Anda di halaman 1dari 6

Apa saja kesalahan berlogika yang sering ditemui di internet?

BANYAK SEKALI kesalahan logika (logical fallacy) yang bisa kita temui di internet.
Silakan pergi ke medsos mana saja, terutama Facebook dan Instagram, dan jelajahilah
setengah jam saja, terutama di postingan-postingan saintifik. Kita akan bisa menemukan
ratusan  logical fallacy.

Sebenarnya, tanpa sadar kita juga bisa terjerumus dalam kesalahan logika ini, karena
rupanya ada banyak sekali macamnya. Berikut saya beberkan sedikit di antaranya:

A. Ad Hominem

Ad hominem ini adalah "mengolok-olok" atau kalau mau lebih kerennya, "bukan


pendapatnya yang diserang, tapi malah langsung orangnya". Ini sering sekali kita temui di
internet, terutama di media sosial. Contohnya:

Kamu: "Jadi gini Gan, ledakan di Beirut itu bukan karena bom atom. Kalo iya, pasti  fireball-
nya yang terang banget itu keliatan."

Dia: "Alah, elu pake pp anime, pendapatmu gak diitung."

—atau—

"Jangan percaya teorinya si X. Dia aja orangnya sering mabuk gitu. Suka poligami pula."

B. To Quoque

Ini mirip dengan ad hominem, tapi langsung to the point dengan landasan, "Kamu juga dulu
begitu." Artinya, lawan malah akan men-counter  pendapat yang menentangnya dengan
mengungkit tindakan lawannya yang tidak relevan dengan apa yang sedang mereka
bicarakan. Misalnya:

Kamu: "Ini laporannya kok sumbernya cuma tiga? Harusnya minimal lima!"

Dia: "Kamu juga dulu gitu."

C. Anecdotal
Anecdotal  adalah cacat logika yang menggunakan dirinya sendiri atau pengalaman dirinya
sendiri untuk berpendapat. Cara ini sangat lumrah di kalangan orang awam dan tentu saja
tidak saintifik. Misalnya:

Kamu: "Nih, baca nih! Ternyata ini jenis ular berbisa lo."

Dia: "Ah, aku dulu pernah digigit sama ular itu, nggak kenapa-kenapa kok."

D. Strawman

Cacat logika ini adalah memelintir argumen lawan menjadi argumen baru, padahal lawan
belum tentu pernah mengatakan argumen tersebut. Misalnya:

Kamu: "Maaf ya, kamu saya kasih nilai 50 karena telat ngumpulin tugas."

Dia: "Ah, Bu Guru baperan deh."

E. Special Pleading

Alias kebanyakan alasan. Biasanya digunakan ketika sudah tidak bisa berargumen apa-apa
lagi, dan terlalu gengsi buat minta maaf. Bahasa Jawanya "memper-memperke."  (memantas-
mantaskan). Misalnya:

Kamu: "Tuh kan, bener dia dong berarti."

Dia: "Ya pantes lah, dia kan ahli IT, aku kan cuma lulusan SMA."

F. Red Herring

Alias ngelantur. Lagi bahas apa, tiba-tiba bahas apa. Ini adalah cara berpikir yang
membawa-bawa topik yang tidak relevan dengan yang sedang dibahas. Misal:

Kamu: "Jeff Bezoss ternyata lebih kaya dari Bill Gates, ya."

Dia: "Masih lebih kaya orang muslim yang menunaikan dua rekaat solat fajar."

G. False Dichotomy
Kalau ini bukan A, pasti ini B. Situasi di mana dua sudut pandang alternatif disajikan sebagai
satu-satunya pilihan, padahal nggak hanya itu. Contoh:

Kamu: "Aku kok sebel ya sama wibu."

Dia: "Wah, pasti kamu K-Popers ya?"

—atau—

Kamu: "Sebenarnya kaum vegan itu nggak salah-salah amat, sih."

Dia: "Wah, ada vegan garis keras nih! Mau protes soal kurban ya?"

H. Bandwagon

Bahasa gampangnya, "banyak yang ngelakuin itu juga" atau "banyak yang nyebut gitu
juga." Cara berpikir ini menganggap suatu hal menjadi benar hanya karena banyak orang
yang menganggapnya benar. Jika diteruskan, bandwagon sederhana (seperti istilah,
misalnya) bisa menjadi salah kaprah, alias salah yang sudah dianggap umum. Contoh:

Kamu: "Kok kamu ngerokok, sih? Kamu kan mahasiswa biologi, harusnya tau dong."

Dia: "Temen-temenku ngerokok semua, tuh."

—atau—

Kamu: "Komodo itu bukan dinosaurus. Bukan hewan purba juga."

Dia: "Banyak kok website yang bilang komodo itu hewan purba."

