Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ryan Fauzi

NPM : E1A.18.0019
Study : Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Logika

Menganalisis 10 contoh kesesatan logika berdasarkan kaidah silogisme !

A. Kesesatan Formal
1. Kesesatan 4 term
 Contoh : diambil dari presentasi kelas. ( presentasi kelompok sendiri :v )
Semua orang (A) adalah manusia yang ingin dihargai (B) (p.mayor)
Bambang (C) adalah alien (D) (p.minor)
Tidak dapat ditarik kesimpulan.

 Analisis : Bentuk silogisme yang sahih ialah silogisme yang hanya memiliki tiga
term (term mayor, term minor, dan term tengah) yang masing-masing disebut dua
kali.
Dalam kasus di atas term ke empat sebagai kesesatan dalam berlogika muncul di term
(Alien).

 Seharusnya :
Semua manusia (A) adalah orang yang ingin dihargai (B) (p.mayor)
Bambang (C) adalah (manusia) (A) (p.minor)
Jadi,.. Bambang (C) adalah orang yang ingin dihargai (B) (konklusi)

2. Kesesatan term tengah tidak terdistribusi


 Contoh : diambil dari http://filsafatus.blogspot.com/2011/07/sesat-fikir-
formal.html
Pahlawan adalah orang yang berjasa (p.mayor)
(bolot adalah artis) (p.minor)
bolot adalah orang yang berjasa (k. yang tidak logis)

 Analisis : Untuk memperoleh konklusi yang benar term tengah sekurang-


kurangnya satu kali berdistribusi. Term tengah berfungsi sebagai penengah antara
term S dan term P. apabila term tengah tidak berdistribusi dalam salah satu premis,
tidak mungkin konklusi dapat diambil.
Dalam kasus di atas terlihat bahwa term Bolot sebagai misal term B (term tengah)
tidak satu pun yang berdistribusi dalam kedua premis tersebut di atas sehingga tidak
mungkin konklusi dapat di ambil. Hal ini melanggar ketentuan mengenai term-term
silogisme.

 Seharusnya :
Pahlawan adalah orang yang berjasa (p.mayor)
(Kyiai imam bonjol adalah pahlawan ) (p.minor)
Jadi, kyiai imam bonjol adalah orang yang berjasa (konklusi)

3. Kesesatan proses tidak sah


 Contoh : diambil dari http://filsafatus.blogspot.com/2011/07/sesat-fikir-
formal.html
Semua burung (M) adalah binatang bersayap (P) (p.mayor)
(Semua ayam (S) bukan burung) (M) (p.minor)
Semua ayam (S) bukan binatang bersayap (P) (k.yang tidak sahih)

 Analisis : Sesat pikir yang terjadi karena term premis tidak berdistribusi tetapi
term konklusi berdistribusi. Silogisme adalah inferensi deduktif; oleh karena itu, tidak
mungkin konklusi lebih umum dari pada premis-premisnya.
Dalam kasus di atas term S dan M tidak berdistribusi maka pada kesmipulanpun term
S dan P tidak dapat berdistribusi .

 Seharusnya :
Semua burung (M) adalah binatang bersayap (P) (p.mayor)
Semua ayam (S) adalah burung (M) (p.minor)
Semua ayam (S) adalah binatang bersayap (P) (konklusi)

Term S dan M telah berdistribusi maka dapat ditarik kesimpulan.

4. Kesesatan 2 premis negative


 Contoh : diambil dari https://slideplayer.info/slide/3190386/
Novel Remaja dari Rosel (M) adalah novel yang sulit di baca (P), novel yang mudah
dibaca (S) adalah novel yang (tidak bermutu) (T).
Novel remaja dari rosel (M) adalah novel yang bermutu. (konklusi yang tidak logis)

 Analisis : Sesat pikir ini terjadi karena menarik konklusi dari dua buah premis
negatif, padahal dari dua premis negatif tidak dapat ditarik dua konklusi yang benar.
Hal itu melanggar ketentuan-ketentuan mengenai premis-premis.
Dalam kasus di atas terdapat dua premis negative berturut turut yaitu dari M+P dan
Juga S+T sehingga hal itu melanggar ketentuan pada silogisme.

