Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.

2 Oktober 2015, 160-173

FENOMENA CINTA LESBIAN

Anita Susanti1, Mochamad Widjanarko2


1,2)
Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus
Kampus Universitas Muria Kudus, Gondangmanis, Kudus, Jawa Tengah

m.widjanarko@umk.ac.id

Abstract
The aims of this research is to describe the love phenomenon of lesbians in the Kudus Regency. The subjects
were three lesbian individuals living in Kudus. The research method was phenomenology which based on the
subjective experience or phenomenological experience. The data collecting techniques were observation and
interview. This study applied snowball sampling technique, meaning that the sample was carried out serially by
asking information from previously interviewed subject. The data analysis method was matrix by Miles &
Hubberman consisting of three stages of simultanious activities, they were: data reduction, data presentation and
conclusion or verification. The result shows that two lesbians have experienced lesbian love previously but one
subject has experienced lesbian love for the first time. There are intimacy, passion and commitment in lesbian
love. There is conflict in their relationship but there is also hope for their future lesbian love relationship.

Keywords: love, lesbian, phenomenology


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan fenomena cinta lesbian di kota Kudus. Adapun subjek dalam
penelitian ini adalah tiga orang lesbian yang berdomisili di kota Kudus. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis mengunakan teknik
pengumpulan data observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik snowball
sampling, artinya pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang
telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya. Sedangkan metode analisis data menggunakan matriks oleh
Miles & Hubberman yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
cinta lesbian pernah dialami sebelumnya oleh kedua subjek sedangkan satu subjek baru pertama kali
mengalaminya. Dalam cinta lesbian terdapat keintiman, hasrat dan komitmen. Kemudian muncul konflik yang
berpengaruh pada hubungannya. Tetapi muncul juga harapan mengenai masa depan lesbian terutama mengenai
cinta mereka.

Kata kunci: cinta, lesbian, fenomenologi

PENDAHULUAN

Selain di kota-kota besar, seperti Jakarta, dapat makam Sunan Muria. Sunan Kudus
Surabaya dan Yogyakarta keberadaan dan Sunan Muria adalah dua di antara
individu yang memiliki orientasi seksual sembilan wali atau penyebar agama Islam
seperti lesbian ternyata juga ada di kota di Jawa. Hal ini menyebabkan masyarakat
kabupaten seperti Kudus, yang merupakan Kudus mempunyai ikatan sejarah dan
salah satu kota di Jawa Tengah. Kudus kultural dengan para wali dan dikenal
dikenal sebagai kota wali karena terdapat sebagai kota yang religius, identik dengan
tempat-tempat bersejarah bagi umat Islam kota santri, dan sejak berdirinya
dan sekaligus menjadi objek ziarah yaitu merupakan bagian dari rangkaian
menara Kudus dengan makam Sunan Ku- penyebaran Islam di Jawa.
dus dan di lereng pegunungan Muria, ter-

160
161 Fenomena Cinta Lesbian

Kodrat manusia diciptakan berpasang- Fenomena lesbian kini semakin marak di


pasangan antara laki-laki dan perempuan Indonesia, terutama di kota-kota besar. Di
untuk membangun sebuah keluarga yang Indonesia sendiri, data statistik
harmonis (Budiarty, 2011). Idealnya menyatakan bahwa 8 dari 10 juta populasi
seorang lelaki akan berpasangan dan jatuh pria Indonesia pada suatu waktu pernah
cinta pada seorang wanita begitu pula terlibat pengalaman homoseksual. Hasil
sebaliknya wanita idealnya berpasangan survai YPKN (Yayasan Pendidikan Kartini
dan jatuh cinta pada seorang lelaki. Seperti Nusantara) menunjukkan, ada 4000 hingga
sebuah keluarga terdiri dari seorang ayah 5000 penyuka sesama jenis di Jakarta.
yang berjenis kelamin lelaki, seorang ibu Sedangkan Gaya Nusantara
yang berjenis kelamin wanita dan memperkirakan, 260.000 dari enam juta
memainkan perannya sesuai dengan jenis penduduk Jawa Timur adalah homo.
kelaminnya (Novena, 2011). Angka-angka itu belum termasuk kaum
homo di kota-kota besar lainnya (Gatra
Budiarty (2011) menyebutkan bahwa dalam Mutmainnah & Ismi, 2012).
dalam kehidupan masyarakat terdapat
permasalahan-permasalahan yang begitu Penelitian Kinsey (dalam Nurkholis, 2013)
komplesks, muncul suatu hal berbeda serta menyebutkan bahwa di Amerika Serikat,
dianggap tidak wajar, dikarenakan dua prevalensi mereka yang homoseksual
insan yang sejenis menjalin hubungan murni (100%) berkisar antara 2% sampai
percintaan yang dikenal dengan 4%, sementara yang lebih menonjol
homoseksual wanita atau lesbian. homoseksual daripada heteroseksual
Homoseksual adalah kelainan terhadap berkisar antara 7% hingga 13% atau
orientasi seksual yang ditandai dengan dengan kata lain diperkirakan terdapat
timbulnya rasa suka terhadap orang lain 10% dimensi homoseksual yang cukup
yang mempunyai jenis kelamin yang berarti dalam kehidupan masyarakat
sejenis atau identitas gender yang sama modern dan industri. Berdasarkan
(Handayani, 2010). penelitian yang dilakukan Kinsey pada
remaja berusia 20 tahun, terdapat 17%
Carol (dalam Prima & Ika, 2011) perempuan mempunyai pengalaman
mengatakan orientasi seksual merupakan lesbian kemudian pada penelitian yang
istilah yang mengarah kepada jenis dilakukan terhadap remaja berusia 16-19
kelamin, yang ditandai dengan ketertarikan tahun, terdapat 6 persen wanita lesbian
secara emosional, fisik, seksual dan cinta (Soewandi, 2012).
yang bertahan lama terhadap individu
tersebut. Orientasi seksual terbagi tiga Kota seperti Kudus, di dalamnya terdapat
yaitu heteroseksual, homoseksual dan lesbian yang berada di tengah-tengah
biseksual. Heteroseksual merujuk kepada masyarakat. Mereka berbaur dengan
ketertarikan terhadap jenis kelamin yang masyarakat untuk tetap bisa bersosialisai
berbeda, sementara itu homoseksual dan diterima di masyarakat. Penulis
merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis tertarik untuk mengkaji perilaku seks
kelamin yang sama dan biseksual merujuk lesbian, fokus utamanya yaitu cinta di
kepada ketertarikan kepada kedua jenis antara lesbian. Seseorang dengan orientasi
kelamin. Heteroseksual disebut juga homoseksual (lesbian) jatuh cinta karena
dengan istilah straight, sedangkan pria merasa memiliki kesamaan jenis kelamin.
homoseksual dikenal dengan istilah gay,
dan wanita homoseksual disebut dengan Walaupun belum terbuka, fenomena cinta
lesbian. lesbian di Kudus, bisa diungkapkan

