Anda di halaman 1dari 6

Kesesatan berpikir

By novitmp on December 9, 2012 Kesesatan dibagi menjadi 2 : 1. Kesesatan Formal. Pelanggaran prinsip atau kaidah logika. 2. Kesesatan Informal Kesesatan informal terdiri dari : 1. Kesesatan Diksi 2. Kesesatan Presumsi Kesesatan Diksi : 1. 2. 3. 4. 5. Penempatan kata depan yang keliru Mengacaukan Subjek dan Predikat Ungkapan keliru Amfiboli/ambigu Aksen/prosodi. Pemberian tekanan yang salah pada pembicaraan. Misal Anda tidak boleh mengganggu istri tetangga anda. Maksudnya adalah istri rumah tangga manapun. Karena itu berarti anda boleh mengganggu istri dari yang bukan tetangga anda. 6. Alasan yang salah, hanya diandaikan, subjektif. Kesesatan Presumsi dibagi menjadi 1. Kesesatan karena Pernyataan yang mengundang pertanyaan : Pengandaikan tentang kebenaran yang harus dibuktikan, hanya asumsi dan cenderung subjektif. Misal Semua orang religius itu jujur. Dalam hal ini juga dikenal sebagai circulus in probando dimana premis dijadikan kesimpulan dan kesimpulan dijadikan premis. Misal : Semua yang abadi bersifat rohani, karena semua yang non jasmani tidak dapat binasa. 2. Kesesatan karena Menghindari/Beralih dari Persoalan : Membuktikan apa yang seharusnya tidak perlu dibuktikan, tidak membuktikan apa yang seharusnya dibuktikan, menyanggal apa yang sebenarnya tidak dinilai, dan membuktikan sesuatu yang tidak termasuk persoalan. Lebih jelaskan diklasifikasikan dibawah. 3. Kesesatan melalui retorika : Argumen yang lemah bisa lebih meyakinkan kalau dikemas dengan bagus. 4. Kesesatan Psikolog. Menyajikan psikolog atau emosional konklusi dalam argumentasi yang berkaitan dengan isu, namun tidak mendukung premis yang seharusnya didukung. 5. Kesesatan karena dilema semu. Kesesatan terjadi bila kita membatasi pertimbangan hanya pada dua alternatif (sempit), meskipun masih ada alternatif lain. Misal : Seorang diketahui tidak pernah ke tempat sucinya untuk beribadah, karena itu dia dianggap atheis. Anggapan ini hanya melihat 2 alternatif, ke tempat ibadah atau atheis.

Kesesatan Menghindari/Beralih dari Persoalan : 1. Argumentum ad hominem : dialihkan dari pokok persoalan ke orang atau pribadi. 2. Argumentum ad populum : ditujukan pada masa untuk menggugah perasaan agar menyetujui pendapat. Yang ditonjolkan bukan benar atau salah, tapi senang atau tidak senang. Mengabaikan pembuktian logis. Contoh : Anda pasti banyak menyaksikan ketidakberesan di sekitar anda. Banyak terjadi KKN dan kemerosotan moral. Kesenjangan antara kaya dan miskin. Hukum dan perangkat peradilan yang kehilangan wibawa. Partai Jeruk Pungut adalah partai masa depan yang cerah. 3. Argumentum ad misericordiam : persoalan dialihkan ke rasa belas kasihan dan simpati untuk mempermainkan emosi. Contoh : Seorang yang melamar pekerjaan masih menyebutkan bahwa dia harus memberi makan kepada seluruh mulut dan membiayai istrinya yang harus dioperasi karena tumor. Atau, seseorang mahasiswa yang meminta belas kasihan dosen agar diluluskan dalam ujian, karena kalau tidak lulus mahasiswa tersebut akan DO. 4. Argumentum ad crumeman : Persoalan dialihkan ke uang. Misal : Menyogok polisi saat tilang. 5. Argumentum ad verecumdiam : Persoalan dialihkan ke tradisi sebagai dasar. Misal : Saya percaya TUhan karena sudah tradisi agama. Lebih mengutamakan keyakinan tradisi daripada Tuhan itu sendiri. 6. Argumentum ad ignorantiam : Didasarkan karena ketidaktahuan. Kesalahan atau kebenaran suatu premis atau kesimpulan sama sama tidak dapat dibuktikan. Misal Anda tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan ada, maka Tuhan tidak ada. Anda tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan tidak ada, maka Tuhan itu ada. 7. Argumentum ad auctoritatem : Dukungan argumentasi didapat dari kewenangan, otoritas, jabatan atau kekuasaan. Contoh : Tuhan itu ada karena guru agama saya mengatakannya. Roma locuta causa finita. 8. Argumentum ad baculum : Karena ada ancaman (fisik/mental) untuk mendukung kebenaran. Contoh : Seseorang majikan mengancam akan mmecat pembantunya kalau tidak menaati perintahnya. Dosen mengancam tidak akan meluluskan mahasiswa yang suka membantah pendapat dosennya. 9. Argumentasi demi keuntungan seseorang : Mengabaikan masalah dan lebih tertarik pada pendapatan dan keuntungan. Misalnya : Seorang pria kaya membiayai kuliah mahasiswa agar menjadi istrinya. 10. Beralih dari sebab yang sesungguhnya (non causa pro causa/ post hoc ergo propter hoc) : Terjadi karena orang salah menentukan penyebabnya. Berdasarkan dua peristiwa bersamaan, orang cenderung menjadikan peristiwa pertama sebagai penyebab peristiwa kedua. Misalnya : Pada hari Minggu, Nanto memperbaiki genteng rumahnya, sekalian memotong pohon mangga didepan rumahnya dan membersihkan rumah. Pada hari senin, Nanto bangun kesiangan. Tetangganya kemudian berpendapat bahwa Nanto kesiangan karena kemarin telah bekerja keras. Argumentum ad Hominem dibagi menjadi beberapa :

