Anda di halaman 1dari 5

Jenis 

Logical Fallacy
Dalam berlogika, kita mengenal ada beberapa jenis logical fallacy.
Setidaknya, terdapat 10 jenis logical fallacy sering terjadi atau kita temui di
dalam keseharian kita. Barangkali, kita pun sering terjebak dalam logical
fallacy ini. Apa saja jenis-jenis sesat pikir atau logical fallacy ini?
1# Sesat Pikir “Ad hominem”
Sesat pikir ini terjadi ketika si X dan si Y beradu argumen. Ketika beradu
argumen, si X bukannya membantah argumen Y, melainkan justru
menyerang pribadi si Y.

Contoh:
X : “Kita sebaiknya menggunakan teori yang tepat untuk analisa masalah
ini.”
Y : “Ah, dasar cungkring loe, pendapat orang cungkring mana bisa dipakai.”

Nah, kalimat inilah yang termasuk serangan ad hominem, karena yang bukan


mengarah pada logika “pemikiran”, tapi justru ke pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan pembahasan.
Contoh lain:
X : Riset yang Aku lakukan menunjukkan kalau media sosial memang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Y : Aku tidak sependapat denganmu, loh. Aku rasa, Kamu terlalu lebay.
X : Apa Kamu mempertimbangkan margin of error dari risetku?
Y : Tidak! Karena kurasa, Kita tidak bisa mempercayai orang tolol
sepertimu.

2# Sesat Pikir “Straw Man”


Jenis sesat pikir ini dapat terjadi ketika si X dan si Y beradu argumen tentang
suatu masalah, tapi tanggapan yang diberikan sudah di luar konteks masalah
yang dibahas.

Contoh:
Misalnya Si X meminta Si Y untuk segara membayarkan biaya kos-kosan.
Menanggapi hal itu, si Y justru berkata: “Ah, ternyata bagimu uang itu lebih
penting ketimbang persahabatan kita ya!”
Apa yang disampaikan Si Y inilah yang merupakan logical fallacy
straw man. Sebab, Si X dari awal tidak pernah mempermasalahkan atau pun
membahasa persahabatan mereka.
3# Sesat Pikir “Hasty Generalisation”
Sesat pikir jenis ini dapat terjadi ketika seseorang menggunakan sedikit data
untuk melakukan generalisasi. Ingat! Generalisai tidak boleh dilakukan
dengan data yang tidak memadai jumlahnya. Generalisasi yang baik hanya
bisa dilakukan hanya jika jumlah sample memenuhi kriteria. Nah, mengenai
kriteria teknik sampling ini ada bahasannya tersendiri ya.
Contoh sesat pikir hasty generalisastion ini misalnya Si X bertemu dengan
Ayu dan Diah yang merupakan orang Solo. Ayu dan Diah memiliki wajah
yang manis dan ramah. Lalu, Si X berpendapat bahwa semua gadis Solo
adalah gadis yang manis dan ramah. Pendapat Si X inilah hasty
generalization.
4# Sesat Pikir “Begging the Question” atau “Petitio
Principii”
report this adBentuk logical fallacy ini terjadi ketika seseorang
menggunakan pola pikir yang melingkar-lingkar, sehingga pola pikirnya
menjadi tidak jelas bagian mana yang argumen dan mana pendukung.
Contoh:
Ibu : Nak, ayo bersihkan meja belajarmu!
Anak : Kenapa?
Ibu : Karena meja belajarmu harus dibersihkan!

Apa yang disampaikan si Ibu adalah sesat pikir begging the question. Ibu
tidak menjelaskan alasan kenapa meja belajar anaknya harus dibersihkan,
sesuai pertanyaan si anak. Tapi, si Ibu justru memberikan jawaban yang sama
dengan perintah sebelumnya, “Karena meja belajarmu harus dibersihkan”.
Jawaban si Ibu bukanlah penjelasan, melainkan argumen yang melingkar.
5# Sesat Pikir “Post Hoc”
Jenis sesat pikir Post Hoc terjadi ketika kita yakin, bahwa suatu peristiwa
saling berhubungan karena kejadiannya berdekatan waktunya. Sederhananya,
lantaran A terjadi sebelum B, berarti A yang menyebabkan terjadinya B,
sementara keyakinan ini tanpa didukung bukti.