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


Susanti & Widjanarko 162

melalui cerita U sebagai berikut: keputusan (commitment/ decision) suatu


keputusan untuk mencintai seseorang,
“Saya melakukan sesuatu
menjaga cinta itu dan ketetapan seseorang
sesuai dengan lingkungan di
untuk bertahan bersama sesuatu atau
mana ketika berada di
seseorang sampai akhir.
lingkungan heteroseksual, saya
akan bersikap biasa tapi ketika
Berdasarkan pendapat Sternberg (1997) di
berada dalam lingkungan
atas dapat disimpulkan bahwa ketiga
lesbian saya akan menunjukkan
komponen tersebut saling berkaitan dan
jati diri saya sebagai lesbian.
tidak selalu harus dimulai secara berurutan
Hal ini saya lakukan karena
seperti di atas. Misalnya hasrat seksual
tidak ingin keluarga sampai
dapat muncul karena adanya keintiman,
tahu dan saya tetap bisa
atau sebaliknya, pemenuhan hasrat seksual
bersosialisasi dengan
yang baik akan menghasilkan keintiman.
lingkungan. Jadi hanya sesama
Dengan demikian, kedua komponen ini
kaum lesbian yang sering
hampir selalu berinteraksi satu sama lain
kumpul mengetahui tentang
dalam hubungan dekat dan dalam
orientasi saya” (Wawancara,
komponen keputusan atau komitmen tidak
14 Juni 2013).
selalu ada secara bersamaan. Ketiga
komponen di atas mungkin memiliki
Begitu juga dengan penuturan N di bawah
kekuatan yang berbeda-beda dalam suatu
ini,
hubungan. Dan ekspresi dari berbagai
”Kedua orang tua saya tidak
kebutuhan ketiga komponen cinta ini juga
mengetahui tentang orientasi
berbeda antara satu individu dengan
seksual saya. Hanya dengan
individu lain bahkan antara dua individu
sesama kaum lesbian dan
yang bercinta mungkin akan berbeda pula.
teman-teman dekatnya yang
mengetahui bahwa saya
Dihubungkan dengan konsep cinta, penulis
seorang lesbian. Saya
tertarik untuk meneliti cinta lesbian yang
melakukan ini agar tetap bisa
berbaur dan bersosialisasi ada di kota Kudus. Sternberg (1986)
melandasi atas hubungan antara pria dan
dengan lingkungan”
wanita, sehingga perlu penelitian mengenai
(Wawancara, 2 Oktober 2013).
cinta homoseksual yang dalam penelitian
ini difokuskan pada cinta lesbian di Kudus.
Cinta lesbian pada dasarnya sama dengan
cinta heteroseksual, di dalam cinta itu juga
terdapat beberapa komponen yang METODE
menyertainya. Dalam teorinya triangular
theory of love, Sternberg (dalam Penelitian ini menggunakan metode
Marasabessy, 2008) mengemukakan bahwa kualitatif dengan pendekatan fenomeno-
cinta memiliki tiga komponen: pertama, logis. Subjek dalam penelitian ini adalah
keintiman (intimacy) perasaan dalam suatu lesbian yang berdomisili di Kudus, berusia
hubungan yang meningkatkan kedekatan, 21-30 tahun. Dalam prosedur pengambilan
keterikatan, dan keterkaitan. Kedua, hasrat sampel penelitian ini menggunakan teknik
(passion) meliputi rasa kerinduan yang bola salju (snowball sampling), penulis
dalam untuk bersatu dengan orang yang bertemu dengan komunitas lesbian dari
dicintai yang merupakan ekspresi hasrat satu subjek kemudian mendapatkan subjek
dan kebutuhan seksual. Ketiga, komitmen/ yang lain dengan cara disarankan subjek

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


163 Fenomena Cinta Lesbian

pertama. Pengambilan data melalui cinta lesbian itu pada umumnya jauh lebih
observasi dan wawancara. Analisis data intensif daripada nafsu heteroseksual
menggunakan menggunakan matriks oleh (Kartono, 1989).
Miles & Hubberman (1992) yang terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara Hal ini seperti yang diceritakan subjek A
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian sebagai berikut:
data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. “Nyaman, aku lebih
Kredibilitas hasil penelitian dilakukan nyamanya sama dia, kalau pas
dengan menggunakan ketekunan aku lagi marah sama dia aku
pengamatan, uraian rinci, pengecekan ngeliat dia tuuu….tu marah ku
anggota serta checking dan rechecking tu jadi ilaaang….jadi
data. berkuraaang nggak tahu
kenapa. Pengen marah tapi
nggak bisaa. Dulu waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN awal-awal deg-degan…..trus
kalau lama nggak ketemu dia
Cinta diyakini sebagai salah satu bentuk
trus ketemu dia tu rasanya
emosi yang sangat penting bagi manusia
tenaang banget. Aku yakin aku
(Roediger dkk. dalam Saragih & Irmawati,
gak bisa pisah sama dia 100%
2005). Jatuh cinta umumnya terjadi antara
gak bisa pisah sama dia.
laki-laki dan perempuan, akan tetapi kaum
Kalaupun nantinya aku harus
homoseksual juga mengalami hal ini
pisah aku mesti gak bisa lepas
(Setiawan, 2011).
pas sama dia gak bisa, selalu
ingin tahu keberadanya selalu
Cinta lesbian di abad ke-21 telah
ingin tahu kabar dia pokoknya
memasuki era baru dalam masa bagaimana
semua tentang dia, aku ingin
hal itu dirasakan dan digambarkan secara
tahu” (Wawancara, 10
terang-terangan berkumpul di suatu
Oktober 2013).
tempat, menjadi komunitas yang terbuka.
Perkembangan komunitas lesbian modern
di akhir abad ke-21 ketika lesbian mulai Penelitian pada pasangan lesbian
merayakan sensualitas, bahaya, intensitas, menunjukkan bahwa hubungan yang
dan kenyamanan cinta antara perempuan di sukses ketika memiliki kualitas yang
depan umum. Para lesbian yang terpelajar berfungsi sama seperti dalam hubungan
juga membenarkan catatan sejarah dengan heteroseksual (Scrivner, Eldridge &
menggunakan surat-surat cinta dan puisi Kurdek dalam Rose & Eaton, 2012).
dari berbagai abad yang mana Namun sama halnya dengan heteroseksual,
menunjukkan gairah, kehangatan, dan homoseksual (lesbian) juga mengalami
kasih sayang dari cinta lesbian (Rose & berbagai permasalahan dengan cinta yang
Eaton, 2012). mereka miliki. Peterson (dalam Nurmala,
Anam, Suyono, 2006) mengatakan konflik
Pada umumnya, cinta seorang lesbian itu sering terjadi dalam hubungan yang erat.
sangat mendalam dan lebih hebat dari pada
cinta heteroseksual. Meskipun pada relasi Saat penulis melakukan preliminary
lesbian, tidak didapatkan kepuasan seksual interview dengan teman subjek penelitian,
yang wajar. Cinta lesbian juga biasanya didapatkan pengalaman yang menarik
lebih hebat daripada cinta homoseksual untuk diteliti berkaitan dengan cinta dalam
diantara kaum pria. Elemen erotik dan lesbian, seperti yang dialami perempuan
nafsu-nafsu dahsyat yang bergelora pada bernama D, seperti ini penuturannya:

