Anda di halaman 1dari 6

Kesalahan Berlogika

Rada bingung sebenarnya mau ditaruh di mana..


Berikut adalah kopi-an dari blog nya Bang Fertob http://fertobhades.wordpress.com/200...m-ad-
pusingam/

Sejak lama saya berusaha untuk melatih dan mendisiplinkan diri saya (dan juga otak saya) untuk
melakukan 2 ketaatan :

* Taat Berbahasa
* Taat Logika

Ketaatan berbahasa maksudnya adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar. Apabila
penulisan menggunakan bahasa Indonesia maka bahasa yang saya pakai haruslah memenuhi syarat-
syarat sebagai bahasa yang baik dan benar. Termasuk juga penggunaan kata-kata dalam bahasa
asing dan juga konteks pemakaian bahasa tersebut.

Ketaatan logika mempunyai maksud bahwa ketika menuliskan apa yang ada dalam pemikiran saya
maka saya sedapat mungkin menggunakan logika berpikir yang logis dan sistematis serta sedapat
mungkin menghindari “kesesatan-kesesatan” berlogika (logical fallacies). Penyusunan premises,
arguments, inference, conclusion (saya nggak tau bagaimana menerjemahkannya) :-) dan juga apa
yang dihasilkan dari suatu ide sedapat mungkin tidak sesat dalam berlogika.

Mudah ? Tidak. Justru sangat susah. Ketika saya melihat kembali (review) tulisan-tulisan saya di blog
ini, ternyata masih banyak ditemukan kesalahan berbahasa dan juga kesalahan berlogika. Saya tidak
perlu menyebutkannya tetapi dapat saya pakai untuk memperbaikinya di kemudian hari.

Dengan dasar itulah (kayak nulis jurnal penelitian aja nih :-) ) maka pada tulisan kali ini saya akan
sedikit membahas beberapa kesalahan logika yang sering saya temukan pada diri saya sendiri
maupun pada dunia tulis-menulis. Saya tidak menempatkan diri sebagai polisi logika (mengikuti ide
polisi bahasa) tapi hanya sebagai peringatan bagi diri saya sendiri (dan bagi yang mau) untuk bisa
menerapkan taat logika.

*****************

Logika (logic) menurut beberapa kamus (Oxford, FreeDictionary, Answer.Com, dan Wiki) diartikan
dalam berbagai definisi. Sebenarnya semuanya hampir sama tapi menggunakan “bahasa” yang
berbeda. Sehingga dapat di definisikan logika adalah ilmu pengetahuan (science) tentang penalaran
(reasoning), pembuktian (proof), proses berpikir (thinking) dan pengambilan kesimpulan (inference).

Dalam logika sendiri ada beberapa elemen yang terlibat seperti argumen (argument), premis-premis
(premises), proposisi (propositions), inference, dan conclusion. Saya tidak akan membahasnya secara
detail disini. Implikasi lain dari elemen-elemen dalam logika itu adalah kita dapat mulai dari premis
yang salah, memprosesnya melalui inference yang valid dan menuju pada kesimpulan yang benar.
Contohnya seperti ini :

premis : Semua ikan hidup di lautan


premis : Hiu adalah ikan
conclusion : Oleh karena itu hiu hidup di lautan :-)

Contoh lain ada juga seperti ini (in English) :

premis : Every event has a cause


premis : The universe has a beginning
premis : All beginnings involve an event
inference : This implies that the beginning of the universe involved an event
inference : Therefore the beginning of the universe had a cause
conclusion : The universe had a cause

Ada yang salah dengan proses berlogika diatas ? :-) mari kita telaah….

Selain itu dalam logika sering juga ditemukan kesalahan-kesalahan dalam menerapkan hukum-
hukum logika (yang tidak dibahas diatas). Kesalahan itu sering disebut Logical Fallacy. Kesalahan-
kesalahan itu sangat banyak sekali dan untuk mudahnya bisa dilihat disini.

Pada bagian ini terdapat beberapa kesalahan logika yang sering ditemukan dalam tulisan ataupun
dalam dialog atau bahkan perdebatan.

1. Argumentum ad Crumenam

Fallacy ini timbul ketika uang/kekayaan/harta dipakai sebagai pengukur kebenaran suatu hal.
Dengan kata lain, mereka yang benar adalah mereka yang kaya, atau sebaliknya. Contohnya seperti
ini :

Si John orangnya sangat kaya sehingga dia dapat melakukan apa saja yang benar.

Jika kamu sangat pintar, mengapa kamu tidak kaya ?

atau kalimat yang pernah saya temukan di suatu artikel luar :

Microsoft software is undoubtedly superior; why else would Bill Gates have got so rich?

