Anda di halaman 1dari 46

BAHAN KULIAH

LOGIKA

UNIKA SANTU PAULUS RUTENG


TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
SESAT PIKIR
1.1 Pendahuluan
• Berpikir adalah actus humanus: setiap orang
berpikir.
• Tidak semua actus berpikir adalah sungguh-
sungguh berpikir. Berpikir bukan berarti
membayangkan atau mengingat sesuatu.
• orang disebut berpikir apabila orang menyusun
ide. Ide adalah representasi intelektual yang
memotret esensi dari fenomena yang berubah dan
beragam.
• kebenaran ditemukan di dalam sebuah putusan.
Karena itu, berpikir adalah aktivitas menyatukan
ide-ide menjadi keputusan. Misalnya, kita
menyatukan ide kursi dan ide merah menjadi
keputusan kursi berwarna merah. Berpikir
menyatukan subjek kursi dan predikat merah
menjadi proposisi kursi berwana merah.

• berpikir adalah sebuah penarikan kesimpulan.


Berpikir dapat diartikan sebagai penarikan
kesimpulan dari berbagai fenomena, peristiwa, ide,
keputusan yang kita dapati dalam keseharian.
1.2. Kesesatan Berpikir atau Fallacia
Bahasa adalah ungkapan pikiran kita. Menurut
Heidegger: language is the house of human being.
Karena itu bahasa harus mampu mengungkapkan
pikiran kita. Namun seringkali kita temukan bahwa
bahasa yang kita gunakan tidak cukup kuat dan
tepat mengungkapkan pikiran kita.
1.3. Fenomena Sesat Pikir
Faktor Penyebab:
1) suatu argumen memuat premis yang terbentuk dari proposisi
yang keliru.
Contoh:
Premis 1: ABRI harus menjalankan dwifungsi sipil-militer.
Premis 2: Tentara bayaran tidak memperhatikan fungsi sipil.
Kesimpulan: jadi, ABRI tanpa dwifungsi akan sama dengan
tentara bayaran.

2) Sebuah argumen mengandung premis-premis yang tidak


berhubungan dengan kesimpulan.
Contoh:
Premis 1: Sifat Tuhan adalah kekal abadi.
Premis 2: Pancasila memuat nilai-nilai yang kekal abadi.
Kesimpulan: Tuhan dan pancasila adalah identik.
3. Kesimpulan yang invalid
Contoh:
1. Jika john mandi, maka ia pasti basah
atau jika P, maka Q
2. John tidak mandi atau bukan P
3. Karena itu, john pasti tidak basah atau
Bukan Q
contoh lain
1. Semua laki-laki adalah manusia atau semua X adalah Y
2. Semua perempuan adalah manusia atau semua Z
adalah Y
3. Karena itu semua laki-laki adalah perempuan atau
Semua X adalah Z
contohh lain:
1. Semua mahasiswi baru adalah mahasiswa S1 atau
semua X adalah Y
2. Tidak ada mahasiswa senior yang merupakan
mahasiswa baru atau tidak satupun Z adalah X
3. Karena itu, tidak ada mahasiswa S1 yang merupakan
mahasiswa senior atau Tidak satupun Y adalah Z.
1.4 Menemukan Kekeliruan Argumentasi
• Kita seringkali menilai kebenaran suatu
argumentasi tanpa memeriksa terlebih dahulu.
Padahal, banyak sekali argumentasi yang
sepertinya sahih padahal sebaliknya. Kita sering
mengiyakan akibat untuk membenarkan penyebab.
Misalnya, jika hari hujan maka tanah basah, maka
sebaliknya jika jalan basah maka dipastikan hari
hujan. Padahal penyebab jalan basah bisa saja
bukan hari hujan.
• Aristoteles menyebut kekeliruan argumentasi
sebagai penyangkalan sofistikal.
1.5 Jenis-jenis Kesesatan
1. Kesesatan Diksi
a) Kesesatan karena penempatan kata depan yang keliru
Perhatikan contoh berikut: Antara hewan dan manusia
memiliki perbedaan.
Kata antara dalam contoh ini mengacaukan subjek kalimat.