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


Susanti & Widjanarko 164

“Saya mencintai sahabat merupakan yang pertama kalinya bagi


perempuan saya, namun subjek.
timbul dilema berkaitan
dengan cinta yang saya miliki. Pada hubungan cinta lesbiannya, subjek
Saya tidak tahu bagaimana mencapai dua level keintiman meliputi
bisa hidup jauh dari sahabat subdimensi baik untuk saya, merasakan
yang sangat saya cintai, saya kenyamanan dan ketenangan dengan
juga takut ditinggalkan oleh pasangan, tidak bisa berpisah dengan
sahabat saya” (Wawancara, pasangan & selalu ingin bersama, merasa
18 September 2013). mendapat dukungan & dorongan dari
pasangan dan subdimensi pasangan
Hal yang nyaris sama juga dialami oleh N. spesial; menyukai kepribadian pasangan,
menghargai pasangan dengan baik,
“Saya merasa takut dan
memiliki keinginan untuk membahagiakan
berfikir kalau perempuan
pasangan, menganggap penting orang yang
dengan perempuan,
dicintai.
bagaimana nanti selanjutnya.
Saya sudah terlanjur sayang
Kemudian terdapat juga tiga dorongan
dan mencintai teman
hasrat berupa ketertarikan fisik, melakukan
perempuan saya. Saya sering
kontak fisik dan romansa. Ketertarikan
cemburu karena takut
fisik yaitu menyukai dan menikmati daya
kehilangan dan tidak yakin
tarik fisik dari pasangan, kepuasan seksual.
tentang perasaan pasangan
Melakukan kontak fisik dilakukan dari
saya” (Wawancara, 2 Oktober
mulai berciuman sampai dengan
2013).
berhubungan seksual dengan pasangan dan
bisa merasakan kepuasan ketika
Dari hasil wawancara dengan di atas,
melakukan hubungan seksual dengan
terlihat bahwa D dan N memiliki
melihat pasanganya mencapai klimaks.
permasalahan yang sama berkaitan dengan
Sementara romansa yaitu merasa selalu
cinta mereka. Pengimplementasian cinta
terkait dan tidak bisa jauh dari pasangan.
pada setiap individu akan berbeda,
terutama pada kaum homoseksual. Karena
Selain itu ada dua aspek komitmen berupa
tertarik pada orang dari jenis kelamin yang
komitmen jangka pendek; merasakan dan
sama, ekspresi ketertarikannya terpaksa
mencintai pasangannya, komitmen jangka
dilakukan secara sembunyi-sembunyi
panjang; memiliki keinginan untuk
(Nugroho dalam Fandina, 2012). Di
mempertahankan dan berusaha tetap
Kudus, banyak terdapat cerita tentang
bersatu meskipun tahu bahwa pasangannya
kehidupan masyarakat beserta
belum sepenuhnya mencintainya. Namun
pemasalahannya, termasuk dunia lesbian
di samping itu juga muncul berbagai
yang terjadi di kalangan perempuan.
permasalahan di antaranya perselingkuhan,
orang ketiga yang muncul dalam
Cerita Cinta A
hubungan, perasaan cemburu karena
Ketertarikannya terhadap sesama jenis
pasangan masih bertemu dengan
sudah terlihat ketika A usia remaja, namun
mantannya, tuntutan menikah yang datang
subjek belum menyadarinya sampai ketika
dari keluarga subjek dan trauma dengan
subjek berada di dunia kerja dan
pasangan lawan jenis yang dirasakan
menyadari bahwa dirinya seorang lesbian
subjek.
yang mencintai teman kerjanya.
Pengalaman cinta dengan sesama jenis

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


165 Fenomena Cinta Lesbian

Cinta Lesbian A di Kota Kudus

Keintiman (intimacy) Hasrat (passion) Komitmen (commitment)


 Subdimensi baik untuk saya; merasakan  Ketertarikan fisik; menyukai dan  Komitmen jangka pendek; merasakan dan
kenyamanan dan ketenangan dengan menikmati daya tarik fisik dari pasangan mencintai pasangannya
pasangan, tidak bisa berpisah dengan  Kepuasan seksual; melakukan kontak fisik  Komitmen jangka panjang; memiliki
pasangan & selalu ingin bersama, merasa dari mulai berciuman sampai dengan keinginan untuk mempertahankan dan
mendapat dukungan & dorongan dari berhubungan seksual dengan pasangan. berusaha tetap bersatu meskipun tahu
pasangan. Dan bisa merasakan kepuasan ketika bahwa pasangannya belum sepenuhnya
 Subdimensi pasangan spesial; menyukai melakukan hubungan seksual dengan mencintainya.
kepribadian pasangan, menghargai melihat pasanganya mencapai klimaks.
pasangan dengan baik, memiliki  Romansa; merasa selalu terkait dan tidak
keinginan untuk membahagiakan bisa jauh dari pasangan
pasangan, menganggap penting orang
yang dicintai.