2. Argumentum ad Hominem

Ini dia fallacy yang seringkali dipakai dalam perdebatan tanpa uang ujung pangkal. Argumen yang
dikemukakan sering tidak tepat sasaran pada pesan/argumen yang disampaikan oleh orang lain
tetapi justru menuju pada si pemberi pesan/argumen itu sendiri (shoot the messenger, not the
message)
Ad hominem sebenarnya banyak bentuknya, tapi terdapat 2 ciri utama dari fallacy jenis ini yaitu :
abusive dan guilty by association.

Abusive; sering digunakan ketika seseorang tidak menerima suatu argumen tetapi justru
mengarahkan argumennya sendiri dengan menyerang si pembuat argumen.

Kau mengatakan bahwa seorang atheis bisa bermoral, maka sekarang aku tahu kalau kau
mengabaikan anak dan istrimu.

Apakah dengan itu kita harus menutup rumah ibadah ? Hitler dan Stalin akan sangat setuju
denganmu.

Guilty by association; terjadi ketika kita mengkaitkan argumen yang disampaikan dengan sesuatu hal
diluar argumen itu, kemudian menyerang si pembuat argumen.

Kamu berpendapat bahwa diskriminasi positif adalah hal yang baik maka Kamu seorang berkulit
putih.

Kamu mengatakan bahwa kesenjangan antara kaya dan miskin adalah hal yang tidak bisa diterima;
orang-orang komunis juga mengatakan demikian, maka kamu seorang komunis.

3. Non Causa Pro Causa

Fallacy ini terjadi ketika sesuatu diidentifikasikan sebagai penyebab dari suatu kejadian, tetapi
sebenarnya bukanlah penyebab yang sesungguhnya.

Saya meminum satu tablet aspirin dan berdoa pada Tuhan, dan sakit kepalaku akhirnya hilang. Jadi
Tuhan yang menyembuhkan sakit kepalaku.
Fallacy ini dapat menyebabkan kebenaran yang sesungguhnya disembunyikan

4. Post Hoc Ergo Propter Hoc

Fallacy ini terjadi ketika sesuatu dikatakan sebagai penyebab suatu kejadian HANYA KARENA hal itu
terjadi sebelum kejadian itu berlangsung.

Uni Sovyet akhirnya runtuh setelah memproklamirkan diri sebagai negara atheis. Oleh karena itu kita
harus menghindari atheisme dengan alasan yang sama.

5. Argumentum ad Ignorantiam

Terjadi ketika kita mengatakan bahwa sesuatu itu BENAR karena tidak ada bukti yang mengatakan
hal itu SALAH, atau sesuatu itu SALAH karena tidak ada bukti yang mengatakan hal itu BENAR.

Tidak ada seorang pun yang melihat kejadian itu, berarti kejadian itu memang tidak pernah terjadi.

Tentu saja Bible itu benar. Tidak ada yang membuktikan sebaliknya (berlaku juga untuk kitab suci
agama lainnya)

Kamu tidak dapat membuktikan pandanganmu, berarti padanganmu itu salah.

Telepati dan fenomena psikis yang lain tidak ada dan tidak pernah ada. Tidak ada seorang pun yang
membuktikan pernah melihatnya.

6. Argumentum ad Logicam

Sering disebut juga fallacy fallacy. Terjadi ketika suatu argumen yang salah karena diberikan sebagai
kesimpulan dari suatu argumen yang juga salah. Sama seperti contoh ikan diatas. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat disini atau disini. Dalam bahasa sederhanyanya, pengambilan kesimpulan atas
suatu argumen dilakukan dengan menggunakan kesimpulan lain yang salah.

Contoh “lucu”-nya bisa dilihat di bawah ini :


“Ambil suatu bilangan pecahan 16/64. Sekarang, hilangkan angka 6 yang ada diatas dan dibawah.
Maka kita akan memperoleh hasil 16/64 = 1/4″

“Tunggu dulu, kamu tidak bisa begitu saja menghilangkan angka 6-nya.”

“Oh, jadi menurutmu 16/64 itu tidak sama dengan 1/4. Begitu menurutmu ?” :-P

(dipersembahkan untuk Pak Guru Matematika yang mengatakan blog ini sebagai “olahraga otak”)

7. Argumentum ad Novitatem/Antiquatem

Fallacy ini timbul ketika sesuatu dikatakan benar dan lebih baik karena merupakan hal yang baru
(novitatem) atau sesuatu dikatakan benar dan lebih baik karena merupakan sesuatu yang sudah
dipercaya dan digunakan sejak lama (antiquatem)

Meng-upgrade komputermu dengan software yang lebih baru akan membuat komputermu lebih
stabil (novitatem)

Sejak ribuan tahun yang lalu Kekristenan percaya pada Yesus Kristus. Kekristenan pasti benar, karena
mampu bertahan dari berbagai tantangan selama itu. (antiquatem)

Hukuman mati adalah hukuman yang benar, karena telah digunakan selama ribuan tahun oleh orang
lain (antiquatem)

8. Argumentum ad Verecundiam

Fallacy ini terjadi ketika timbul pemujian pada diri seseorang yang dipandang positif sehingga apa
yang diucapkannya adalah sebuah kebenaran. Kebenaran kemudian dilihat sebagai suatu pengakuan
atas ototitas seseorang (person) yang mengatakan sesuatu hal. Hal ini sering ditemui ketika kita
menelan mentah-mentah pendapat orang lain yang mempunyai otoritas dalam suatu hal dan
kemudian menjadikan apa yang dikatakan oleh orang itu sebagai kebenaran yang tidak dapat diutak-
utik lagi.