Kerancuan terjadi karena orang mengacaukan dua model
kalimat dalam mengungkapkan hal yang sama. Model
pertama: Antara hewan dan manusia dan ada perbedaan.
Model kedua: Hewan dan manusia memiliki perbedaan.
Contoh yang lain: oleh karena itu, dengan menyederhanakan
kalimat maka akan memberikan pengertianyang keliru.
Seharusnya: Oleh karena itu, penyederhanaan kalimat akan
memberikan pengertian yang keliru.
b) Kesesatan karena mengacaukan posisi subjek atau
predikat
Kesesatan ini sering terjadi dalam kalimat dengan frase
partisipial. Subjek pada frase partisipial merupakan subjek
kalimat. Sering terjadi bahwa subjek frase partisipial berbeda
dengan subjek kalimat. Misalnya: Karena tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, guru menghukum anak itu. Subjek kalimat
dan subjek partisipial adalah guru. Maka kalimat ini akan
mengandung pengertian bahwa yang tidak mengerjakan
pekerjaan rumah adalah guru. Kalimat itu seharusnya, karena
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, anak itu dihukum oleh
guru. Atau contoh lain: karena berteriak histeris, dokter
memberi pasiennya obat penenang. Karena subjek kalimat
dan subjek kalimat dan subjek partisipial sama, maka yang
berteriak histeris adalah dokter.
c) Kesesatan karena ungkapan yang keliru
Perhatikan contoh: Penjahat kawakan itu berhasil ditangkap polisi di
kawasan Tanah Abang, hari Rabu lalu. Semua orang menerima ini.
Ada penjahat kawakan melarikan diri dari polisi. Polisi mengejar,
dan akhirnya penjahat itu ditangkap. Siapa yang berhasil polisi atau
penjahat. Yang berhasil adalah penjahat. Kalau maksudnya polisi
berhasil maka kalimatnya menjadi: Polisi berhasil menangkap
penjahat kawakan itu, pada hari Rabu yang lalu.
d) Kesesatan Amfiboli
Kata ampfiboli dari kata Yunani ampho: ganda atau pada dua sisi.
Misalnya: Mini, anak pak Broto, yang sakit ingatan, menghilang dari
rumah. Siapa yang sakit ingatan mini atau broto.
e) Kesesatan aksen
Pemberian tekanan yang salah pada pembicaraan. Misalnya: Ada
peraturan: Anda tidak boleh mengganggu istri tetangga. Jika istri
tetangga mendapat tekananan maka akan menimbulkan pengertian
yang keliru.
2. Kesesatan Presumsi
Kesesatan ini muncul bila kebenaran dari konklusi
seharusnya dibuktikan, diandaikan saja tanpa bukti atau
tanpa argumen, atau bila isu yang sudah dimiliki malah
diabaikan atau bila kesimpulan itu ditarik dari premis-premis
yang tidak dapat diandalkan.
 Kesesatan presumsi disebut juga kesesatan menghindari
persoalan
Kesesatan ini sengaja dibuat untuk menghindari persoalan
yang dihadapi dengan menggunakan teknik-teknik seperti
membuktikan apa yang tidak harus dibuktikan, tidak
membuktikan apa yang seharusnya dibuktikan, menyanggah
apa yang seharusnya tidak dinilai dan membuktikan sesuatu
yang seharusnya tidak termasuk dalam persoalan. Kesesatan
seperti ini sering disebut konklusi yang tidak relevan.
1. Kekeliruan Relevansi: Straw Man
 Kekeliruan straw man bertolak dari fakta bahwa
kelompok pemberontak sering membakar boneka
diktator sebagai ganti serangan terhadap orang
yang sebenarnya. Dalam argumentasi kita sering
kali menyerang posisi lawan bicara yang kita
rekayasa atau buat sedemikian.
 kita tidak menyerang posisi lawan sebenarnya.
Kita tersimpangkan dari posisi lawan bicara
sebenarnya dan menyerang apa yang
sesungguhnya hanya representasi kita belaka.