Contoh:
Si X kejatuhan cicak di kepalanya, lalu ia mengalami kecelakaan. Si X
meyakini kalau dia mengalami kecelakaan karena cicak.

6# Sesat Pikir “Ad Ignorantum”


Sesat pikir ini terjadi ketika seseorang berargumen bahwa A itu sama dengan
B, padahal ia tidak tahu apa itu A.

Contoh:
X: Buku tulisan Mawar itu tidak bermutu. Tidak menarik dibaca. Ceritanya
basi.
Y: Kamu sudah membacanya ya?
X: Lah, ngapain mesti baca buku yang tidak bermutu?
Apa yang disimpulkan si X adalah suatu sesat pikir. Ia sendiri tidak pernah
membaca buku tulisan Mawar, tapi ia sudah bisa menyatakan bahwa buku itu
tidak bermutu, tidak menarik dan basi. Seharusnya, ia menyelesaikan dulu
bacaannya, baru pendapatnya bisa diterima.

7# Sesat Pikir “Burden of Proof Reversal”


Sesat pikir ini dapat terjadi ketika seseorang memberikan argument, tetapi
ketika ia ditanyakan buktinya oleh orang lain, ia justru meminta orang itulah
yang membuktikan.

Contoh:
X: Pemimpin itu orang baik!
Y: Buktinya apa kalau dia orang baik?
A: Lha, memangnya Kamu bisa buktikan kalau dia itu bukan orang baik?
Tidak bisa kan? Ya berarti dia itu orang baik.

8# Sesat Pikir “Non Sequitur”


Sesat pikir ini terjadi ketika argumen yang disampaikan seseorang benar,
akan tetapi kesimpulannya yang diambil salah. Atau bisa juga terjadi ketika
argumen dan kesimpulan sama-sama benar, akan tetapi tidak ada hubungan
logis dari keduanya.
Contoh:
X : Rokok ini berbahaya. Bisa menyebabkan kematian dan kanker.
Y : Orang-orang mati karena Kanker, bahkan sebelum rokok ditemukan. Jadi,
rokok tidak menyebabkan kanker.

9# Sesat Pikir “False Dichotomy”


Jenis sesat pikir ini dapat terjadi ketika dalam berargumen, si A memaksa si
B untuk hanya memilih antara dua pilihan saja yang tersedia, antara X atau Y
saja, dan tidak memberikan ada opsi lain.

Contohnya:
Dalam dunia politik Indonesia, masyarakat mengenal adanya sebutan
“cebong” dan “kampret”. Lalu, jika seseorang sedikit mengkritik pemerintah,
dia digolongkan dalam kaum “kampret”, dan sebaliknya jika sedikit saja
memuji keberhasilan dari kinerja pemerintah, dia disebut kaum “cebong”.

Contoh lain, seseorang ditanya : Kamu kelompok kapitalis atau sosialis?

Pertanyaan ini adalah contoh false dichotomy. Pertanyaan ini seolah


menyiratkan bahwa tidak ada kelonpok selain kapitalis atau pun sosialis, atau
kedua kelompok ini seolah saling bertentangan.
10# Sesat Pikir “Bandwagon”
Jenis sesat pikir ini terjadi ketika seseorang beranggapan bahwa sesuatu itu
benar karena mayoritas orang memiliki pendapat yang sama dengannya.
Padahal, tidak ada dasar yang jelas dan logis untuk pernyataannya.

Contoh:
X : Orang-orang dalam kelompok “XYZ” itu rasis.
Y : Kenapa? Kamu bahkan belum pernah bertemu dengan mereka?
X : Yak arena orang-orang menyatakan begitu. Artinya itu benar.
Hasna Wijayati
seorang pembaca, penulis, pelajar, pengajar dan penggiat segala hal yang berhubungan
dengan ilmu. Karena hidup itu laksana sekolah. Baca profil lengkapnya disini.

Anda mungkin juga menyukai