SOSIOLOGI POLITIK
Dari Introduksi Teoretis Ke Praksis Normatif
Diterbitkan oleh:
PANDORA
(Divisi Penerbitan CV. Bildung Nusantara)
Graha Banguntapan B-23
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Email: penerbitpandora@gmail.com
Website: www.pandora.com
Anggota IKAPI
Puji dan syukur, terhaturkan pada Tuhan yang maha Esa. Tanpa
daya dan rahmatNYA, kami tak akan mampu memiliki sempat dan
juga tenaga dalam merampunkan buku ini. Sholawat serta salam
tetap teralirderaskan pada praktisi sosiologis revolusioner kita, Nabi
Muhammad SAW. Tanpanya, kita masih dalam kegelapan jahiliyah.
Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan kumpulan
ide-ide pokok pengatahuansosiologis.Tentunya,ide-ideyangdimaksud
adalahhasilpenggabungan pengetahuan yang diserap selama study dan
refleksi penting dalam pengembangannya. Proses penyusunan buku
ini, disadari memiliki kesamaan dengan karya-karya lain sebelumnya,
yang demikian sangat disadari betul oleh kami. Sebab beberapa
kontruksi teoretik yang dibahas merupakan teori yang telah umum
dipahami. Namun, ada hal yang berusaha dikembangkan dan tentu
menjadi pembeda dari buku sosiologis lain. Buku ini mengupayakan
pemehaman yang lebih komprahensif dan tentu dapat secara mudah
dipahami oleh pembaca.
Diskursus teoretik sosiologi politik sangat komplek dan tidak
mudah dipahami. Keilmuan politik (tanpa dihubungkan dengan
pemahaman sosiologi) secara praksis telah secara terpadu merupakan
bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Jadi pengistilahan “sosiologi
politik”, jika dipandang secara sederahana tidak diperlukan. Sebab,
PENGANTAR PENULIS v
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Sociology Concept 2
B. Politic Concept 9
C. Historitas Sosiologi Politik 13
D. Konseptualisasi Sosiologi Politik: Upaya
Pengembangan Praksis Normatif 24
A. Sociology Concept
Keilmuan sosiologis sebenarnya berasal dari akar
pemahaman tentang kehidupan masyarakat dengan segala
realitas dan tindakannya Jadi objek kajian yang rumpun
ilmu sosilogi adalah masyarakat. Beberapa pakar seperti,
Brinkherhof, White, Horton, Hunt, hingga Peter L
Berger, dalam membangun konsepnya masing-masing ada
perbedaan dalam hal terminologi masyarakat sebagai objek
kajian utama ilmu sosiologi.
Penulis akan mengawali dari konsepsi Brinkherhof
dan Lyann K. White.2 Keduanya memahami masyarakat
sebagai objek utama ilmu sosiologi mengarah pada aktifitas
manusia saja. Baginya disebut masyarakat apabila ada
sekumpulan manusia yang saling melakukan interaksi.
Sehingga bagi keduanya ilmu sosiologis merupakan bidang
ilmu yang memepelajari tentang pola-pola, perkembangan,
dan perubahan interaksi manusia itu sendiri.3
Untuk lebih rincinya, perlu lebih dahulu memahami
apa sebenarnya yang dimaksud interaksi sosial. Interaksi
2
Brinkherhof merupakan tokoh sosiologi kontemporer yang menulis bersama beberapa
teman-teman. Salah teman yang dikenal adalah Lynn K. White. Pada tahun 2013,
keduannya menulis buku bersama teman-teman dengan judul Essentials of Sociology.
Buku tersebut merupakan buku keduanya yang sebenarnya telah ditulis sejak tahun
1989.
3
David B. Brinkerhoff and Lynn K. White, Essentials of Sociology (San Fransisco:
Publishing Company, 1989). 4
asal Australia. Sedangkan Hunt berasal dari Filipina. Karya keduanya terkait dengan
sosiologi sangat fonomenal dan terdiri dua jilid. Bahkan J Stor, org, menobatkan Hunt
sebagai bapak Sosiologi Filipina (Father of. Philippine Sociology).