• Perhatikan ilustrasi berikut:
a) Politisi A: mengapa pemerintah mengubah
perioritas kebijakan dari kemiskinan ke kejahatan?
Padalhal isu kemiskinan dan lingkungan hidup
sangat penting namun sering terbengkalai.
b) Politisi B: Saya heran mengapa anda menganggap
kejahatan tidak penting. Kenaikan angka perkosaan
dianggkutan umum begitu memprihatinkan.
Hukum sudah tidak lagi ditaati. Apakah kita akan
membiarkan masyarakat hidup dalam situasi tidak
menentu terus-menerus?
• Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana politisi B
merepresentasikan posisi politisi A sebagai “tidak
menganggap penting isu kejahatan”. Politisi A
dianggap menyepelekan isu kejahatan sehingga
dapat membuat masyarakat hidup dalam situasi tidak
menentu.
• Namun apabila kita perhatikan baik-baik, politisi A
tidak pernah mengatakan bahwa isu kejahatan tidak
penting. Dia hanya mengeluhkan mengapa
pemerintah mengubah perioritas kebijkakan dari
kemiskinan menjadi kejahatan. Dia mempersoalkan
skala prioritas pemerintah dan tidak menyepelekan
satu agenda ketika dibandingkan dengan agenda lain.
• Perhatikanlah bahwa argumentasi politisi B adalah
relevan secara internal. Artinya premis yang diajukan
berhubungan dengan kesimpulan yang dihasilkan.
• Persoalannya, argumen politisi B secara keseluruhan
tidak relevan dengan posisi politisi A sebenarnya.
Argumen politisi B menyerang posisi yang tidak
diambil politisi A tentang kejahatan.
• Cara memeriksa kekeliruan straw man:
a) Apakah posisi lawan tidak direpresentasikan
sebagaimana mestinya?
b) Apakah representasi yang keliru tersebut menjadi
dasar serangan atau penyangkalan terhadap
argumen lawan bicara?
2. Kekeliruan Relevansi: Pengalihan Perhatian
• Kekeliruan pengalihan perhatian terjadi ketika
seseorang mengajukan isu baru sehingga membuat
lawan bicara teralihkan perhatiannya dari isu utama.
• Kekeliruan ini tidak sama dengan straw man sebab
dia tidak merepresentasikan secara keliru posisi
lawan bicara.
• kekeliruan ini disebabkan kemunculan suatu isu
baru yang berbeda dengan apa yang diperdebatkan.
Ketika seseorang menyangkal isu utama karena isu
tambahan yang tidak relevan maka kekeliruan pun
terjadi.
• Perhatikan ilustrasi berikut:
Kita tahu betapa pembantaian anjing laut sangat
menyedihkan. Mereka adalah spesies yang
terancam punah akibat pengkapan ilegal dan tidak
adanya kuota penangkapan. Namun, keprihatinan
kita seharusnya ditujukan kepada isu yang lebih
mendesak. Kita tahu bahwa betapa setiap tahun
angka aborsi di kota-kota besar di Indonesia
meningkat tajam. Aborsi adalah pembantaian
makhluk hidup yang tidak berdosa dengan jumlah
korban yang lebih besar dari perang dunia
sekalipun. Namun masyarakat sepertinya tidak
membuat banyak untuk mengatasi hal tersebut.
• Ilustrasi di atas menunjukkan adanya dua isu yang
sama-sama serius (pembantaian anjing laut dan
embrio manusia). Namun, isu aborsi tidak
berhubungan dengan isu pembantaian anjing laut.
Objeknya berbeda. Penulis sengaja mengalihkan
perhatian pembaca dari isu utama.
• Cara memeriksa kekeliruan argumentasi:
a) Apakah isu sudah dialihkan ke isu baru dalam
argumentasi dan tidak pernah kembali ke isu
utama?
b) Apakah pengalihan yang dilakukan tidak relevan
dengan isu utama?