1. Ad personam : Misal, Jangan percaya omongannnya, dia bekas narapidana. Seseorang pengacara bertanya kepada saksi lawannya dengan menjelek2kan pribadi saksi tersebut diluar topik pengadilan, agar semua kata2nya tidak dipercayai publik. 2. Inconsisten ad hominem : Misal, Ada elit politik Indonesia yang menuding HAM sebagai produk Barat dan karena itu harus ditolak. Tetapi dia sendiri paling banyak menggunakan produk Barat. Selain ketiga mobilnya buatan barat, dia juga sering keluar negeri, dan kalau sakit bertobatnya juga keluar negeri. 3. Circumstancial ad hominem : Jangan percaya omongan Romo Bertens tentang bahayanya aborsi, dia kan pastor. Jadi tentu saja ia harus memegang teguh pendapat itu. 4. Fitnah/Poisoning the well : Jangan memiliki hubungan khusus dengannya, orang tuanya bekas PKI dan tidak waras. 5. Positif Hominem : tetap menyesatkan meskipun dalam kalimat positif. Contoh : Ia seseorang yang pandai. Mungkin dia pandai suatu hal, namun tidak terlalu pandai di hal lain.

Kesesatan melalui Retorika : 1. Eufemisme dan Disfemisme : Pilihan kata untuk mengungkapkan sesuatu. Orang yang menentang pemerintah disebut Pembangkang. Kalau pembangkangan itu dibenarkan maka ia disebut reformis (eufemisme). Kalau pembangkangan itu disalahkan maka ia disebut teroris (disfemisme). 2. Perbandingan, Definisi dan Penjelasan Retorik. Perbandingan retorik untuk mempengaruhi sikap. Misal membandingkan wanita dengan bidadari akan mempengaruhi sikap untuk tunduk. Definisi retorik adalah memasukkan prasangka tertentu dalam istilah/sesuatu. Misal aborsi adalah pembunuhan bayi yang belum lahir. Orang akan mudah mengatakan bahwa aborsi itu tidak dapat diterima. Semua organisme yang dapat menghasilkan manusia termasuk embrio fetus atau bayi, sehingga aborsi adalah pembunuhan. Penjelasan retorik dimana penjelas dari premis bisa benar dan bisa tidak. Misal Dia kalah dalam pertandingan karena bermain terlalu hati hati.