6
Paul B. Horton and Chester L. Hunt;, Sosiologi Jilid 1, Ed.ke-6 (Jakarta: Erlangga,
1999).3
7
Horton and Hunt; 59
10
Damsar.8
11
Maurice Duverger, Sociologia Politica (Barcelona: Ariel., 1968). 19
27
Outhwaite and Turner. 26
30
Juan J. Linz and Alfred Stepan, Problems of Democratic Transition and Consolidation:
Southern Europe, South America, and Post-Communist Europe (Baltimore: Johns Hopkins
University Press, 1996). 359
31
Outhwaite and Turner. 27
* The New Handbook of Political Sociology, ed. by Thomas Janoski and others (Cambridge,
United Kingdom ; New York, NY: Cambridge University Press, 2020). 35-236
** Betty A. Dobratz, Lisa K. Waldner, and Timothy Buzzell, Power, Politics, and Society:
An Introduction to Political Sociology, 2nd edition (New York: Routledge, 2019). 1-375
*** Outhwaite and Turner. 280-474
40
Falsifikasi merupakan paradigma penelitian yang menguju tesa dengan pertanyaan
apakah bisa disalah atau tidak. Lengkapnya baca, Karl R. Popper, The Logic of Scientific
Discovery (USA: Martino Fine Books, 2014).
41
W. G. Runciman, Social Science and Political Theory, 2 edition (Cambridge: Cambridge
University Press, 1969). 169
44
Fitria Dewi. 9
3
Lindsey Richardson, Evan Wood, and Thomas Kerr, ‘The Impact of Social,
Structural and Physical Environmental Factors on Transitions into Employment
among People Who Inject Drugs’, Social Science & Medicine, 76 (2013), 126–
133.
4
Arnold S. Feldman and Charles Tilly, ‘The Interaction of Social and Physical
Space’, American Sociological Review, 25.6 (1960), 877–884.
5
Farnaz Javadi and Hossein Noormohamadzad, ‘The Comparison between the
Identity Structure of the Society and the Physical Structure of the City’, Journal
of Architecture and Urbanism, 41.1 (2017), 34–45.
A. Struktural Fisik
Sebagai sebuah keniscayaan, manusia selalu
tergantung pada geografis dan demografis. Suku nomaden
pun, tetap tergantung pada aspek itu. Walaupun tidak
berdiam dala satu wilayah khusus, namun keberadaanya
didasarkan pada sisi tersebut. Setiap tanah pasti didiami
oleh sekumpulan manusias dengan jumlah dan kepadatan
tertentu. Perkumpulan itulah yang dikenal sebagai sebuah
“negara”. Begitulah difinisi sederhanya. Sehingga jika
negara dikatakan demikian, maka negara artinya satu jenis
komunitas suatu karakteristik yang berlaku untuk hampir
semua komunitas.
Fenomena kekuasaan terkait erat dan sangat
dipengaruhi oleh struktur fisik atau segi geografisnya.
Baik segi geografis tanah sebagai tampa antonisme antar
satu dengan yang lain dari dalam memperoleh kekuasan
atau sebagai medan integrasi kepentingan sosial. Seluruh
hal yang kaitanya dengan tanah selalu menjadi istimewa
bahkan menjadi akar tindakan sosial masyarakat. Misalnya,
adanya konflik, yang mendasari selalu terkait, atas batas
wilayah, pengausaan bahan mentah, jalur transportasi
dan semacamanya, yang pada perkembangannya disebut
sebagai benturan kepengtingan pengusaan kuasa geografis.
7
Penjelasan ini salah satunya disampaikan oleh Montesquieu. Ia menjelaskan
setiap karekter manusia selalu dipengaruhi oleh tingkat suhu wilayah dimana
ia tinggal. Lengkapnya baca, Charles Lois Montesquieu, The Spirit of Laws,
Revised edition (Amherst, N.Y: Prometheus, 2002), XVIII.