3. Kekeliruan Relevansi: Kesimpulan irelevan
 Kita juga menemukan kesimpulan yang diambil
lawan bicara tidak berhubungan dengan alasan atau
premis yang diajukan. Kesimpulan tidak mengikuti
alasan atau premis.
 kesimpulan irelevan adalah irelevansi antara alasan
dan kesimpulan di dalam suatu argumentasi.
 perhatikan ilustrasi berikut:
Jumlah pencopet di kota ini lebih banyak dari
jumlah mahasiswa di Universitas Indonesia. Maka,
kita tidak perlu khawatir tentang kenaikan jumlah
mahasiswa di UI belakangan ini.
• Kesimpulan yang mengatakan bahwa kita tidak
perlu khawatir tentang kenaikan jumlah mahasiswa
tidak relevan dengan alasamn jumlah pencopet
lebih banyak. Naiknya angka pencopet tidak
mendukung kesimpulan tentang jumlah mahasiswa
di UI. Lain halnya apabila alasan yang diajukan
adalah jumlah kelas yang terbatas atau tenaga
pengajar yang tidak mencukupi.
4. Kekeliruan Struktur: Struktur Invalid
 Sebuah argumentasi mengikuti sebuah struktur
atau pola. Struktur tersebut dapat dikatakan valid
atau invalid. Misalnya, kita mengiyakan
konsekuensi untuk membenarkan penyebab.
Misalnya:
Jika A maka B
B
Maka A
Jika hari hujan jalan macet
Jalan macet
Maka, hari hujan.
• Jika A maka B
Tidak B
Maka tidak A
Jika lebaran hampir tiba pasar ramai sekali
Pasar tidak ramai
Maka lebaran masih lama
5. Argumentum ad Hominem
 kita sering menyangkal argumen lawan bicara berdasarkan reputasi, rekam jejak, atau sifat
lawan bicara tersebut. Misalnya kita menolak pendapat orang karena pendidikan orang
tersebut. Kita menyangkal pendapat orang karena keterlibatan dalam organisasi tertentu.
Misalnya, jangan percaya pendapatnya bahwa demokrasi tidak cocok di Indonesia sebab dia
bukan pengamat politik.
 kesesatan ini timbul karena argumentasi dialihkan dari pokok persoalan ke orang atau
pribadi. Karena itu sering juga disebut argumentum ad personam.
 Argumentum ad hominem adalah argumen yang diarahkan untuk menyerang orang secara
langsung.
 ada beberapa macam argumentum ad hominem
1. Abusive ad hominen
Serangan langsung terhadap karakater seseorang dan bukannya situasi yang
berhubungan dengan orang tersebut. Tujuannya adalah untuk merusak kredibilitas
lawan bicara dan bukan menyangkal argumentasi.
perhatikan ilustrasi berikut:
Seorang profesor hukum didebat oleh mahasiswanya di kelas. Sang mahasiswa
mempertanyakan argumen profesor bahwa hukum dan moralitas tidak dapat disatukan.
Mahasiswa berargumen bahwa hukum berfungsi menjamin keadilan dan keadilan adalah
sesuatu yang bersifat moral dan bukan legal. Sang profesor pun menjawab, kamu itu
baru semester kedua, apalagi saya perhatikan kamu tidak pernah mencatat, nanti kalau
ilmumu sudah bertambah baru kita berdebat lagi.
Contoh lain: jangan percaya omongannya, dia anak ingusan, baru lahir kemarin.
2. Inkonsisten ad hominem
Argumentasi semacam ini menunjukkan inkonsistensi
antara apa yang seorang perbuat dan apa yang
dikemukakan saat ini.
Misalnya: Ada elit politik yang menuding HAM sebagai
produk barat dan karena itu harus ditolak. Tetapi dia
sendiri paling banyak menggunakan produk barat.
3. circumstantial ad hominem
Serangan terhadap situasi atau posisi seseorang yang
membuatnya dicurigai memiliki kepentingan dalam
mengajukan argumentasi.
Misalnya, seorang perencana kota yang mengusulkan jalan
di rute A dan bukan B, dicurigai memiliki kepentingan
sebab dia tinggal di rumah yang dilewati rute A. seorang
perencana bisa saja memiliki alasan yang cukup kuat
mengapa jalan harus dibangun sepanjang rutre A.
4. Argumentum guilty by association
 Argumentasi ini dipakai untuk memindahkan kesalahanm
seseorang terdahulu ke apa yang dikemukakannya saat ini.
