m.widjanarko@umk.ac.id
Abstract
The aims of this research is to describe the love phenomenon of lesbians in the Kudus Regency. The subjects
were three lesbian individuals living in Kudus. The research method was phenomenology which based on the
subjective experience or phenomenological experience. The data collecting techniques were observation and
interview. This study applied snowball sampling technique, meaning that the sample was carried out serially by
asking information from previously interviewed subject. The data analysis method was matrix by Miles &
Hubberman consisting of three stages of simultanious activities, they were: data reduction, data presentation and
conclusion or verification. The result shows that two lesbians have experienced lesbian love previously but one
subject has experienced lesbian love for the first time. There are intimacy, passion and commitment in lesbian
love. There is conflict in their relationship but there is also hope for their future lesbian love relationship.
PENDAHULUAN
Selain di kota-kota besar, seperti Jakarta, dapat makam Sunan Muria. Sunan Kudus
Surabaya dan Yogyakarta keberadaan dan Sunan Muria adalah dua di antara
individu yang memiliki orientasi seksual sembilan wali atau penyebar agama Islam
seperti lesbian ternyata juga ada di kota di Jawa. Hal ini menyebabkan masyarakat
kabupaten seperti Kudus, yang merupakan Kudus mempunyai ikatan sejarah dan
salah satu kota di Jawa Tengah. Kudus kultural dengan para wali dan dikenal
dikenal sebagai kota wali karena terdapat sebagai kota yang religius, identik dengan
tempat-tempat bersejarah bagi umat Islam kota santri, dan sejak berdirinya
dan sekaligus menjadi objek ziarah yaitu merupakan bagian dari rangkaian
menara Kudus dengan makam Sunan Ku- penyebaran Islam di Jawa.
dus dan di lereng pegunungan Muria, ter-
160
161 Fenomena Cinta Lesbian
pertama. Pengambilan data melalui cinta lesbian itu pada umumnya jauh lebih
observasi dan wawancara. Analisis data intensif daripada nafsu heteroseksual
menggunakan menggunakan matriks oleh (Kartono, 1989).
Miles & Hubberman (1992) yang terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara Hal ini seperti yang diceritakan subjek A
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian sebagai berikut:
data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. “Nyaman, aku lebih
Kredibilitas hasil penelitian dilakukan nyamanya sama dia, kalau pas
dengan menggunakan ketekunan aku lagi marah sama dia aku
pengamatan, uraian rinci, pengecekan ngeliat dia tuuu….tu marah ku
anggota serta checking dan rechecking tu jadi ilaaang….jadi
data. berkuraaang nggak tahu
kenapa. Pengen marah tapi
nggak bisaa. Dulu waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN awal-awal deg-degan…..trus
kalau lama nggak ketemu dia
Cinta diyakini sebagai salah satu bentuk
trus ketemu dia tu rasanya
emosi yang sangat penting bagi manusia
tenaang banget. Aku yakin aku
(Roediger dkk. dalam Saragih & Irmawati,
gak bisa pisah sama dia 100%
2005). Jatuh cinta umumnya terjadi antara
gak bisa pisah sama dia.
laki-laki dan perempuan, akan tetapi kaum
Kalaupun nantinya aku harus
homoseksual juga mengalami hal ini
pisah aku mesti gak bisa lepas
(Setiawan, 2011).
pas sama dia gak bisa, selalu
ingin tahu keberadanya selalu
Cinta lesbian di abad ke-21 telah
ingin tahu kabar dia pokoknya
memasuki era baru dalam masa bagaimana
semua tentang dia, aku ingin
hal itu dirasakan dan digambarkan secara
tahu” (Wawancara, 10
terang-terangan berkumpul di suatu
Oktober 2013).
tempat, menjadi komunitas yang terbuka.