Konflik/Permasalahan
Keterangan
Harapan informan
Perselingkuhan, orang ketiga yang muncul dalam
: terbagi, meliputi hubungan, perasaan cemburu karena pasangan masih Berharap yang terbaik untuk pasanganya
bertemu dengan mantannya, tuntutan menikah yang (menikah dengan lawan jenis), namun di
: saling berkaitan,proses
datang dari keluarga informan dan trauma dengan sisi lain siap mengambil resiko dan
: mengalami pasangan lawan jenis yang dirasakan informan. bersedia menikahi pasanganya meskipun
Informan tidak dapat berkomunikasi secara intim, harus keluar Kudus bahkan ke luar negeri
: memiliki, menghasilkan mendalam dan terbuka mengenai perasaan dengan jika ada kesempatan.
pasangan.

Gambar 1.
Skema Interpretasi Cinta A

Subjek tidak dapat berkomunikasi secara pasangan, merasa mendapat dukungan &
intim, mendalam dan terbuka mengenai dorongan dari pasangan. Subdimensi
perasaan dengan pasangan. Tetapi subjek pasangan spesial; menyukai kepribadian
berharap yang terbaik untuk pasanganya pasangan, menghargai pasangan dengan
(menikah dengan lawan jenis), namun di baik, memiliki keinginan untuk
sisi lain siap mengambil resiko dan membahagiakan pasangan, menganggap
bersedia menikahi pasanganya meskipun penting orang yang dicintai, dan
harus keluar dari Kudus bahkan ke luar subdimensi baik untuk siapapun; saling
negeri jika ada kesempatan. Skema mencintai & terbuka untuk berbagi
Interpretasi Cinta A tergambar pada permasalahan satu sama lain.
Gambar 1.
Kemudian terdapat juga dua dorongan
Cerita Cinta B hasrat berupa ketertarikan fisik; menikmati
daya tarik fisik dari pasangan, kepuasan
Pada subjek B, ketertarikannya terhadap
seksual; melakukan kontak fisik dengan
sejenis muncul dari rasa kagum terhadap
pasangan dari mulai berciuman sampai
perempuan. Pengalaman cinta terhadap
melakukan hubungan seksual. Bisa
sesama jenis, juga dialami B sejak remaja.
merasakan kepuasan dan mencapai
Subjek memiliki tujuh pengalaman cinta
klimaks dengan bergantian memuaskan
sampai dengan pasangannya yang
satu sama lain. Dan dua aspek komitmen
sekarang. Dalam hubungan cinta
berupa komitmen jangka pendek;
lesbiannya, subjek mencapai tiga level
mengatakan cinta pada pasangan &
keintiman meliputi subdimensi baik untuk
mencintai pasangannya, komitmen jangka
saya; merasakan bahagia, ketenangan, &
panjang; ingin tetap berpacaran dan bisa
kenyamanan ketika bersama dengan

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


Susanti & Widjanarko 166

75

Cinta Lesbian B di Kota Kudus

Keintiman (intimacy) Hasrat (passion) Komitmen (commitment)


 Subdimensi baik untuk saya; merasakan  Ketertarikan fisik; menikmati daya tarik  Komitmen jangka pendek; mengatakan
bahagia, ketenangan, & kenyamanan fisik dari pasangan cinta pada pasangan & mencintai
ketika bersama dengan pasangan, merasa  Kepuasan seksual; melakukan kontak fisik pasangannya
mendapat dukungan & dorongan dari dengan pasangan dari mulai berciuman  Komitmen jangka panjang; ingin tetap
pasangan. sampai melakukan hubungan seksual. berpacaran dan bisa hidup bersama
 Subdimensi pasangan spesial; menyukai Bisa merasakan kepuasan dan mencapai selamanya meskipun pasangannya di
kepribadian pasangan, menghargai klimaks dengan bergantian memuaskan jodohkan.
pasangan dengan baik, memiliki satu sama lain.
keinginan untuk membahagiakan
pasangan, menganggap penting orang
yang dicintai.
 Subdimensi baik untuk siapapun; saling
mencintai & terbuka untuk berbagi
permasalahan satu sama lain.

Keterangan Konflik/Permasalahan
Harapan informan
: terbagi, meliputi Perselingkuhan di awal hubungan, perjodohan dari
orangtua pasangan, orang ketiga yaitu tunangan dari Ingin menikah dengan lawan jenis yang
: saling berkaitan,proses pasangan yang muncul dalam hubungan. Hal sudah mengerti jati dirinya yang
tersebut membuat komunikasi & intensitas mereka sebenarnya namun di sisi lain tetap
: mengalami untuk bertemu semakin berkurang. Di sisi lain sikap ingin berhubungan dengan pasangan
piln-plan pasangan sering menimbulkan konflik sejenisnya tanpa harus menikah.
: memiliki, menghasilkan dalam hubungan.

Gambar 2.
Skema Interpretasi Cinta B

hidup bersama selamanya meskipun dan pernah bermimpi berciuman dengan


pasangannya dijodohkan. Namun di teman perempuannya. Pengalaman cinta
samping itu juga muncul berbagai pertama dengan sejenis, dialami subjek
permasalahan diantaranya perselingkuhan ketika lulus sekolah tingkat SMP dan
di awal hubungan, perjodohan dari untuk pertama kalinya subjek memiliki
orangtua pasangan, orang ketiga yaitu pasangan sejenis. Subjek memiliki tiga
tunangan dari pasangan yang muncul pengalaman cinta dan dalam cinta
dalam hubungan. Hal tersebut membuat lesbiannya yang sekarang. Dalam
komunikasi & intensitas mereka untuk hubungan cinta lesbiannya, subjek
bertemu semakin berkurang. Di sisi lain mencapai dua level keintiman meliputi
sikap plin-plan pasangan sering subdimensi baik untuk saya; mencoba
menimbulkan konflik dalam hubungan. menghargai pasangan karena tidak bisa
Akan tetapi, di samping itu subjek juga sendiri, merasa mendapat dukungan dari
masih memiliki harapan untuk bisa pasangan. Subdimensi pasangan spesial;
menikah dengan lawan jenis yang sudah menyukai pribadi pasangan, mencoba
mengerti jati dirinya yang sebenarnya membahagiakan pasangan dengan tetap
namun di sisi lain tetap ingin berhubungan bertahan untuk bersama sampai
dengan pasangan sejenisnya tanpa harus hubungannya tidak bisa dipertahankan.
menikah. Skema Interpretasi Cinta B
tergambar pada gambar 2. Kemudian terdapat juga dua dorongan
hasrat berupa ketertarikan fisik; menikmati
Cerita Cinta C daya tarik fisik dari pasangan, kepuasan
seksual; melakukan kontak fisik dengan
Ketertarikannya dengan sesama jenis juga
pasangan dari mulai berciuman sampai
muncul ketika remaja. C merasa senang
berhubungan seksual. Bahkan bisa
dekat dengan teman-teman perempuannya

