutamaan membutuhkan etika kewajiban.

E.   KEUTAMAAN DAN WATAK MORAL


Keutamaan adalah disposisi yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkahlaku baik secara moral. Contohnya kemurahan hati, misalnya merupakan suatu
keutamaan yang membuat seseorang membagi harta bendanya dengan orang lain yang
membutuhkan.

Keutamaan sama dengan kedirian (diri kita sendiri)

Sejak kecil baru lahir, kita belum tau keutamaan, maka keutamaan itu dilatih sejak      kecil, pelatihan
yang cukup panjang, pendidikan memainkan peranan penting

Keutamaan adalah sikap dasar kita, mental

Contoh : waktu kita kecil, baru lahir, kita belum tahu apa-apa termasuk kesadaran moral

Unsur-unsurnya:

1.      Keutamaan adalah suatu disposisi, artinya suatu kecenderungan tetap. Itu tidak berarti bahwa
keutamaan tidak bisa hilang, tapi hal itu tidak mudah terjadi. Contoh : anak STIKes di kampus
menerapkan 5S, salam, sopan, santun, sapa, senyum. Nah, di situ anak STIKes di bentuk menjadi
seorang yang ramah, selalu sapa, dan sebagainya. Nah ketika mereka ada kuliah di maranata,
mereka menerapkan 5s di sana, tapi anak-anak maranata cuek, tidak peduli ketika anak stikes
menyapa. Maka, anak STIKes jadi enggan bersikap ramah ketika dilingkungan maranatha.

2.      Keutamaan berkaitan dengan kehendak. Keutamaan adalah disposisi yang membuat kehendak tetap
cenderung ke arah yang tertentu. Contoh kerendahan hati, misalnya menempatkan kemauan saya
ke arah tertentu (yaitu tidak menonjolkan diri) dalam semua situasi yang saya dihadapi.

3.      Keutamaan diperoleh melalui jalan membiasakan diri dan karena itu merupakan hasil latihan. Pada
masa anak seorang manusia belum berkeutamaan. Keutamaan terbentuk selama suatu proses
pembiasaan dan latihan cukup panjang, dimana pendidikan tentu memainkan peranan penting.
Proses memperoleh keutamaan berlangsung “melawan arus”, dengan mengatasi kesulitan yang
dialami dalam keadaan biasa. Misalnya keberanian, adalah melawan rasa takut yang lebih biasa bagi
manusia, bila menghadapi bahaya.

4.      Keutamaan perlu dibedakan juga dari ketrampilan. Memang  seperti halnya dengan keutamaan,


ketrampilan pun diperoleh melalui latihan, dan berciri korektif.

Empat macam perbedaan antara ketrampilan dan keutamaan :

a.       Keterampilan hanya memungkinkan orang untuk melakukan jenis perbuatan yang tertentu,
sedangkan keutamaan tidak terbatas pada satu jenis perbuatan saja. Keutamaan memiliki lingkup
lebih luas daripada keterampilan. Misalnya seorang pemain bulu tangkis, dia sangat ahli dibidang
bulu tangkis, tapi ketika ia disuruh menembak jitu atau mengemudikan pesawat terbang  ia tidak
akan sanggup. Tapi seorang pemaiin bulu tangkis, pengemudi psawat terbang dan seribu satu orang
lain semua bisa melakukan keberanian berani,murah hati atau menjalankan keutamaan
lainnya.                  

b.      Baik ketrampilan maupun keutamaan berciri korektif : keduanya membantu untuk mengatasi suatu
kesulitan awal. Dalam hal ketrampilan, kesulitan itu bersifat teknis. Jika sudah diperoleh
ketangkasan, kesulitan teknis itu dapat teratasi. Dalam hal keutamaan, kesulitan berkaitan dengan
kehendak. Jika menghadapi bahaya, kita cenderung melarikan diri. Dengan memperoleh keberanian,
kehendak kita mempunyai kesanggupan mengatasi ketakutan itu.
c.       Ketrampilan dapat diperoleh dengan –setelah ada bakat tertentu- membaca buku petunjuk,
mengikuti kursus, dan melatih diri, karena sifatnya teknis. Sedangkan proses memperoleh
keutamaan jauh lebih kompleks, sama kompleksnya dengan seluruh proses pendidikan.

d.      Jika orang yang mempunyai ketrampilan, membuat kesalahan, ia tidak akan kehilangan
ketrampilanya, seandainya ia membuat kesalahan itu dengan sengaja. Sedangkan membuat
kesalahan dengan tidak sengaja, justru mengakibatkan ia kehilangan klaim untuk menyebut diri
orang yang berketrampilan.

→Dalam bahasa inggris keutamaan disebut virtue (latin: virtus) dan untuk lawannya digunakan
istilah vice (latin: vitium).

Keburukan sebagai lawan keutamaan merupakan disposisi watak yang diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia bertingkahlaku secara moral. Keburukan tidak diperoleh dengan melawan arus,
keburukan terbentuk dengan mengikuti arus spontan.

Keutamaan membuat orang bertingkah laku baik secara moral, sedangkan keburukan membuat
orangbertingkah laku buruk secara moral. Kekejutan hati adalah lawan keberanian. Kekikiran adalah
lawan kemurahan hati. Dengan demikian dapat disebut keburukan untuk setiap keutamaan yang
ada.

F.    KEUTAMAAN DAN ETHOS


Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi. Orang yang berkeutamaan itu sendiri
adalah baik, bukan anak-anaknya, orangtuanya, atau orang lain, kecuali bila mereka sendiri memiliki
keutamaan juga. Kalau suatu kelompok orang masing-masing mempunyai keutamaan, dengan itu
mereka belum berkeutamaan sebagai kelompok. Keutamaan selalu merupakan ciri individual.
Sebagai contoh : suatu perusahaan bisa disebut jujur bukan sebagai perusahaan tetapi karena semua
karyawannya memiliki kejujuran sebagai keutamaan.