 Misalnya, seorang ekonom menulis buku tentang
kemiskinan. Para kritikusnya bereaksi terhadap buku
tersebut. Mereka mengatakan bahwa buku-buku sang
ekonom terdahulu terbukti memakai indikator kemiskinan
yang keliru. Berdasarkan hal tersebut, para kritikus
memindahkan kekeliruan sang ekonom terhadahulu ke karya
terbarunya. Mereka mendiskualifikasi karya sang ekonom
berdasarkan kekeliruan yang dilakukan sebelumnya. Selain
itu, para kritikus juga menyalahkan penerbit karena mau
menerbitkan buku yang kesahihannya dipersoalkan.
 Contoh lain: Jangan pacaran dengan Ani, bapaknya PKI,
ibunya pelacur.
6. Argumentum ad populum
 Kita terbiasa membenarkan suatu klaim karena jumlah orang yang
mendukungnya. Formulanya: X adalh benar jika banyak orang meyakini X.
Misalnya banyak orang menyukai satu merek mobil, lalu disimpulkan bahwa
mobil merek itu yang terbaik. Atau seorang politisi yang populer tidak
berarti dia berkualitas.
Argumen ini ditujukan kepada orang banyak dengan cara menggugah
perasaan mereka supaya menyetujui atau mendukung suatu pendapat atau
argumentasi. Yang ditonjolkan bukan masalah benar dan salah, tetapi
mendapat dukungan. Pembuktian logis diabaikan.
Misalnya: Anda pasti menyaksikan banyak ketidakbenaran di sekitar anda.
Banyak terjadi korupsi, kolusi dan kemerosotan moral. Kesenjangan
yangbesar antara kaya dan miskin. Hukum dan perangkat peradilan
kehilangan wibawa. Partai Demokrasi adalah partai masa depan yang cerah.
Argumentum ad populum bisa juga diartikan sebagai kekeliruan yang
diterima umum. Digunakan untuk mengendalikan emosi masyarakat
terhadap kesimpulan yang ditarik berdasarkan bukti-bukti yang jelas.
Misalnya, orang selalu beranggapan bahwa dalam segala bentuk kerusuhan
dan penjarahan itu ada yang menggerakkannya secara terorganisir.
7. Argumentum ad Misericordiam
1) Dasarnya: perasaan belas kasihan sehingga orang
mau menerima atau membenarkan kesimpulan
yang diperoleh dari argumen tersebut.
2) Misalnya, seseorang mahasiswa diluluskan karena
kuliahnya sudah lama, usianya tua, tidak punya uang
untuk meneruskan kuliahnya.
8. Argumentum ad crumemam
Kesesatan yang terjadi karena argumentasi dialihkan dari
persoalan yang sesungguhnya ke uang. Misalnya seorang
pengemudi terkena tilang lalu menyogok polisi dengan
uang sambil berkata: Damai saja, ya pak. Saya sedang
buru-buru. Atau pilih saya ya, bisar nanti menerima uang
lebih banyak lagi.
9. Argumentum ad Baculum (baculum: tongkat untuk memukul)
 kekeliruan ini sering dilakukan oleh orang berkuasa. Penguasa
misalnya beragumen: Jika kamu tidak percaya bahwa X maka
kami akan melakukan Y pada kalian, sebab itu X adalah benar.
 Argumentum ad baculum adalah pembenaran argumen atas
dasar paksaan. Ini digunakan untuk mendukung kebenaran.
Misalnya: Penataran P4 harus diikuti karena akan meningkatkan
moralitas warga negara.

10. Argumentum ad auctoritatem


Kesesatan yang timbul karena dukungan argumentasinya
didapatkan dari kewenangan. Misalnya, Tuhan itu ada karena
guru agama saya mengatakannya. Atau Roma locuta causa finita.
11. Argumentum ad Verecundiam
• Argumentum ad verecundiam adalah usaha memperkuat
argumen dengan cara ditopang oleh pemikiran para pakar atau
ahli dalam bidang tertentu. Misalnya, teori Darwin dan Einstein
dijadikan dasar untuk menjelaskan iman.