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


167 Fenomena Cinta Lesbian

89

Cinta Lesbian C di Kota Kudus

Keintiman (intimacy) Hasrat (passion) Komitmen (commitment)

 Subdimensi baik untuk saya; mencoba  Ketertarikan fisik; menikmati daya tarik  Komitmen jangka pendek; hanya
menghargai pasangan karena tidak bisa fisik dari pasangan merasakan sayang pada pasangan.
sendiri, merasa mendapat dukungan dari  Kepuasan seksual; melakukan kontak fisik  Komitmen jangka panjang; hanya
pasangan. dengan pasangan dari mulai berciuman menjalani hubungan dan berusaha
 Subdimensi pasangan spesial; menyukai sampai berhubungan seksual. Bahkan bisa mencintai dengan tulus, namun di sisi lain
pribadi pasangan, mencoba mencapai klimaks dan lebih suka siap jika hubungannya berakhir.
membahagiakan pasangan dengan tetap dipuaskan oleh pasangan.
bertahan untuk bersama sampai
hubungannya tidak bisa dipertahankan.

Keterangan Konflik/Permasalahan
Harapan informan
: terbagi, meliputi Orang ketiga dalam hubungan, tuntutan menikah
Hanya menjadikan status palsu jika
dari keluarga, dilema yang dirasakan informan
informan menikah dengan lawan jenis.
: saling berkaitan,proses karena masih mencintai mantanya. Menyebabkan
Karena informan ingin menikah dengan
kekosongan dalam kebersamaan hubungan
sesama jenis, orang yang ingin
: mengalami informan, tidak bisa berkomunikasi secara terbuka
dinikahinya adalah mantannya.
dengan pasangan.
: memiliki, menghasilkan

Gambar 3.
Skema Interpretasi Cinta C

mencapai klimaks dan lebih suka adalah mantannya. Skema Interpretasi


dipuaskan oleh pasangan. Dua aspek Cinta C tergambar di gambar 3.
komitmen berupa komitmen jangka
pendek; hanya merasakan sayang pada HASIL DAN PEMBAHASAN
pasangan, komitmen jangka panjang;
hanya menjalani hubungan dan berusaha Dari hasil temuan penulis dari lapangan
mencintai dengan tulus, namun di sisi lain berkaitan dengan fenomena cinta lesbian di
siap jika hubungannya berakhir. Kudus, dua subjek yaitu A dan B memiliki
pengalaman cinta sejenis sebelumnya,
Selain itu juga muncul berbagai sedangkan subjek C untuk pertama
permasalahan di antaranya orang ketiga kalinya baru memiliki pengalaman cinta
dalam hubungan, tuntutan menikah dari dengan sejenis. Untuk pengalaman cinta
keluarga, dilema yang dirasakan subjek mereka yang sekarang bermula dari
karena masih mencintai mantanya. Hal keintiman yang terjalin di antara masing-
tersebut menyebabkan kekosongan dalam masing subjek kemudian muncul hasrat
kebersamaan hubungan subjek, tidak bisa dan komitmen sejalan dengan hubungan
berkomunikasi secara terbuka dengan cinta yang mereka jalani.
pasangan.
Pengalaman cinta subjek pertama, A,
Subjek memiliki harapan yaitu hanya dialami ketika subjek lulus sarjana dan
menjadikan status palsu jika subjek mulai bekerja. Subjek didekati oleh teman
menikah dengan lawan jenis. Karena kerjanya, komunikasi terjalin kemudian
subjek ingin menikah dengan dengan timbul rasa takut dan penasaran. Dari rasa
sesama jenis, orang yang ingin dinikahinya penasaran tersebut subjek menyadari
perasaan cintanya untuk sejenis. Subjek

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


168 Susanti & Widjanarko

mengaku mencintai pasangan sejenis Hasil penelitian oleh Bell dan Weinberg
pertamanya. (Peplau & Amaro 1982), dari 283 lesbian
yang tinggal di San Fransisco
Pengalaman cinta subjek pertama, A, menunjukkan tentang berapa lama
dialami ketika subjek lulus sarjana dan hubungan lesbian yang pertama kali
mulai bekerja. Subjek didekati oleh teman dilakukan. Wanita dalam penelitian ini
kerjanya, komunikasi terjalin kemudian rata-rata berumur 22 tahun, ketika mereka
timbul rasa takut dan penasaran. Dari rasa mempunyai “hubungan menetap” yang
penasaran tersebut subjek menyadari pertama. Hampir 90% koresponden
perasaan cintanya untuk sejenis. Subjek mengatakan mereka telah "jatuh cinta"
mengaku mencintai pasangan sejenis dengan pasangan pertama, dan tipikal dari
pertamanya. hubungan pertama berlangsung selama
rata-rata satu hingga tiga tahun. Kurang
Selanjutnya pengalaman cinta pertama dari 8% memiliki hubungan pertama yang
subjek kedua, B, dialami sejak tahun 2007 berakhir dalam tiga bulan atau kurang dari
ketika subjek remaja. Subjek bertemu itu.
dengan cinta pertamanya dari seorang
teman yang memperkenalkan mereka. Pada subjek A, B, dan C mengungkapkan
Subjek mengaku awalnya hanya merasa bahwa mereka jatuh cinta dengan pasangan
kagum dan senang, namun kemudian sejenis pertama mereka. Namun hanya
timbul rasa suka yang tidak biasa, subjek subjek A dan C yang hubungan cinta
menyadari bahwa dirinya menyukai sejenis pertamanya berlangsung selama
sesama jenis dan rasa itu timbul dari dalam lebih dari satu tahun. Sedangkan subjek B
hatinya. Pengalaman cinta pertama subjek hanya berlangsung selama 2 bulan.
hanya berjalan dua bulan. Subjek memiliki
tujuh pengalaman cinta sampai yang Masih dalam hasil penelitian yang sama,
sekarang. Untuk pasangan yang sekarang, hampir setengah dari sampel lesbian
subjek yang terlebih dahulu mendekati dan berkulit putih berusia rata-rata 35 tahun,
mengutarakan cintanya. mayoritas dari mereka memiliki kurang
dari 10 pasangan seksual lesbian selama
Kemudian untuk subjek ketiga, C, juga hidup mereka (Bel dan Weinberg, dalam
mempunyai pengalaman cinta pertama Peplau & Amaro, 1982). Ketiga subjek
ketika remaja, tepatnya setelah subjek lulus memiliki pasangan sejenis yang kurang
SMP. Subjek didekati oleh teman dari 10. Subjek I memiliki satu
perempuannya dan merasa penasaran. pengalaman cinta sejenis, subjek kedua
Setelah berkenalan, subjek merasa nyaman memiliki 7 pengalaman cinta sampai
dan semakin merasa ingin berdekatan sekarang dan subjek ketiga memiliki 3
dengan teman perempuannya. Teman pengalaman cinta.
perempuannya mengutarakan isi hatinya
dan subjek menerimanya karena subjek Berdasarkan teori segitiga cinta Sternberg
juga menyadari rasa cintanya. Subjek (1986) bahwa cinta dapat dipahami melalui
merasa lebih nyaman dengan sesama jenis. tiga komponen yaitu intimacy, passion,
Pengalaman cinta subjek yang pertama dan commitment. Dari hasil analisis ketiga
berlangsung selama tiga tahun. Subjek subjek memiliki semua komponen yang
memiliki tiga pengalaman cinta sampai ada dalam cinta sejenis mereka, namun
sekarang. Untuk pasangan yang sekarang, terdapat perbedaaan dalam masing-masing
subjek yang terlebih dulu mendekati. komponen cinta yang ada dalam hubungan
mereka.