Perkembangan komunitas lesbian modern
di akhir abad ke-21 ketika lesbian mulai Penelitian pada pasangan lesbian
merayakan sensualitas, bahaya, intensitas, menunjukkan bahwa hubungan yang
dan kenyamanan cinta antara perempuan di sukses ketika memiliki kualitas yang
depan umum. Para lesbian yang terpelajar berfungsi sama seperti dalam hubungan
juga membenarkan catatan sejarah dengan heteroseksual (Scrivner, Eldridge &
menggunakan surat-surat cinta dan puisi Kurdek dalam Rose & Eaton, 2012).
dari berbagai abad yang mana Namun sama halnya dengan heteroseksual,
menunjukkan gairah, kehangatan, dan homoseksual (lesbian) juga mengalami
kasih sayang dari cinta lesbian (Rose & berbagai permasalahan dengan cinta yang
Eaton, 2012). mereka miliki. Peterson (dalam Nurmala,
Anam, Suyono, 2006) mengatakan konflik
Pada umumnya, cinta seorang lesbian itu sering terjadi dalam hubungan yang erat.
sangat mendalam dan lebih hebat dari pada
cinta heteroseksual. Meskipun pada relasi Saat penulis melakukan preliminary
lesbian, tidak didapatkan kepuasan seksual interview dengan teman subjek penelitian,
yang wajar. Cinta lesbian juga biasanya didapatkan pengalaman yang menarik
lebih hebat daripada cinta homoseksual untuk diteliti berkaitan dengan cinta dalam
diantara kaum pria. Elemen erotik dan lesbian, seperti yang dialami perempuan
nafsu-nafsu dahsyat yang bergelora pada bernama D, seperti ini penuturannya:
Konflik/Permasalahan
Keterangan
Harapan informan
Perselingkuhan, orang ketiga yang muncul dalam
: terbagi, meliputi hubungan, perasaan cemburu karena pasangan masih Berharap yang terbaik untuk pasanganya
bertemu dengan mantannya, tuntutan menikah yang (menikah dengan lawan jenis), namun di
: saling berkaitan,proses
datang dari keluarga informan dan trauma dengan sisi lain siap mengambil resiko dan
: mengalami pasangan lawan jenis yang dirasakan informan. bersedia menikahi pasanganya meskipun
Informan tidak dapat berkomunikasi secara intim, harus keluar Kudus bahkan ke luar negeri
: memiliki, menghasilkan mendalam dan terbuka mengenai perasaan dengan jika ada kesempatan.
pasangan.
Gambar 1.
Skema Interpretasi Cinta A
Subjek tidak dapat berkomunikasi secara pasangan, merasa mendapat dukungan &
intim, mendalam dan terbuka mengenai dorongan dari pasangan. Subdimensi
perasaan dengan pasangan. Tetapi subjek pasangan spesial; menyukai kepribadian
berharap yang terbaik untuk pasanganya pasangan, menghargai pasangan dengan
(menikah dengan lawan jenis), namun di baik, memiliki keinginan untuk
sisi lain siap mengambil resiko dan membahagiakan pasangan, menganggap
bersedia menikahi pasanganya meskipun penting orang yang dicintai, dan
harus keluar dari Kudus bahkan ke luar subdimensi baik untuk siapapun; saling
negeri jika ada kesempatan. Skema mencintai & terbuka untuk berbagi
Interpretasi Cinta A tergambar pada permasalahan satu sama lain.
Gambar 1.
Kemudian terdapat juga dua dorongan
Cerita Cinta B hasrat berupa ketertarikan fisik; menikmati
daya tarik fisik dari pasangan, kepuasan
Pada subjek B, ketertarikannya terhadap
seksual; melakukan kontak fisik dengan
sejenis muncul dari rasa kagum terhadap
pasangan dari mulai berciuman sampai
perempuan. Pengalaman cinta terhadap
melakukan hubungan seksual. Bisa
sesama jenis, juga dialami B sejak remaja.