• Kesesatan ini bisa juga terjadi karena argumentasi dialihkan dari
persoalan yang sebenarnya ke tradisi. Mengandalkan adat
istiadat sebagai dasar argumentasi. Misalnya, saya percaya
kepada Tuhan, karena sesuai dengan tradisi agama.

• kita terbiasa memercayai pernyataan seorang ahli. Misalnya,


pasien percaya kepada pernyataan dokter yang merawatnya.
• Dalam dunia ilmiah, kita juga seringkali percaya pada pendapat
ahli. Misalnya kita menerima asumsi dari satu tanpa mengujinya.
• Menerima pendapat ahli tanpa sikap kritis akan menyebabkan
kita jatuh dalam kekeliruan.
• Kekeliruan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semua yang dikatakan X adalah benar
X mengatakan P
Maka P
Jika dinyatakan dalam kalimat, maka akan menjadi
demikian:
Semua yang dikatakan guru adalah benar
Guru mengatakan bahwa masyarakat Indonesia
sudah cerdas
Maka masyarakat Indonesia sudah cerdas adalah
benar.
• Rumusan berikut akan lebih diterima:
Sebagian besar pernyataan yang dikeluarkan oleh X
mengenai Y benar
A adalah pernyataan yang dibuat X mengenai Y
Jadi A adalah benar
Misalnya:
Sebagian pernyataan Agnes Monica mengenai kasus
deman berdarah di Jakarta adalah benar.
Agnes Monica mengatakan bahwa deman berdarah
disebabkan oleh orang kurang menjaga kebersihan tubuh.
Jadi deman berdarah disebabkan oleh kurang menjaga
kebersihan tubuh adalah benar.
• Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memeriksa kekeliruan argumen ini:
1. otoritas ahli harus diidentifikasi secara teliti.
2. sang ahli harus memiliki pengetahuan yang memadai
untuk berbicara di bidang yang dipersoakan.
3. pernyataan ahli harus berhubungan dengan
persoalan yang dibicarakan.
4. Pernyataan ahli harus dapat, secara prinsip
ditindaklanjuti dengan pembuktian oleh lawan bicara.
5. pernyataan ahli harus diperiksa apakah
mengandungbias.
6. Pernyatan yang dikeluargakan biasanya didukung oleh
konsensus para ahli.
12. Accident
• Sesat pikir accident tampak dalam perkara-perkara
yang sifatnya khusus atau kebetulan, namun
kemudian dianggap berlaku umum sehingga
penerapannya yang dijadikan hukum umum
tersebut dalam banyak hal menjadi tidak relevan
sama sekali. Pemaksaan kasus khusus untuk
menjadi ketentuan umum dapat menimbulkan
sesat pikir.
13. Converse Accident
1)Dalam usaha mamahami dan mencari ciri khas
suatu kasus tertentu, orang bisanya memiliki
kecendrungan untuk memusatkan perhatiannya
pada satu hal tertentu yang mungkin sudah
dianggap populer. Kecendrungan semacam ini
dapat mengarahkan orang pada sesat pikir.
2)Contoh: Senjata api adalah sesuatu yang selalu
melekat dalam diri seorang anggota tentara dan
yang bersangkutan dapat menggunakannya pada
saat diperlukan. Namun hal itu tidak berarti bahwa
ia dapat menggunakan senjata api kapan saja ia
merasa memerlukan meskipun di luar dinas.
14. False Cause
Ada dua kemungkinan orang keliru dalam menyimpulkan
sebab terjadinya sesuatu peristiwa.
1) Non causa pro causa. Kemungkinan kesalahan pikiran ini
sebetulnya bukan menjadi sebab yang sebenarnya bagi
dampak suatu peristiwa. Contoh, konflik antarumat
beragama di Israel dan Palestina menjadi alasan untuk
munculnya konflik yang bernada SARA di Indonesia.
2) Pos hoc ergo propter hoc. Kemungkinan kesalahan pikiran
yang kedua menunjuk pada penarikan kesimpulan bahwa
sebuah peristiwa dapat dijadikan sebab bagi peristiwa
yang lainnya karena menurut faktanya peristiwa yang
pertama secara kebetulan terjadi mendahului yang lain.