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


169 Fenomena Cinta Lesbian

Komponen yang pertama adalah keintiman konsumsi seksual dan perasaan suka dalam
(intimacy), Sternberg dan Barnes (Putri, suatu hubungan percintaan (Sternberg,
2010) menemukan tiga subdimensi yang dalam Marasabessy, 2008).
dapat lebih menjelaskan komponen
intimacy. Ketiga subdimensi ini mengacu Dari hasil analisis yang penulis lakukan,
pada perbedaan level keintiman. Hasil pada subjek A, B dan C menunjukkan
analisis terhadap ketiga subjek ditemukan dorongan ketertarikan fisik, yaitu subjek
perbedaan level keintiman dalam cinta sama-sama menikmati daya tarik fisik dari
sejenis mereka. Pada subjek A dan B, pasangan sejenisnya. Kemudian untuk
merasakan kenyamanan dan ketenangan dorongan seksual, ketiga subjek
dengan pasangan, tidak bisa berpisah melakukan kontak fisik dengan pasangan
dengan pasangan & selalu ingin bersama, sejenisnya dari mulai berciuman sampai
merasa mendapat dukungan & dorongan dengan melakukan hubungan seksual.
dari pasangan. Pada subjek C mencoba Namun terdapat perbedaan dalam
menghargai pasangan karena tidak bisa pencapaian kepuasan seksual mereka.
sendiri, merasa mendapat dukungan dari Untuk subjek A bisa merasakan kepuasan
pasangan. ketika melakukan hubungan seksual
dengan melihat pasangannya mencapai
Kemudian level keintiman yang mengacu klimaks, pada subjek B bisa merasakan
pada relasi antar keduanya, yang dapat kepuasan dan mencapai klimaks dengan
menjadikan pasangan dan suatu hubungan bergantian memuaskan satu sama lain,
spesial atau unik. Subjek A dan B sedangkan pada subjek C bisa mencapai
menyukai kepribadian pasangan, klimaks ketika dipuaskan oleh pasangan.
menghargai pasangan dengan baik, Sedangkan untuk dorongan romansa hanya
memiliki keinginan untuk membahagiakan muncul pada subjek A, di mana subjek
pasangan, menganggap penting orang yang merasa selalu terkait, ingin selalu
dicintai. Hanya subjek C yang tidak terlalu berdekatan dan tidak bisa jauh dari
menganggap penting pasangannya. pasangan.

Sedangkan untuk level keintiman yang Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
baik untuk satu sama lain dalam hubungan menunjukkan bahwa kebanyakan lesbian
hanya muncul pada subjek B. Subjek B menemukan interaksi seksual mereka
dengan pasangannya saling mencintai dan dengan wanita sangat memuaskan. Lesbian
berbagi permasalahan satu sama lain. bercinta biasanya mengarah ke orgasme
Kesimpulan untuk ketiga subjek hanya Sebagai contoh, lesbian dalam satu studi
subjek B yang mencapai ketiga level mengatakan bahwa mereka jarang
keintiman sedangkan subjek A dan C mengalami kesulitan mencapai orgasme
hanya mencapai dua level keintiman. selama seks (Jay & Muda dalam Peplau &
Amaro, 1982).
Komponen yang kedua adalah hasrat
(passion), merupakan elemen fisiologis Penelitian fisiologis dari aspek seksual
yang menyebabkan seseorang merasa ingin (Kinsey dkk., 1953; Master & Johnson,
dekat secara fisik, menikmati atau dalam Peplau & Amaro, 1982) telah
merasakan sentuhan fisik, ataupun menemukan tidak ada perbedaan dalam
melakukan hubungan seksual dengan pola respon seksual lesbian dan perempuan
pasangan hidupnya. Komponen passion heteroseksual. Tidak mengherankan bahwa
juga mengacu pada dorongan yang mekanisme fisiologis gairah seksual dan
mengarah pada romance, ketertarikan fisik, orgasme sama untuk semua perempuan,