merasakan kepuasan dan mencapai
Subjek memiliki tujuh pengalaman cinta
klimaks dengan bergantian memuaskan
sampai dengan pasangannya yang
satu sama lain. Dan dua aspek komitmen
sekarang. Dalam hubungan cinta
berupa komitmen jangka pendek;
lesbiannya, subjek mencapai tiga level
mengatakan cinta pada pasangan &
keintiman meliputi subdimensi baik untuk
mencintai pasangannya, komitmen jangka
saya; merasakan bahagia, ketenangan, &
panjang; ingin tetap berpacaran dan bisa
kenyamanan ketika bersama dengan
75
Keterangan Konflik/Permasalahan
Harapan informan
: terbagi, meliputi Perselingkuhan di awal hubungan, perjodohan dari
orangtua pasangan, orang ketiga yaitu tunangan dari Ingin menikah dengan lawan jenis yang
: saling berkaitan,proses pasangan yang muncul dalam hubungan. Hal sudah mengerti jati dirinya yang
tersebut membuat komunikasi & intensitas mereka sebenarnya namun di sisi lain tetap
: mengalami untuk bertemu semakin berkurang. Di sisi lain sikap ingin berhubungan dengan pasangan
piln-plan pasangan sering menimbulkan konflik sejenisnya tanpa harus menikah.
: memiliki, menghasilkan dalam hubungan.
Gambar 2.
Skema Interpretasi Cinta B
89
Subdimensi baik untuk saya; mencoba Ketertarikan fisik; menikmati daya tarik Komitmen jangka pendek; hanya
menghargai pasangan karena tidak bisa fisik dari pasangan merasakan sayang pada pasangan.
sendiri, merasa mendapat dukungan dari Kepuasan seksual; melakukan kontak fisik Komitmen jangka panjang; hanya
pasangan. dengan pasangan dari mulai berciuman menjalani hubungan dan berusaha
Subdimensi pasangan spesial; menyukai sampai berhubungan seksual. Bahkan bisa mencintai dengan tulus, namun di sisi lain
pribadi pasangan, mencoba mencapai klimaks dan lebih suka siap jika hubungannya berakhir.
membahagiakan pasangan dengan tetap dipuaskan oleh pasangan.
bertahan untuk bersama sampai
hubungannya tidak bisa dipertahankan.
Keterangan Konflik/Permasalahan
Harapan informan
: terbagi, meliputi Orang ketiga dalam hubungan, tuntutan menikah
Hanya menjadikan status palsu jika
dari keluarga, dilema yang dirasakan informan
informan menikah dengan lawan jenis.
: saling berkaitan,proses karena masih mencintai mantanya. Menyebabkan
Karena informan ingin menikah dengan
kekosongan dalam kebersamaan hubungan
sesama jenis, orang yang ingin
: mengalami informan, tidak bisa berkomunikasi secara terbuka
dinikahinya adalah mantannya.
dengan pasangan.
: memiliki, menghasilkan
Gambar 3.
Skema Interpretasi Cinta C
mengaku mencintai pasangan sejenis Hasil penelitian oleh Bell dan Weinberg
pertamanya. (Peplau & Amaro 1982), dari 283 lesbian
yang tinggal di San Fransisco
Pengalaman cinta subjek pertama, A, menunjukkan tentang berapa lama
dialami ketika subjek lulus sarjana dan hubungan lesbian yang pertama kali
mulai bekerja. Subjek didekati oleh teman dilakukan. Wanita dalam penelitian ini
kerjanya, komunikasi terjalin kemudian rata-rata berumur 22 tahun, ketika mereka
timbul rasa takut dan penasaran. Dari rasa mempunyai “hubungan menetap” yang
penasaran tersebut subjek menyadari pertama. Hampir 90% koresponden
perasaan cintanya untuk sejenis. Subjek mengatakan mereka telah "jatuh cinta"
mengaku mencintai pasangan sejenis dengan pasangan pertama, dan tipikal dari
pertamanya. hubungan pertama berlangsung selama
rata-rata satu hingga tiga tahun. Kurang
Selanjutnya pengalaman cinta pertama dari 8% memiliki hubungan pertama yang
subjek kedua, B, dialami sejak tahun 2007 berakhir dalam tiga bulan atau kurang dari
ketika subjek remaja. Subjek bertemu itu.