Namun demikian, sejalan dengan keutamaan yang bersifat pribadi itu terdapat juga suatu
karakteristik yang membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral justru sebagai kelompok, yakni
ethos.

Ethos adalah salah satu kata Yunani kuno yang masuk ke dalam banyak bahasa modern persis dalam
bentuk seperti dipakai oleh bahasa aslinya dulu dan karena itu sebaiknya ditulis juga menurut ejaan
aslinya. Ethos menunjukkan ciri-ciri, pandangan, nilai yang menandai suatu kelompok.
 Disini ethos menunjuk pada suasana khas yang meliputi kerja atau profesi. Perlu ditekankan lagi
bahwa suasana ini dipahami dalam arti baik secara moral

G.    BERPRIBADI BAIK

Bagaimana caranya agar kita dapat berpribadi baik? Setiap orang mengejarnya, ingin
meraihnya sebagai harta milik berharga, berpribadi baik.

Berpribadi baik, berarti menjadi manusia yang diidam-idamkan, menjadi manusia yang
dihargai oleh setiap orang juga. Berpribadi baik adalah tujuan setiap manusia.

Tentu saja berpribadi yang baik disini dipandang melalui sudut etika. Jawaban terhadap
pertanyaan atau persoalan kita. Bagaimana cara kita agar mencapai tataran manusia yang berpribadi
baik? Berpribadi baik jika dipandang dari sudut etika, dapat dijawab dengan dua jalur pokok, yaitu
jalur umum dan jalur khusus. Secara umum, dapat dijawab berdasarkan prinsip-prinsip umum dan
berdasarkan unsur-unsur pokok etika. Sedangkan secara khusus, dapat melalui masyarakatnya
masing-masing, tergantung orang itu berada di dalam masyarakat mana. Contohnya kalau orang
Jawa maka kriteria dan patokan nilai-nilai Jawa akan menentukan jawaban. Kalau orang Kalimantan,
tentunya juga amat ditentukan oleh masyarakat dan nilai-nilai disana. Namun, bagaimana manusia
Indonesia yang berpribadi baik?

Menurut pertimbangan beberapa ahli dan dari berbagai sudut pandanga, maka ukuran
tertinggi dari kepribadian Indonesia adalah kepribadian nasional atau kepribadian bangsa. Kalau
ditanya lebih konkrit. Apakah kepribadian nasional atau kepribadian bangsa itu? Jawaban masih
sedikit simpang siur, namun umumnya menunjuk pada apa yang ditunjuk oleh pancasila. Sehingga
manusia Indonesia yang berpribadi baik adalah mereka yang menjalankan dan mempraktekan secara
benar apa yang ditunjuk oleh pancasila, sebab nilai-nilai dalam pancasila telah diakui sebagai
kepribadian bangsa, milik nasional, dan ideal manusia Indoneia. Manusia Indonesia yang berpribadi
baik, tentulah mereka yang dengan sungguh-sungguh memperlakukan dirinya sendiri dan juga orang
lain sesuai dengan tata tertib, hukum yang berlaku di bumi Indonesia ini dan menghargai
membaktikan diri secara setia terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Manusia yang berkepribadiaan baik biasanya:

1.       Disukai oleh banyak orang,di hargai dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan dalam pergaulan

2.       Dianggap sebagai orang yang patut mendapatkan kepercayaan dan penghargaan


berupa.jabatan,terpilih menjadi pemimpin,dan dipatuhi orang banyak bila ia memegang
pemeritahan
3.       Biasanya adalah orang yang suka melakukan kebaikan dan menjauhi kebathilan dan kejahatan,suka
menolong,member perhatian akan kepentingan orang lain

4.       Adalah mereka yang sanggup mengasihi orang lain,betapa pun orang lain itu menyakitkan hati
nya,mau mengampuni orang lain,menghargai dan menganggap orang lain sebagi yang berharga dan
mampu berbuat sesuatu.ia sanggup memandang orang lain sebagai yangt dapat
berkembang,memandang nya secara positif

5.       Tidak lari dari tanggung jawab dan konsekuen sekali dalam bertindak,tanggung jawab adalah sikap
yang dijunjung tinggi

Maka dapat disimpulkan,bahwa manusia yang berkepribaian baik adalah mereka yang mampu
membawa diri di tengah pergaulan dan linkungan nya tanpa harus kehilangan jati dirinya. Mereka
adalah orang yang memandang diri dan hidup sebagai hal yang menggembirakan dan
positif,demikian pun pandangan nya terhadap orang lain. Pribadi yang baik itu pun bisa menjalankan
kewajiban dan keutamaannya sekaligus.

BAB III

Penutup

A.Simpulan

Berdasarkan pendekatan moral dalam tradisi pemikiran filsafat etika dibagi menjadi dua,
yaitu etika kewajiban dan etika keutamaan. Etika kewajiban cenderung mengarahkan orang  kepada
apa yang seharusnya dilakukan seseorang, dan lebih menekankan kepada perbuatan-perbuatan
tertentu yang dilakukan oleh orang tersebut. Sedangkan etika keutamaan cenderung mengarahkan
bagaimana hendaknya seseorang melakukan sesuatu, dan tidak terpaku kepada perbuatan-
perbuatan tertentu yang dilakukan orang tersebut. Namun demikian, keduanya saling berkaitan satu
sama lain.

Anda mungkin juga menyukai