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


170 Susanti & Widjanarko

terlepas dari orientasi seksual. Pemuasan mencintai pasangan sejenis mereka


seksual pada cinta lesbian biasanya sedangkan subjek C mengatakan hanya
berlangsung secara oral (dengan mulut) merasakan sayang pada pasangan
dan melalui alat kelamin bagian luar sejenisnya. Selanjutnya pada subjek A
(Kartono, 1989). Hal ini seperti yang memiliki keinginan untuk
diungkapkan oleh subjek A dan B yang mempertahankan dan berusaha tetap
memperoleh kepuasan seksual dengan bersatu meskipun tahu bahwa pasangannya
bergesekan, fingering dan oral. Ketiga belum sepenuhnya mencintainya.
subjek mendapat kepuasan seks dengan Kemudian subjek B ingin tetap berpacaran
pasangan tetap mereka. dan bisa hidup bersama selamanya
meskipun pasangannya dijodohkan.
Penelitian memeriksa perilaku seksual bagi Sedangkan pada subjek C hanya menjalani
kebanyakan perempuan dalam hubungan hubungan dan berusaha mencintai dengan
lesbian yang menetap, seks yang tulus, namun di sisi lain siap jika
menyenangkan adalah bagian dari hubungannya berakhir.
hubungan tersebut. Di salah satu studi
(Peplau dkk. dalam Peplau & Amaro, Penelitian pada pasangan lesbian
1982), tiga perempat lesbian berkata menunjukkan bahwa hubungan yang
bahwa seks dengan pasangan tetap mereka sukses adalah ketika mereka memiliki
“sangat memuaskan”, dan hanya 4% yang kualitas serta fungsi sama baik dengan
mengatakan bahwa itu sama sekali tidak hubungan heteroseksual. Banyak ilmuan
menyenangkan. yang telah menyimpulkan bahwa lesbian
dan gay lebih banyak memilki kemiripan
Kesimpulannya hanya subjek A yang daripada perbedaan dengan perempuan dan
terdapat ketiga dorongan hasrat seperti pria heteroseksual (Scrivner, Eldridge &
disebutkan di muka. Sedangkan untuk Kurdek dalam Rose & Eaton, 2012).
subjek B dan C hanya terdapat dua
dorongan hasrat di dalam cinta mereka. Bagi kebanyakan lesbian, hubungan cinta
Namun ketiganya sama-sama memiliki sangatlah penting. Bell dan Weinberg
kepuasan secara seksual dengan pasangan (Peplau & Amaro, 1982) bertanya pada
sejenis mereka. lesbian seberapa pentingnya bagi mereka
untuk memiliki kehidupan permanen
Komponen selanjutnya yang juga dengan pasangan homoseksual. Satu dari
merupakan komponen cinta terakhir dalam seperempat lesbian mengatakan bahwa ini
teori Sternberg (1997) adalah komitmen. adalah “hal yang paling penting dalam
Sarwono & Meinarno (2011) mengatakan hidup” dan 35% lainya mengatakan bahwa
bahwa seseorang berkomitmen untuk tetap itu sangat penting. Satu dari 4 wanita
bersama seorang pasangan dalam mengatakan bahwa pengaturan tempat
hidupnya. Sternberg (1997) mengatakan tinggal permanen itu tidak penting
bahwa komponen ini memiliki aspek baginya.
jangka pendek di mana seseorang memiliki
keputusan untuk mencintai orang lain dan Kesimpulannya pada subjek A dan B
aspek jangka panjang di mana seseorang memiliki keinginan untuk hidup permanen
berkomitmen untuk mempertahankan cinta dengan pasangan sejenisnya meskipun
tersebut. terdapat permasalahan dalam hubungan
mereka. Sedangkan subjek C meskipun
Dari hasil analisis yang penulis lakukan, belum yakin dengan perasaannya karena
untuk subjek A dan B mengatakan subjek masih mencintai, merasa lebih

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


171 Fenomena Cinta Lesbian

nyaman dengan mantannya dan baginya perempuan lesbian harus memilih untuk
tidak mudah untuk mencintai dengan tulus, tetap menjadi lesbian atau berhenti
namun subjek tetap memiliki komitmen menjadi lesbian, hal ini disebabkan karena
untuk mencoba mencintai pasangannya seorang lesbian sudah merasa tidak sesuai
dengan tulus. dan sering timbul konflik dengan
pasangannya. Seorang perempuan yang
Hubungan lesbian tidak kebal dari normal sudah pasti akan memilih untuk
masalah. Konflik juga ternyata sering melanjutkan kehidupannya dengan
terjadi dalam hubungan cinta mereka. mencoba untuk berpikir mengenai masa
Sama seperti pasangan heteroseksual dan depannya yaitu menikah dengan laki-laki
gay, pasangan lesbian juga memiliki namun bagi perempuan lesbian hal ini
permasalahan serupa tentang topik seperti merupakan pilihan yang sangat sulit
keuangan, kasih sayang, jenis kelamin, (Nurmala, Anam, & Suyono, 2006).
kritik, dan tugas-tugas rumah tangga
(Peplau & Fingerhut dalam Rose & Eaton, Konflik internal yang muncul dari kedua
2012). Jika seorang lesbian memiliki subjek terdapat perbedaan dan kesamaan.
hubungan yang intim dengan pasangannya, Subjek A memiliki konflik internal yaitu
suatu waktu akan terlihat adanya trauma dengan lawan jenis dan tuntutan
ketidaksesuaian antara keduanya. Konflik menikah yang datang dari keluarganya.
akan semakin mudah timbul bila Subjek B memiliki konflik internal berupa
interdependensi makin meningkat. Bila dilema karena masih mencintai mantannya
interaksi menjadi semakin kerap dan terdahulu, akan tetapi di satu sisi subjek
melibatkan berbagai kegiatan dan hal-hal juga menyayangi pasangannya sekarang
yang semakin luas, peluang untuk dan tidak mau ditinggal sendiri. Selain itu
munculnya ketidaksesuaian akan semakin subjek juga dituntut untuk segera menikah
besar (Sears, dkk. dalam Nurmala, Anam, oleh keluarganya karena sebagian
& Suyono, 2006). saudaranya sudah menikah. Pilihan untuk
menikah dengan lawan jenis merupakan
Ketiga subjek memiliki konflik atau hal yang sulit untuk dilakukan bagi subjek
permasalahan dalam hubungan dan A dan C.
permasalahan internal yang berbeda-beda.
Namun ada beberapa konflik yang sama. Berbagai konflik yang dialami oleh ketiga
Permasalahan dalam hubungan yang subjek di atas, berpengaruh pada hubungan
muncul pada subjek A dan B yaitu cinta mereka. Pada subjek A, tidak dapat
perselingkuhan yang terjadi dalam berkomunikasi secara intim, mendalam
hubungan cinta sejenis mereka. Perasaan dan terbuka mengenai perasaan dengan
cemburu hanya muncul pada subjek A pasangan. Subjek B membuat komunikasi
karena pasangannya masih bertemu dengan & intensitas mereka untuk bertemu
mantannya. Kemudian konflik orang semakin berkurang. Di sisi lain sikap plin-
ketiga dalam hubungan cinta sejenis plan dari pasangan sering menimbulkan
mereka muncul pada semua subjek. konflik dalam hubungan. Sedangkan pada
Sedangkan konflik perjodohan hanya subjek C menyebabkan kekosongan dalam
muncul pada subjek B, dalam hubungan kebersamaan hubungan subjek, tidak bisa
cintanya pasangan sejenisnya dijodohkan berkomunikasi secara terbuka dengan
oleh kedua orangtuanya. pasangan.