B. Struktural Sosial
Berbeda dengan struktur fisik, struktur sosial lebih
berbicara stratifikasi politik berdasar interaksi sosial
manusia. Secara teoretis tidak akan berbicara materi alam
maupun mesin dan bahan bakunya. Namun lebih pada
proses penemuan materi (alat, mesin), interaski kolektif
(perusahaan bisnis, sistem perkawinan), dan juga yang
kan membicarakan doktrin dan budaya, baik dari barat
maupun timur. Namun perlu dipahami lebih dahulu,
perbedaan struktur "fisik" dan "sosial" belum secara
jelas. Sebagaimana yang penulis sebutkan di awal bahwa
keduanya saling berkaitan dan kadangan terintegrasi.
Misal klasifikasi umur, ikut serta menentukan klasifikasi
sosialnya. Seorang anak tidak mungkin dapat secara mudah
berkumpul dengan populasi orang tua.
Stuktural Sosial dapat diibaratkan sebagai hal yang
abstrak. Bukan materi, namun hal yang lahir dari materi
itu sendiri atau dari kehidupan sosial masyarakat. Struktur
yang terbentuk dalam sub ini didasarkan pada seluruh hal
yang berkaitan dengan nilai, norma bahkan pengetahuan
secara sesuatu yang dengan sengaja dikembangkan.
Dengan kata lain, pada sisi ini, struktur dianggap dibangun
oleh subjektifitas manusia baik sebagai yang memiliki
kepentingan masing-masing atau yang membutuhkan
14
Sebenarnya, dalam karyanya ia menjelaskan tentang personal manusia. Namun,
paradigam yang dibangun dalam mengkajinya lebih fokus pada posisi manusia
dalam kehidupan sosial. Lenglapnya baca, Ralph Linton, The Study of Man: An
Introduction (USA: D. Appleton-Century Company, incorporated, 1936).
4
Robert Conquest, Reflections on a Ravaged Century, Reprint edition (New York:
W. W. Norton & Company, 2001). 74
5
George A. Reisch, How the Cold War Transformed Philosophy of Science: To the
Icy Slopes of Logic (USA: Cambridge University Press, 2005). 153-154
11
Victor T. Le Vine, Politics in Francophone Africa (Colarado: Lynne Rienner
Publishers, 2004).
12
Rush and Althoff.
13
Fred W. Riggs, Administration in Developing Countries: The Theory of Prismatic
Society (Place of publication not identified: Houghton Mifflin Co, 1964). 31
14
M. Munandar Soelaiman, Dinamika Masyarakat Transisi : Mencari Alternatif
Teori Sosiologi Dan Arah Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998). 31
15
Ishomuddin, Perubahan Orientasi Budaya Dan Integrasi Masyarakat Prismatik :
(Kajian Pada Warga Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama Di Kabupaten
Lamongan) (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2007). 152
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1982). 188
17
Riggs. 37
18
Riggs. 26
19
Vine.
Damsar. 191-192
9
B. Participation Scope
Pada penjelasan ini, penulis akan berusaha
menggambarkan ruang partisipasi politik yang telah dikaji
oleh beberapa pakar. Yang demikian sangat penting sebagai
fondasi formulasi praksis normatif sosiolologi politik.
10
Entus Sukria, Simpul-Simpul Dinamika Strategi Pembangunan: Good Governance
(Jakarta: Kencana Mas Publishing House, 2005). 53-54
11
Ranjabar. 231-233
12
Damsar. 197-198
13
Sahid Gatara, Sosiologi Politik : Konsep Dan Dinamika Perkembangan Kajian
(Bandung: Pustaka Setia, 2018). 312
C. Participation Typology
Tipologi partisipasi politik menjadi banyak macamnya
saat merebaknya sistem demokrasi politik di beberapa
negara. Mufti, Dkk, banyak menulis tentang era demokrasi
dengan hubungan pada diskursus pengembangan konsep
pengembagan partisipasi masyrakat. Menurut sistem
demokrasi menjadi sistem yang paling baik dalam
mengmebangkan partisipasi politik masyarakat. Dalam hal
ini, katanya ada tiga yang alasan kenapa demikian, yakni
pertama, demokrasi merupakan sistem yang berbasiskan
pada pengehargaan kehormatan manusia. Sehingga dunia
16
S. Eko, Voice, Acces Dan Control (Yogyakarta: AMD Press, 2004). 222
17
Muslim Mufti, Teori-Teori Demokrasi, ed. by Beni Ahmad Saebani (Bandung
/ west java: CV. Pustaka Setia, 2013), 191.