Penrose mengatakan bahwa tidak mungkin membangun kecerdasan komputer. Jadi seperti itulah
memang kenyataannya.

(untuk tau siapa Penrose, silakan tanya Pak Guru Kita *kena dua kali* :-) )

If Aristotle said it was so, it is so.


Pada umumnya ada 7 macam dalam kesalahan berpikir atau kerancuan berpikir

1. Fallacy of Dramatical Instance

Kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan over-
generalitation, yaitu malakukan generalisasi atas suatu kondisi atau persoalanatau dengan
kata lain penggunaan satu atau dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general
atau umum. Kerancuan semacam ini sangat banyak di temui di masyarakat, dan biasanya
overgeneralized di ambil dari satu kasus atau dua kasus sebagai rujukan yang diambil dari
pengalaman pribadi seseorang.
contoh yang sangat konkrit yang terjadi, "wanita itu di sakiti oleh pria sebanyak 3 kali dalam
hidup nya, lalu di berkesimpulan bahwa semua laki2 itu brengsek", itu lah contoh konkrit
yang sering di temui dari fallacy of Dramatical Instance.

2. Fallacy of Retrospective Determinism

Istilah panjang ini sebenarnya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah
yang ada yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak
bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. misalanya "mengapa
pelacuran itu harus dibasmi karena pelacuran itu sepanjang sejarah pelacuran itu ada, dan
tidak bisa dibasmi, oleh karena itu yang harus kita lakukan merelokasikan agar tidak ada
dampak2 yang tidak diinginkan."
singkatnya Determinisme retrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yang seolah - olah
sudah ditentukan oleh sejarah.

3. Post Hoc Ergo Propter Hoc

istilah ini berasal dari bahasa latin,


Post = sesudah
Hoc = Demikian
Ergo = karena itu
Propter = disebabkan
hoc = demikian
intinya, sesudah itu - karena itu - oleh sebab itu.
memang sulit apabila diterjemahkan secara terminologis, tetapi kata2 yang panjang dan sulit
dipahami ini intinya bahwa akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya, akan tetapi
dipercaya bahwa penyebabnya tidak sesuai itu. contoh konkritnya "orang tua lebih
menyayangi seorang anak dibandingkan anak lainnya hanya karena orang tua itu naik
pangkat, keadaan ekonominya yang baik setelah mempunyai anak kesayangannya itu. dulu
orang tua ini sengsara dan yang kena getah anak pertamanya dan berkata "anak pertama ini
membawa sial, zaman anak ini kami sengsara, nah anak yang bungsu ini yang membawa
keberuntungan.

4. Fallacy Of Misplaced Concretness

intinya kerancuan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak, misalnya
"mengapa Negara A miskin? karena sudah menjadi takdirnya negara A miskin, Takdir
merupakan sesuatu yang abstrak, jika jawabannya seperti itu maka Negara A tidak bisa
dirubah lagi menjadi negara yang sejahtera.
5. Argumentum Ad Verecundiam

intinya Berargumen dengan menggunakan Otoritas, padahal otoritas itu tidak relevan dan
ambigu, otoritas itu sesuatu yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak.

6. Fallacy Of Composition

misalnya, dikampung saya, ada orang yang membudidayakan jamur, sehingga menjadi
perusahaan besar dan mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut, lalu melihat itu
seluruh penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan modal berbisnis jamur, akibatnya
semua penduduk kampung saya bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludak
pasokan barang. singkatnya terapi yang berhasil untuk satu orang dianggap berhasil untuk
semua orang, inilah Fallacy of composittion.

7. Circular Reasoning

pemikiran yang berputar - putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang
digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semua, hal ini sangat sering ditemui, ketika saya
berdiskusi dengan teman saya, teman saya mengemukakan hipotesis " apabila organisasi
dikembangkan dengan baik maka program transmigrasi akan berjalan lancar." saya tanya "
apa buktinya organisasi itu berjalan lancar ?" ia jawab "kalau programnya berjalan lancar".
saya tanya lagi "Program lancar, artinya?" ia menjawab " artinya pengembangan
organisasinya baik." inilah contoh circular reasoning, ini sama saja membuat hipotesis "
apabila seorang manusia laki laki, maka dia pasti pria"

Anda mungkin juga menyukai