Selanjutnya konflik internal yang muncul Selanjutnya dari hasil analisis, di samping
yaitu dari dalam diri lesbian ketika seorang berbagai konflik yang terjadi dalam

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


172 Susanti & Widjanarko

hubungan cinta sejenis ketiga subjek. memiliki tujuh pengalaman cinta dan
Muncul harapan subjek mengenai dalam cinta lesbiannya yang sekarang,
hubungan mereka. Setiap perempuan subjek mencapai tiga level keintiman, dua
memiliki harapan untuk lebih baik level hasrat, dan dua aspek komitmen.
mengenai masa depannya (Nurmala, Terdapat konflik yang berpengaruh pada
Anam, & Suyono, 2006). Ketiga subjek hubungannya, tetapi subjek juga memiliki
yang diteliti di atas memiliki harapan yang harapan untuk tetap bisa hidup bersama
berbeda-beda mengenai masa depannya dengan pasangan sejenisnya. Kemudian
terutama tentang hubungan cinta mereka. pada subjek C, ketertarikannya dengan
sesama jenis juga muncul ketika remaja.
Ada yang berharap yang terbaik untuk Pengalaman cinta pertama dengan sejenis,
pasangannya (menikah dengan lawan dialami subjek ketika lulus SMP. Subjek
jenis), namun di sisi lain siap mengambil memiliki tiga pengalaman cinta dan dalam
resiko dan bersedia menikahi pasangannya cinta lesbiannya yang sekarang, subjek
meskipun harus keluar Kudus bahkan ke mencapai dua level ketintiman, dua
luar negeri jika ada kesempatan seperti dorongan hasrat dan dua aspek komitmen.
yang diharapkan subjek A. Lain halnya Konflik juga muncul serta berpengaruh
dengan subjek B yang ingin menikah pada hubungannya dan subjek memiliki
dengan lawan jenis yang sudah mengerti harapan untuk bisa menikah dengan
jati dirinya yang sebenarnya namun di sisi sesama jenis tetapi yang ingin dinikahi
lain tetap ingin berhubungan dengan subjek adalah mantan sejenisnya yang
pasangan sejenisnya tanpa harus menikah. masih dicintai.
Sedangkan subjek C hanya menjadikan
status palsu jika subjek menikah dengan DAFTAR PUSTAKA
lawan jenis. Karena subjek ingin menikah
dengan sesama jenis, orang yang ingin Budiarty, A. (2011). Gaya hidup lesbian
dinikahinya adalah mantannya. (Studi kasus di kota Makassar).
Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
KESIMPULAN
Hasil penelitian mengenai cinta yang Fandina, F . (2012). Tipe percintaan gay.
dimiliki lesbian menunjukkan bahwa Skripsi Tidak Dipublikasikan.
fenomena cinta lesbian dalam penelitian Bandung: Universitas Pendidikan
ini, pada subjek A ketertarikannya terhadap Indonesia.
sesama jenis sudah terlihat ketika subjek
remaja. Dalam hubungan cinta lesbiannya, Handayani, A. T. (2010). Eksistensi
subjek mencapai dua level keintiman, tiga komunitas lesbian yang
dorongan hasrat dan dua aspek komitmen. terpinggirkan di kelurahan Kuta.
Namun di samping itu juga muncul Skripsi Tidak Dipublikasikan.
berbagai permasalahan yang Denpasar: Universitas Udayana.
mempengaruhi hubungan subjek. Tetapi
subjek juga masih memiliki harapan untuk Kartono, K. (1989). Psikologi abnormal
bisa menikah dengan pasangan sejenisnya dan abnormalitas seksual. Bandung:
yang sekarang. Pada subjek B, Mandar Maju.
ketertarikannya terhadap sejenis muncul
dari rasa kagum terhadap perempuan. Marasabessy, R . (2008). Perbedaan cinta
Pengalaman cinta terhadap sesama jenis berdasarkan teori segitiga cinta
dialami subjek sejak remaja. Subjek sternberg antara wanita dengan pria

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173


173 Fenomena Cinta Lesbian

masa dewasa awal. Skripsi Tidak dewasa muda yang berpacaran.


Dipublikasikan. Jakarta: Universitas Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Gunadarma. Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Miles, M. B, & Hubberman, A. M. (1992).
Analisis data kualitatif. Jakarta: Rose, S. M., & Eaton, A. A. (2012).
Universitas Indonesia Press. Lesbian love, sex, and relationship.
In D. Casteneda & M. Paludi (Eds.).
Mutmainnah, M.B. & Ismi. (2012). An essential handbook of women’s
Perilaku komunikasi antarpribadi sexuality. New York: Praeger.
pasangan gay di kota Makassar
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Saragih, J. I. & Irmawati. (2005).
Makassar : Universitas Hasanuddin. Fenomena jatuh cinta pada
mahasiswi. Psikologia, 1, 1: 48-55.
Novena, T. O. M. (2011). Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2009).
pada butch. Skripsi Tidak Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Dipublikasikan. Semarang : Fakultas Humanika.
Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata. Setiawan, R. D. (2011). Gambaran kondisi
jatuh cinta pada kaum homoseksual
Nurkholis (2013). Faktor-faktor yang pria (gay). Skripsi Tidak
melatarbelakangi lesbian dan kondisi Dipublikasikan. Yogyakarta:
psikologisnya. Jurnal Online Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Psikologi Vol. 01 No. 01. 174-186. Budaya UII.

Nurmala, D., Anam, C. & Suyono, H. Soewandi, H. (14 Juni 2010). Lesbian
(2006). Studi kasus perempuan dalam pandangan psikiatrik.
lesbian (butchy) di Yogyakarta. Kompas.
Humanitas: Indonesian
Psychological Journal, 3, 1: 28 – 37. Sternberg, R. J. (1986). A triangular teory
of love. Psychological Review 1986,
Prima, J. P & Ika, S. D. (2011). Vol. 93, No. 2, 119-135.
Kecemburuan dalam berpacaran
pada gay dewasa dini. Skripsi Tidak Sternberg, R. J. (1997). Construct
Dipublikasikan. Medan: Fakultas validation of a triangular love scale.
Psikologi Sumatera Utara. European Journal of Social
Psychology, 27: 313-335.
Peplau, L. A., & Amaro, H. (1982).
Understanding lesbian relationships.
In W. Paul & J. D. Weinrich,
J.C.Gonsiorek & M.E. Hotvedt.,
Homosexuality: social, psychological
and biological issue. Beverly Hills,
CA: Sage.

Putri, A. S. (2010). Cinta dan orientasi


masa depan hubungan romantis pada

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 160-173

Anda mungkin juga menyukai