dengan cinta pertamanya dari seorang
teman yang memperkenalkan mereka. Pada subjek A, B, dan C mengungkapkan
Subjek mengaku awalnya hanya merasa bahwa mereka jatuh cinta dengan pasangan
kagum dan senang, namun kemudian sejenis pertama mereka. Namun hanya
timbul rasa suka yang tidak biasa, subjek subjek A dan C yang hubungan cinta
menyadari bahwa dirinya menyukai sejenis pertamanya berlangsung selama
sesama jenis dan rasa itu timbul dari dalam lebih dari satu tahun. Sedangkan subjek B
hatinya. Pengalaman cinta pertama subjek hanya berlangsung selama 2 bulan.
hanya berjalan dua bulan. Subjek memiliki
tujuh pengalaman cinta sampai yang Masih dalam hasil penelitian yang sama,
sekarang. Untuk pasangan yang sekarang, hampir setengah dari sampel lesbian
subjek yang terlebih dahulu mendekati dan berkulit putih berusia rata-rata 35 tahun,
mengutarakan cintanya. mayoritas dari mereka memiliki kurang
dari 10 pasangan seksual lesbian selama
Kemudian untuk subjek ketiga, C, juga hidup mereka (Bel dan Weinberg, dalam
mempunyai pengalaman cinta pertama Peplau & Amaro, 1982). Ketiga subjek
ketika remaja, tepatnya setelah subjek lulus memiliki pasangan sejenis yang kurang
SMP. Subjek didekati oleh teman dari 10. Subjek I memiliki satu
perempuannya dan merasa penasaran. pengalaman cinta sejenis, subjek kedua
Setelah berkenalan, subjek merasa nyaman memiliki 7 pengalaman cinta sampai
dan semakin merasa ingin berdekatan sekarang dan subjek ketiga memiliki 3
dengan teman perempuannya. Teman pengalaman cinta.
perempuannya mengutarakan isi hatinya
dan subjek menerimanya karena subjek Berdasarkan teori segitiga cinta Sternberg
juga menyadari rasa cintanya. Subjek (1986) bahwa cinta dapat dipahami melalui
merasa lebih nyaman dengan sesama jenis. tiga komponen yaitu intimacy, passion,
Pengalaman cinta subjek yang pertama dan commitment. Dari hasil analisis ketiga
berlangsung selama tiga tahun. Subjek subjek memiliki semua komponen yang
memiliki tiga pengalaman cinta sampai ada dalam cinta sejenis mereka, namun
sekarang. Untuk pasangan yang sekarang, terdapat perbedaaan dalam masing-masing
subjek yang terlebih dulu mendekati. komponen cinta yang ada dalam hubungan
mereka.
Komponen yang pertama adalah keintiman konsumsi seksual dan perasaan suka dalam
(intimacy), Sternberg dan Barnes (Putri, suatu hubungan percintaan (Sternberg,
2010) menemukan tiga subdimensi yang dalam Marasabessy, 2008).
dapat lebih menjelaskan komponen
intimacy. Ketiga subdimensi ini mengacu Dari hasil analisis yang penulis lakukan,
pada perbedaan level keintiman. Hasil pada subjek A, B dan C menunjukkan
analisis terhadap ketiga subjek ditemukan dorongan ketertarikan fisik, yaitu subjek
perbedaan level keintiman dalam cinta sama-sama menikmati daya tarik fisik dari
sejenis mereka. Pada subjek A dan B, pasangan sejenisnya. Kemudian untuk
merasakan kenyamanan dan ketenangan dorongan seksual, ketiga subjek
dengan pasangan, tidak bisa berpisah melakukan kontak fisik dengan pasangan
dengan pasangan & selalu ingin bersama, sejenisnya dari mulai berciuman sampai
merasa mendapat dukungan & dorongan dengan melakukan hubungan seksual.