Misalnya, makanan yang bermerek “halal”.
15. Petitio Principii
1) Bila orang ingin menetapkan kebenaran sebuah proposisi,
seringkali orang mempertanyakan premis-premis yang
sudah diterima umum dari mana proposisi tersebut
diturunkan.
Contoh: kebebasan berpendapat dan berbicara di hadapan
umum adalah hak asasi manusia karena kebebasan adalah
kodrat manusia.
2) Kesesatan ini juga berarti pengandaian tentang kebenaran
dari proposisi atau dari premis yang justru harus
dibuktikan. Misalnya: Komunisme adalah bentuk
pemerintahan terbaik, karena peduli terhadap
kepentingan bersama. Masih harus dibuktikan apakah
komunisme itu peduli terhadap kepentingan bersama.
Contoh yang lain: semua orang religius itu jujur.
16. Ignoratio Elenchi
1. Ignoratio elenchi berarti kesimpulan yang tidak relevan. Kekeliruan
dalam penarikan kesimpulan yang tidak relevan ini dapat terjadi
bilamana sebuah argumen yang sebenarnya disusun dengan maksud
untuk membentuk sebuah kesimpulan khusus diarahkan untuk
menjelaskan kesimpulan lain yang justru berbeda dengan yang
dimaksud.
2. contoh: Seorang dosen bertanya kepada seorang mahasiswa tentang
alasan mengapa dia terlambat, namun sang dosen mendapatkan
jawaban yang tidak relevan. Misalnya karena di Aljazair terjadi
perang antarsuku yang disponsori oleh kelompok islam
fundamentalis.
3. contoh lain: seorang pengacara berusaha beragumentasi panjang
lebar untuk membuktikan pembunuhan adalah sesuatu yang jahat
dan keji, lalu menarik kesimpulan bahwa kliennya tidak mungkin
melakukan hal yang jahat dan keji itu. Padahal yang diperlukan
adalah premis yang membuktikan bahwa tidak melakukan
pembunuhan , bukan bahwa pembunuhan adalah perbuatan jahat.
17. Argumentum ad Ignorantiam
1) Orang sering keliru memakai ketidaktahuannya untuk membenarkan atau
menyangkal sebuah klaim. Misalnya, seseorang yang tidak pernah mendengar
musik dangdut mengatakan bahwa musik tersebut kampungan. Atau seseorang
menilai bahwa perempuan lebih memakai emosi dalam memutuskan sesuatu
hanya karena dia belum pernah bertemu perempuan yang memakai akal
sehatnya.
2) ketidaktahuan seseorang tidak dapat dijadikan alasan untuk menarik kesimpulan
tentang sesuatu.
3) misalnya, Setahu saya perusahaan rokok tidak pernah membuat riset tentang
dampak iklan pada konsumen rokok. Jika perusahaan rokok yakin bahwa iklan
tidak berdampak apa-apa pasti sudah dilakukan riset terhadap persoalan
tersebut. Artinya, iklan rokok yang ada selama ini benar memengaruhi tingkaty
konsumsi dan oleh karena itu harus dihentikan tayangannya.
4) argumen di atas berkesimpulan bahwa konsumsi rokok dipengaruhi oleh iklan.
Sayangnya kesimpulan tersebut diturunkan dari premis yang bermasalah. Premis
tersebut berbunyi: perusahaan rokok tidak pernah melakukan riset tentang
dampak iklan terhadap konsumsi. Jikalau riset tidak dilakukan bagaimana kita
tahu dampak itu negatif atau positif.
5) ketiadaan riset tentang dampak iklan rokok terhadap konsumsinya tidak dapat
dijadikan alasan untuk membenarkan adanya dampak iklan terhadap konsumsi.
3. Kesesatan Psikologis
Kesesatan ini menyajikan secara psikologis atau emosional
konklusi dalam argumentasi yang dengan isu, namun
sesungguhnya tidak mendukung pernyataan yang
seharusnya didukung. Kesesatan psikologis hanya terkesan
mau menawarkan dukungan dengan memberikan alasan
yang semu.