I. Appeal to Popularity

Cacat logika ini cuma ngikut ke kebanyakan orang saja alias ikut-ikutan atau "latah".
Menganggap bahwa suatu hal menjadi benar hanya karena banyak orang yang
mengikutinya, padahal belum tentu. Mirip seperti bandwagon, hanya saja
kalau bandwagon  itu tidak peduli waktunya kapan. Contoh:

Kamu: "Bro, kok elu ikut-ikutan posting status corona itu konspirasi sih?"

Dia: "Temen-temen seangkatanku juga pada posting gitu."

.
J. Appeal to Authority

Mirip seperti yang di atas, tapi kali ini adalah ikut-ikutan yang tenar/udah bernama. Perlu
diingat bahwa ini tidak sama dengan "merujuk pada ahli" atau kalau yang mengatakannya
memang yang ahli di bidangnya. Contohnya:

"Nggak usah pake masker lah, si Jerinx juga nggak pake masker kok. Dia bilang nggak apa-
apa, corona itu bohong."

Apa Jerinx itu ahli mikrobiologi, virologi, imunologi? Bukan, 'kan.

K. Burden of Proof

Atau lebih gampangnya, "buktikan salah saya di mana". Ini jelas cacat logika karena orang
yang klaim-lah yang harus menunjukkan bukti, bukan memaksa orang lain untuk
membuktikan bahwa klaim-nya salah. Contoh:

Dia: "Antartika itu tembok es yang mengelilingi Bumi."

Kamu: "Antartika itu benua."

Dia: "Apa buktinya kalo dia bukan tembok es?"

L. False Cause

Cara berpikir ini adalah menyambung-nyambungkan sebab dan akibat dari berbagai
kejadian, padahal kenyataannya tidak terbukti. Kita lebih mengenalnya dengan nama
cocoklogi. Misalnya:

Kamu: "Main yuk ke pantai C."

Dia: "Jangan, nanti sial! Saudaraku pernah main ke sana juga dan sehari setelah itu dia kena
corona!"

M. Middle Ground

Gampangnya, cacat logika ini adalah berusaha mengambil jalan tengah. Kesalahannya
adalah berpikir bahwa jalan tengah dari kedua argumen pastilah hal yang valid. Padahal
belum tentu. Baru lain lagi kalau kedua argumen sedang diadakan pengujian. Contohnya:
Kamu: "Tugasnya banyak banget ini. Mau dikerjakan sendiri-sendiri atau bareng?"

Dia: "Lebih baik tidak usah dikerjakan!"

N. Cherry Picking

Cacat logika yang satu ini adalah memilah-milah data, yaitu data yang tidak sesuai dengan
opininya tidak akan dipakai meskipun jika jumlahnya lebih banyak dibanding data yang
sesuai dengan opininya. Yang dipakai hanyalah data yang mendukung opini, sedangkan
data lain—yang mungkin lebih valid—diabaikan. Contohnya:

"Oke Google, cari 'Vaksin Sebabkan Autisme'."

"Saya menemukan 1.000.000 hasil yang menyatakan TIDAK dan 10 hasil yang mengatakan
IYA."

"AKU AMBIL YANG 10 ITU!"

O. Composition/Division

Kalau yang ini begini, maka yang itu pasti begini. Atau, lebih detailnya, jika suatu bagian
mempunyai perilaku atau sifat tertentu, maka bagian lain atau keseluruhan objek itu akan
bersifat sama. Contohnya:

"Kue ini krimnya aja udah nggak enak. Apalagi kuenya!"

"Wongso, siswa terpintar di kelasku aja, nggak tahu jawabannya. Apalagi kamu yang ranking
30 dari 32!"

P. Genetic

Cacat logika ini bisa dibilang "jangan langsung percaya". Sebenarnya ini bisa jadi hal yang
penting sih, karena membuat kita bersikap skeptis dulu terhadap informasi yang
meragukan. Namun, ingatlah kalau skeptis yang benar selalu membawa argumen dan dalil,
sedangkan cacat logika yang satu ini tidak pakai argumen.

Kamu: "Bumi terbagi jadi kerak, mantel, inti luar, dan inti dalam."

Dia: "Kamu kata siapa?"


Kamu: "Ilmuwan geologi udah neliti pakai gelombang gempa."

Dia: "Jangan percaya dulu, yang namanya manusia kan sering salah."

Q. Personal Incredulity

Cara berpikir ini menganggap bahwa suatu hal tidak mungkin terjadi atau tidak mungkin
benar, hanya karena dia tidak tahu cara kerjanya atau tidak menguasai bidang keilmuannya.
Contohnya:

"Nggak mungkin Bumi ini udah 4,5 miliar tahun usianya. Sekarang aja baru tahun 2020."

Untuk lebih lengkap dan jelasnya, silakan berkunjung ke page Portal Pembelajaran di
Facebook.

Silakan dibagikan, agar semakin banyak orang yang tahu soal hal ini, dan membuat kita
semakin bijak dan cerdas dalam bermedia sosial.

Anda mungkin juga menyukai