dari pasangan. Pada subjek C mencoba Namun terdapat perbedaan dalam
menghargai pasangan karena tidak bisa pencapaian kepuasan seksual mereka.
sendiri, merasa mendapat dukungan dari Untuk subjek A bisa merasakan kepuasan
pasangan. ketika melakukan hubungan seksual
dengan melihat pasangannya mencapai
Kemudian level keintiman yang mengacu klimaks, pada subjek B bisa merasakan
pada relasi antar keduanya, yang dapat kepuasan dan mencapai klimaks dengan
menjadikan pasangan dan suatu hubungan bergantian memuaskan satu sama lain,
spesial atau unik. Subjek A dan B sedangkan pada subjek C bisa mencapai
menyukai kepribadian pasangan, klimaks ketika dipuaskan oleh pasangan.
menghargai pasangan dengan baik, Sedangkan untuk dorongan romansa hanya
memiliki keinginan untuk membahagiakan muncul pada subjek A, di mana subjek
pasangan, menganggap penting orang yang merasa selalu terkait, ingin selalu
dicintai. Hanya subjek C yang tidak terlalu berdekatan dan tidak bisa jauh dari
menganggap penting pasangannya. pasangan.
Sedangkan untuk level keintiman yang Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
baik untuk satu sama lain dalam hubungan menunjukkan bahwa kebanyakan lesbian
hanya muncul pada subjek B. Subjek B menemukan interaksi seksual mereka
dengan pasangannya saling mencintai dan dengan wanita sangat memuaskan. Lesbian
berbagi permasalahan satu sama lain. bercinta biasanya mengarah ke orgasme
Kesimpulan untuk ketiga subjek hanya Sebagai contoh, lesbian dalam satu studi
subjek B yang mencapai ketiga level mengatakan bahwa mereka jarang
keintiman sedangkan subjek A dan C mengalami kesulitan mencapai orgasme
hanya mencapai dua level keintiman. selama seks (Jay & Muda dalam Peplau &
Amaro, 1982).
Komponen yang kedua adalah hasrat
(passion), merupakan elemen fisiologis Penelitian fisiologis dari aspek seksual
yang menyebabkan seseorang merasa ingin (Kinsey dkk., 1953; Master & Johnson,
dekat secara fisik, menikmati atau dalam Peplau & Amaro, 1982) telah
merasakan sentuhan fisik, ataupun menemukan tidak ada perbedaan dalam
melakukan hubungan seksual dengan pola respon seksual lesbian dan perempuan
pasangan hidupnya. Komponen passion heteroseksual. Tidak mengherankan bahwa
juga mengacu pada dorongan yang mekanisme fisiologis gairah seksual dan
mengarah pada romance, ketertarikan fisik, orgasme sama untuk semua perempuan,
nyaman dengan mantannya dan baginya perempuan lesbian harus memilih untuk
tidak mudah untuk mencintai dengan tulus, tetap menjadi lesbian atau berhenti
namun subjek tetap memiliki komitmen menjadi lesbian, hal ini disebabkan karena
untuk mencoba mencintai pasangannya seorang lesbian sudah merasa tidak sesuai
dengan tulus. dan sering timbul konflik dengan
pasangannya. Seorang perempuan yang
Hubungan lesbian tidak kebal dari normal sudah pasti akan memilih untuk
masalah. Konflik juga ternyata sering melanjutkan kehidupannya dengan
terjadi dalam hubungan cinta mereka. mencoba untuk berpikir mengenai masa
Sama seperti pasangan heteroseksual dan depannya yaitu menikah dengan laki-laki
gay, pasangan lesbian juga memiliki namun bagi perempuan lesbian hal ini
permasalahan serupa tentang topik seperti merupakan pilihan yang sangat sulit
keuangan, kasih sayang, jenis kelamin, (Nurmala, Anam, & Suyono, 2006).