3. Stereotipe. Membicarakan tentang sekelompok orang yang dianggap punya ciri yang sama (kaum/orang). Pemikiran/pencirian sekelompok orang dengan tanpa/sedikit bukti. Misal Pemikiran bahwa kaum wanita itu perasa, sedangkan kaum pria itu rasional, orang Jawa itu halus, orang batak itu kasar, atheis itu jahat. Sikap ini sangat menyesatkan. 4. Innuendo. Sindiran tak langsung . Setelah merasa bahwa makanannya kurang enak, sang tamu mengatakan, Saya tidak mengatakan bahwa makanannya tidak enak. saya hanya ingin mengatakan bahwa lukisan di dinding itu bagus. Tamu justru mau mengatakan apa yang menurut pengakuannya tidak mau dikatakan, yakni bahwa makanannya tidak enak. 5. Pertanyaan bermuatan : Pertanyaan yang diajukan tersirat muatan jawaban. Misal Apakah anda senang berjudi ? Kalau dijawab ya berarti anda masih sedang judi, kalau dijawab tidak berarti sebelumnya senang berjudi. 6. Weaseler: Merupakan metode linguistik untuk keluar dari kesulitan. Bila terperangkap dalam suatu klaim, maka membantu kita untuk melindungi klaim tersebut dari kritik dengan memperhalus dan mencari jalan keluar bila klaim itu mendapatkan tantangan. Misal Iklan : Iklan permen karet bebas gula mengklaim bahwa tida dari empat dokter gigi yang disurvey merekomendasikan permen karet bebas gula kepada pasiennya yan mengunyah permen karet. Ada 2 hal yaitu dokter yang disurvey apakah semua dokter indonesia atau hanya dokter yang di survey (setuju dengan produk). Kedua adalah pasien yang mengunyah permen karet. Apa pengaruh permen karet dengan bebas gula. Apakah bebas gula hanya dari mengunyah permen karet. Namun tetap ada kesan dokter gigi merekomendasikan kepada para pasiennya untuk permen karet bebas gula. Kesesatan ini memberi sugesti tanpa sungguh2 membuat klaim itu dapat diyakini oleh seseorang. 7. Meremehkan (downplay) : membuat seseorang atau sesuatu kelihatan kurang penting atau kurang berarti (stereotipe, perbandingan retorik, penjelasan retorik, innuendo). Misal Jangan percaya apa yang dikatakan Marx, dia seorang atheis. Selain itu ada kalimat positif dengan tanda petik seperti Dia seseorang yang Profesional (konotasi negatif). 8. Lelucon/Sindiran. Orang yang paling lucu dan paling banyak membuat pendengar tertawa sering dianggap sebagai pemenang debat. Tetapi para pemikir kritis mampu melihat perbedaan antara argumentasi dan hiburan. Lelucon atau sindiran lucu sangat baik untuk mengangkat masalah, tetapi kurang tepat untuk mengampaikan argumentasi. 9. Hiperbola. Menggambarkan kuku berdasar sebagasi kecelakaan serius adalah hiperbola. Menggunakan istilah fasis untuk melukiskan orang tua yang menegaskan bahwa anak remaja mereka harus sudah berada di rumah pada waktu tertentu juga hiperbola. Peterson adalah pianist yang luar biasa. Itu adalah kalimat biasa, tapi coba dengan kalimat ini. Peterson adalah musisi paling hebat yang pernah hidup. Bagaimana dengan mozart dan korn ?? 10. Pengandaian Bukti. Ekspresi yang dipakai untuk memberi kesan/sugesti bahwa ada bukti atau otoritas untuk semua pernyataan, premis atau klaim. Misal Sumber informasi mengatakan.,.jelas bahwa..,survey menbuktikan,Studi menunjukkan. Harmoko berkata, Rakyat masih menghendaki agar pak harto menjadi presiden lagi. Kesesatan Psikologis :

1. Argumen yang menyinggung perasaan: menyinggung perasaan untuk mengundang emosi dan membuat orang menjadi marah, tidak berpikir jernih, memasukkan konklusi yang bersifat menghasut. Misalnya : Menghadapi isu KKN, kelompok mahasiswa yang vokal mencap organisasi mahasiswa lain sebagai banci dan penakut. Model lainnya adalah mencari kambing hitam dimana menyalahkan kelompok atau orang tertentu sebagai penyebab semua masalah. 2. Rasionalisasi. Pak Parto memutuskan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan istrinya pada hari ulang tahun sang istri dengan membeli sebuah kemeja batik yang bagus. Kemeja ini mahal, katanya kepada sang istri. tetapi kemeja ini akan membuat saya ganteng dan anda akan senang mendampingi saya saat pernikahan anak tetangga kita. Parto mengacaukan keinginan istri dan keinginannya sendiri, lalu merasionalisasikan kehendakkan sebagai kehendak istrinya juga. 3. Dua kesalahan menjadi satu yang benar. Katakanlah anda kesal karena halaman rumah anda selalu dirusak oleh binatang peliharaan (anjing) tetangga. Karena saking kesalnya anda akhirnya mencederai anjing tetangga tersebut. Sebenarnya anjing yang mengganggu halaman tetangga adalah salah, dan mencederai anjing (binatang lainnya) juga salah. Namun dalam hal ini seolah2 membenarnya mencederai anjing karena kesalahan sebelumnya. Dalam hal ini tergantung seberapa terkait, tanpa keraguan pada sebuah kesalahan akhir yng diakibatkan pada kesalahan sebelumnya. 4. Mengalihkan persoalan, tabir asap (Red herring/smokerscreen). Pengalihan masalah agar orang tidak lagi berkonsentrasi pada masalah awal. Misal saat Bill Clinton ada masalah skandal dengan Monica Lewinsky, Bill Clinton memerintahkan untuk menembak pada teroris di Sudan. Ini justru dituduh sebagai pengalihan perhatian. Peristiwa kekerasan di Monas tanggal 1 Juni 2008 dianggap mengalihkan perhatian rakyat pada isu kenaikan BBM. Sumber : Buku Critical THinking, Kasdin Sitohang, dkk

Anda mungkin juga menyukai