18
David F Roth and Frank Lee Wilson, The Comparative Study of Politics (Boston:
Houghton Mifflin, 1976). 159
Non-Participant
4
Dalam buku keduanya, banyak dibicarakan tentang persoalan rekrutmen yang
masih terkesan diskriminasi pada kulit hitam, perempuan dan kaum lemah
lainnya. Lengkapnya, Pippa Norris and Joni Lovenduski, Political Recruitment:
Gender, Race and Class in the British Parliament (Cambridge University Press,
1995).
1
Duverger, Sociologia Politica. 37
2
Outhwaite and Turner. 197
3
Ardial, Komunikasi Politik (Jakarta: Indeks, 2009). 23
4
Brian McNair, An Introduction to Political Communication, 5th edition
(London ; New York: Routledge, 2011). 1-67
7
Gun Gun Heryanto, Problematika Komunikasi Politik (IRCiSoD, 2018). 10-
519
9
Siti Nimrah and Sakaria Sakaria, ‘Perempuan Dan Budaya Patriarki Dalam
Politik: Studi Kasus Kegagalan Caleg Perempuan Dalam Pemilu Legislatif
2014’, The POLITICS : Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,
2015, 173–81.
10
Jean Bethke Elshtain, Public Man, Private Woman (USA: Princeton University
Press, 1993). 302
14
Tsfira Grebelsky-Lichtman and Liron Bdolach, Political Communication
Framework for Female Politicians (Jarusalem: The Hebrew University, 2017),
xxiii.
17
McNair. 4
1
Duverger, Sociologia Politica. 109
5
Ernesto Laclau, Politics and Ideology in Marxist Theory: Capitalism, Fascism,
Populism (USA: Verso Books, 2012). 106
10
Duverger, Sociologia Politica. 112-113
12
Duverger, Sociologia Politica. 116
13
Hans Eysenck, The Psychology of Politics (New Brunswick, N.J., U.S.A:
Routledge, 1998).
18
Katharine A. Mackel, ‘Fascism: A Political Ideology of the Past’, Inquiries
Journal, 2.11 (2010).
19
Adam Westoby and Ronald J. Hill, ‘Communism and Political Evolution’,
Journal of Communist Studies, 8.1 (1992), 160–174.
20
Duverger, Sociologia Politica. 133-175
13
John Locke, A Letter Concerning Toleration (USA: Merchant Books, 2011). 230
14
Jean-Jacques Rousseau and Garnier Flammarion, Du Contrat Social (Paris:
French and European Publications Inc, 1976). 47-53
15
Immanuel Kant, Perpetual Peace A Philosophical Essay 1917 (USA: Generic,
2016). 53
A. Kesimpulan
Ada beberapa sub bahasan yang sebenarnya merupakan
bagian penjabaran yang tak bisa dipisah-pisahkan. Mulai
dari bab 1 hingg bab VII penulis menjabarkan sub demi
sub dalam satu penjelasan yang saling berkaitan. Pertama,
penulis terlebih dahulu merinci beberapa persoalan
mendasar sosiologi politik. Dalam hal ini penulis berusaha
meenggambarkan secara utuh konsepsi teoreti dana upaya
pengembangan conseptual framework sosiologi politik.
Inti dari pembahasan awal ini mengupayakan pencarian
pertemuan antara dua konsepsi ilmu yakni berbeda yakni