kritik, dan tugas-tugas rumah tangga
(Peplau & Fingerhut dalam Rose & Eaton, Konflik internal yang muncul dari kedua
2012). Jika seorang lesbian memiliki subjek terdapat perbedaan dan kesamaan.
hubungan yang intim dengan pasangannya, Subjek A memiliki konflik internal yaitu
suatu waktu akan terlihat adanya trauma dengan lawan jenis dan tuntutan
ketidaksesuaian antara keduanya. Konflik menikah yang datang dari keluarganya.
akan semakin mudah timbul bila Subjek B memiliki konflik internal berupa
interdependensi makin meningkat. Bila dilema karena masih mencintai mantannya
interaksi menjadi semakin kerap dan terdahulu, akan tetapi di satu sisi subjek
melibatkan berbagai kegiatan dan hal-hal juga menyayangi pasangannya sekarang
yang semakin luas, peluang untuk dan tidak mau ditinggal sendiri. Selain itu
munculnya ketidaksesuaian akan semakin subjek juga dituntut untuk segera menikah
besar (Sears, dkk. dalam Nurmala, Anam, oleh keluarganya karena sebagian
& Suyono, 2006). saudaranya sudah menikah. Pilihan untuk
menikah dengan lawan jenis merupakan
Ketiga subjek memiliki konflik atau hal yang sulit untuk dilakukan bagi subjek
permasalahan dalam hubungan dan A dan C.
permasalahan internal yang berbeda-beda.
Namun ada beberapa konflik yang sama. Berbagai konflik yang dialami oleh ketiga
Permasalahan dalam hubungan yang subjek di atas, berpengaruh pada hubungan
muncul pada subjek A dan B yaitu cinta mereka. Pada subjek A, tidak dapat
perselingkuhan yang terjadi dalam berkomunikasi secara intim, mendalam
hubungan cinta sejenis mereka. Perasaan dan terbuka mengenai perasaan dengan
cemburu hanya muncul pada subjek A pasangan. Subjek B membuat komunikasi
karena pasangannya masih bertemu dengan & intensitas mereka untuk bertemu
mantannya. Kemudian konflik orang semakin berkurang. Di sisi lain sikap plin-
ketiga dalam hubungan cinta sejenis plan dari pasangan sering menimbulkan
mereka muncul pada semua subjek. konflik dalam hubungan. Sedangkan pada
Sedangkan konflik perjodohan hanya subjek C menyebabkan kekosongan dalam
muncul pada subjek B, dalam hubungan kebersamaan hubungan subjek, tidak bisa
cintanya pasangan sejenisnya dijodohkan berkomunikasi secara terbuka dengan
oleh kedua orangtuanya. pasangan.
Selanjutnya konflik internal yang muncul Selanjutnya dari hasil analisis, di samping
yaitu dari dalam diri lesbian ketika seorang berbagai konflik yang terjadi dalam
hubungan cinta sejenis ketiga subjek. memiliki tujuh pengalaman cinta dan
Muncul harapan subjek mengenai dalam cinta lesbiannya yang sekarang,
hubungan mereka. Setiap perempuan subjek mencapai tiga level keintiman, dua
memiliki harapan untuk lebih baik level hasrat, dan dua aspek komitmen.
mengenai masa depannya (Nurmala, Terdapat konflik yang berpengaruh pada
Anam, & Suyono, 2006). Ketiga subjek hubungannya, tetapi subjek juga memiliki
yang diteliti di atas memiliki harapan yang harapan untuk tetap bisa hidup bersama
berbeda-beda mengenai masa depannya dengan pasangan sejenisnya. Kemudian
terutama tentang hubungan cinta mereka. pada subjek C, ketertarikannya dengan
sesama jenis juga muncul ketika remaja.
