NIM : 042750206
Pada Tugas 1 ini buatlah tulisan tentang (1) Ide, Konsep dan Term;
atau (2) Sesat Pikir, pilih salah satu topik tersebut, nomor (1) atau
(2).
“Sesat Pikir”
Jurnalis dan matematika adalah dua kata yang tidak sepatutnya berada
dalam satu kalimat sampai saya sadar pentingnya logika dan nalar.
Dan matematika punya andil di sana. Minus yang menyeberang ke
tanda sama dengan dan berubah menjadi plus, akar, mengintegralkan
persamaan, belajar mendeduksi dan mencari kesimpulan, membuat
saya, mau tidak mau, mengasah logika.
Oleh karena itu, saya rasa, menggunakan logika dengan baik sejak
sekolah adalah hal yang bijak.
Jadi mari kita mulai dari pengertian. What is logical fallacy? Fallacy
berasal dari kata fallacia yang berarti deception atau “menipu”. Kata
Irving M Copi et al (2014), sesat pikir adalah tipe argumen yang
terlihat benar, namun sebenarnya mengandung kesalahan dalam
penalarannya.
Ada tiga karakteristik logical fallacy:
Misalnya, kamu lupa bawa topi buat upacara. Begitu dikasih tahu guru,
kamu berkilah, “Ya elah. Emang kenapa, sih? Itu banyak juga kok yang
nggak pake topi!”
Padahal, sejak awal kamu udah tahu kalau membawa topi adalah hal
yang wajib ketika upacara. Tapi kamu ngeles dan mencari pembenaran
dengan dalih kalau “nggak bawa topi adalah hal yang benar… karena
banyak orang yang nggak bawa juga”.
Gak gitu dong cara mainnya, Bambang.
Karena kamu pernah mengalami kisah cinta yang buruk sama tiga
mantanmu, kamu nangis sambil jerit-jerit, “IDIH SEMUA COWOK SAMA
AJA!”
Lanjut. Berikutnya ada sesat pikir Post Hoc Ergo Propter Hoc.
Halo. Biar saya kasih tahu satu rahasia: yang bikin nilai kamu bagus
adalah usahamu sendiri. Gimana cara kamu belajar, pengin tahu,
ngulang materi, latihan-latihan soal, atau diskusi bareng temen-temen
kelas.
Kamu ngerjain peer, maka kamu bakalan pintar. Kamu pintar, maka
ulangan bakal lancar. Ulangan bakal lancar, nilai bakal bagus. Nilai
bagus, kamu bakal diterima beasiswa kuliah di Inggris. Kuliah di
Inggris, kamu bisa ketemu bule. Ketemu bule, kamu bisa ajak kenalan
lalu pacaran sama si bule.
Kesimpulan dari slippery slope: kalau kamu ngerjain peer, maka kamu
bisa pacaran sama bule.
See? Itu emang keliatannya terlalu dibuat-buat, tapi kurang lebih kayak
gitu. Dan di dunia ini, benaran ada orang-orang yang menggunakan
slippery slope untuk mengecoh logika kita..
Biar nggak terlalu panjang, maka coba pahamin sesat pikir terakhir ini:
false dicotomy (black or white). Ini juga salah satu kecacatan berpikir
yang banyak banget dilakuin secara nggak sadar. False dicotomy
adalah ketika seseorang menganggap dalam satu argumen, hanya
terdapat dua pilihan.
Padahal nggak gitu, kan? Bisa aja karena si cewek ini simply karena
nggak tertarik ikut ekstrakulikuler itu.
Atau dalam ranah politik, misalnya. Di periode pilpres lalu, ketika kamu
mengkritik Jokowi, maka kamu akan diberikan label sebagai “kampret”.
Sebaliknya, ketika kamu tidak setuju dengan kebijakan/pernyataan
Prabowo, kamu akan dianggap “cebong”.
Belum tentu orang yang nggak suka kampret itu cebong, dan yang
nggak suka cebong itu kampret. False dicotomy yang menyebabkan jadi
gitu, dan malah ngebuat masyarakat seolah hanya punya dua kubu dan
kita dipaksa ditempatkan di salah satunya.
Sebetulnya, masih banyak sesat pikir (logical fallacy) lain yang bisa
kamu pelajarin. Kayak circular reasoning, burden of proof, atau appeal
to fear. Tapi, berhubung artikelnya udah panjang, kita coba buat di
tulisan lainnya ya (kalau kamu setuju ada lanjutannya, tulis di komen!
Komen juga buat kamu yang pernah mengalami logical fallacy di
sekolah ya!).
Rujukan :
https://www.ruangguru.com/blog/sesat-pikir