1. Argumen yang menyinggung perasaan orang
Tujuannya adalah mengundang emosi dan membuat orang
menjadi marah dan tidak lagi berpikir jernih. Konklusinya
bersifat menghasut.
Misalnya: Menghadapi isu korupsi, kelompok mahasiswa yang
vokal mencap organisasi mahasiswa lain sebagai banci,
penakut.
model lain dari argumentasi adalah kambing hitam:
menyalahkan orang atau kelompok lain sebagai penyebab
semua masalah.
2. Rasionalisasi
Usaha membangun argumentasi yang seolah-olah masuk akal.
Rasionalisasi bisa juga diartikan sebagai usaha untuk
membenarkan diri dengan alasan-alasan yang kelihatan masuk
akal.
3. Mengalihkan persoalan
Kesesatan ini ditimbulkan dengan menggunakan taktik
mengalihkan persoalan agar orang tidak lagi berkonsentrasi
pada masalah awal. Misalnya, ketika Bill Clinton
memerintahkan untuk menembak para teroris di Sudan, dia
dituduh mengalihkan perhatian dari penyelidikan publik
terhadap masalahnya dengan Monica Lewinsky.
4. Kesesatan karena dilema semu
Kesesatan terjadi bila kita membatasi pertimbangan hanya
pada dua alternatif, meskipun sebenarnya masih ada alternatif
lain yang tersedia. Misalnya, seorang dianggap atheis karena
tidak ke gereja pada hari minggu.
1.3. Ambiguitas Argumen
1. Ekuivokasi
a) Ekuivokasi adalah sesat pikir yang disebab
oleh penggunaan kata yang bersifat ekuivok
dalam satu konteks yang sama.
b) Contoh:
1) Akhir sebuah benda adalah
kesempurnaannya.
2) Maut adalah akhir dari kehidupan.
3) Jadi, maut adalah kesempurnaan kehidupan.
2. Amphiboly
a) Sesat pikir ini disebabkan oleh premis-premis
yang memiliki konstruksi gramatikal yang
ambigu. Sebuah pernyataan disebut amphiboly
jika batasan maknanya tidak jelas.
b) Contoh klasik adalah percakapan antara
Croesus, seorang raja dari Lydia, dan seorang
dukun di Delphi. Croesus akan berperang ke
Persia. Untuk itu ia meminta petunjuk dari
dukun tentang keselamatannya di medan
perang. Dukun itu berkata bahwa “Jika Croesus
pergi berperang melawan Cyrus, ia akan
menghancurkan sebuah kerajaan adikuasa”.
3. Accent
1) Argumen yang mengandung sesat pikir accent biasanya
berupa pernyataan yang bersifat “menipu” pembaca atau
pendengar karena ada perubahan makna. Perubahan makna
itu terjadi karena perubahan tekanan pada bagian kalimat.
2) Contoh: Kita tidak boleh berkata-kata yang bernada
melecehkan teman sendiri.

4. Komposisi
a) Penalaran dapat keliru karena atribut atau keterangan dari
bagian-bagian argumen sebagai keterangan pernyataan
keseluruhan.
b) Contoh: Orang mengakui bahwa petunjuk dari seseorang
yang kita anggap sesepuh masyarakat dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
5. Pembagian
Ada dua kemungkinan kekeliruan:
1) Apa yang benar secara keseluruhan pasti juga benar untuk
bagian-bagiannya. Contoh: Pak Parto adalah seorang bupati
yang dihormari dan disegani di wilayahnya. Dia adalah putra
dari Bu Rina. Karena itu, Bu Rina juga pasti dihormati seperti
Pak Parto.
2) Apa yang benar bagi suatu bagian, dianggap benar juga untuk
bagian-bagian lainnya.
Contoh:
3) Semua binatang buas adalah pemakan daging.
4) Beruang panda adalah binatang buas.
5) Jadi, beruang panda adalah pemakan daging.
Kesimpulan di atas keliru karena makanan pokok beruang
panda adalah daun bambu.

Anda mungkin juga menyukai