Ada yang berharap yang terbaik untuk Pengalaman cinta pertama dengan sejenis,
pasangannya (menikah dengan lawan dialami subjek ketika lulus SMP. Subjek
jenis), namun di sisi lain siap mengambil memiliki tiga pengalaman cinta dan dalam
resiko dan bersedia menikahi pasangannya cinta lesbiannya yang sekarang, subjek
meskipun harus keluar Kudus bahkan ke mencapai dua level ketintiman, dua
luar negeri jika ada kesempatan seperti dorongan hasrat dan dua aspek komitmen.
yang diharapkan subjek A. Lain halnya Konflik juga muncul serta berpengaruh
dengan subjek B yang ingin menikah pada hubungannya dan subjek memiliki
dengan lawan jenis yang sudah mengerti harapan untuk bisa menikah dengan
jati dirinya yang sebenarnya namun di sisi sesama jenis tetapi yang ingin dinikahi
lain tetap ingin berhubungan dengan subjek adalah mantan sejenisnya yang
pasangan sejenisnya tanpa harus menikah. masih dicintai.
Sedangkan subjek C hanya menjadikan
status palsu jika subjek menikah dengan DAFTAR PUSTAKA
lawan jenis. Karena subjek ingin menikah
dengan sesama jenis, orang yang ingin Budiarty, A. (2011). Gaya hidup lesbian
dinikahinya adalah mantannya. (Studi kasus di kota Makassar).
Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
KESIMPULAN
Hasil penelitian mengenai cinta yang Fandina, F . (2012). Tipe percintaan gay.
dimiliki lesbian menunjukkan bahwa Skripsi Tidak Dipublikasikan.
fenomena cinta lesbian dalam penelitian Bandung: Universitas Pendidikan
ini, pada subjek A ketertarikannya terhadap Indonesia.
sesama jenis sudah terlihat ketika subjek
remaja. Dalam hubungan cinta lesbiannya, Handayani, A. T. (2010). Eksistensi
subjek mencapai dua level keintiman, tiga komunitas lesbian yang
dorongan hasrat dan dua aspek komitmen. terpinggirkan di kelurahan Kuta.
Namun di samping itu juga muncul Skripsi Tidak Dipublikasikan.
berbagai permasalahan yang Denpasar: Universitas Udayana.
mempengaruhi hubungan subjek. Tetapi
subjek juga masih memiliki harapan untuk Kartono, K. (1989). Psikologi abnormal
bisa menikah dengan pasangan sejenisnya dan abnormalitas seksual. Bandung:
yang sekarang. Pada subjek B, Mandar Maju.
ketertarikannya terhadap sejenis muncul
dari rasa kagum terhadap perempuan. Marasabessy, R . (2008). Perbedaan cinta
Pengalaman cinta terhadap sesama jenis berdasarkan teori segitiga cinta
dialami subjek sejak remaja. Subjek sternberg antara wanita dengan pria
Nurmala, D., Anam, C. & Suyono, H. Soewandi, H. (14 Juni 2010). Lesbian
(2006). Studi kasus perempuan dalam pandangan psikiatrik.
lesbian (butchy) di Yogyakarta. Kompas.
Humanitas: Indonesian
Psychological Journal, 3, 1: 28 – 37. Sternberg, R. J. (1986). A triangular teory
of love. Psychological Review 1986,
Prima, J. P & Ika, S. D. (2011). Vol. 93, No. 2, 119-135.
Kecemburuan dalam berpacaran
pada gay dewasa dini. Skripsi Tidak Sternberg, R. J. (1997). Construct
Dipublikasikan. Medan: Fakultas validation of a triangular love scale.
Psikologi Sumatera Utara. European Journal of Social
Psychology, 27: 313-335.
Peplau, L. A., & Amaro, H. (1982).
Understanding lesbian relationships.
In W. Paul & J. D. Weinrich,
J.C.Gonsiorek & M.E. Hotvedt.,
Homosexuality: social, psychological
and biological issue. Beverly Hills,
CA: Sage.