 Seharusnya :
Novel Remaja dari Rosel (M) adalah novel yang sulit di baca (P), novel yang mudah
dibaca (S) adalah novel yang bermutu (T).
Novel remaja dari rosel (M) adalah novel yang bermutu.(T) (konklusi)
Yang saya lakukan adalah mengubah satu premis negative pada term T menjadi
premis yang positif sehingga dapat melengkapi ketentuan pada silogisme.
B. Kesesatan Material
5. Kesesatan bahasa, Aksentuasi
 Contoh : diambil dari kreativitas . _-
Memei : “ Hey mail !, Minggu lalu kamu kemana ? “
Mail : “Minggu lalu aku pulang ke rumahku yang di Serang.
Memei : “ Astaga mail, rumahmu diserang siapa ?
Mail : “ … “
Serang ( kota ) dan Serang ( tindakan menyerang dalam pertempuran )

 Analisis : Kesesatan aksentuasi terjadi karena persoalan penekanan (aksentuasi)


pada beberapa kosa kata. Dalam bahasa, seringkali perbedaan aksentuasi
menyebabkan perbedaan arti
Dalam kasus di atas kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat
menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.

 Seharusnya, mail berkata dengan penekanan aksentuasi yang lebih rendah saat
menyebutkan kata “serang” atau mengubah kalimatnya menjadi “ Minggu lalu aku
pulang kerumahku yang ada di kota Serang .”.

6. Kesesatan bahasa, Ekuivokasi


 Contoh : diambil dari kreativitas . _-
Terjadi di sebuah universitas di Bandung saat dosen asal India yang mengajar filsafat
diberi pertanyaan oleh muridnya mengenai arti dari sebuah kemutalakan. Dosen itu
menggelengkan kepala, namun tetap menjawab pertanyaan sang murid. Murid yang
bertanyapun ragu atas jawaban si dosen.

 Analisis : Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu


kata mempunyai lebih dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti
dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
Dalam kasus diatas terjadi kesesatan berpikir dari si murid dimana menggelengkan
kepala (berarti tidak setuju), namun di India menggelengkan kepala dari satu sisi ke
sisi yang lain menunjukkan kejujuran.

 Seharusnya : Si murid memahami kebiasan sang dosen atau dosen menghilangkan


kebiasaan dari negaranya.

7. Kesesatan bahasa, Amfiboli


 Contoh : diambil dari http://aryaranggasatya.blogspot.com/2014/12/logika-
kesesatan-berpikir-fallacy.html
Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati

 Analisis : Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan


konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang.
Dalam kasus diatas terjadi sebuah kesesatan berfikir pada Arti 1 dan Arti 2
dikarenakan letak pada sebuah term atau kata nya tidak tepat sehingga artinya pun
keliru.

 Seharusnya :
Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati.

8. Kesesatan bahasa, Metaforis.


 Contoh : http://aryaranggasatya.blogspot.com/2014/12/logika-kesesatan-berpikir-
fallacy.html
Fajar: Binatang apa yang haram?
Aldi : Babi
Aldi : Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
Fajar: ?
Aldi : Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang paling
haram? Lebih haram daripada babi hamil?
Fajar: ?
Aldi : Babi hamil di luar nikah! Karena anak babinya anak haram..

 Analisis : Metaforis adalah kesesatan yang terjadi karena pencampur-adukkan arti


kiasan dan arti sebenarnya.
Kasus diatas Aldi menceritakan dua makna yang berbeda dari satu kata ynag sama
yaitu babi yang haram dengan anak yang haram karena hasil dari hubungan diluar
pernikahan.

 Seharusnya :
Fajar: Binatang apa yang haram?
Aldi : Babi
Kalimat ini sudah benar jika Aldi tidak menanyakan hal lain lagi seperti kelanjutan
pada dialog diatas.

9. Kesesatan relevansi, Argumentum Ad hominem


 Contoh : diambil dari http://aryaranggasatya.blogspot.com/2014/12/logika-
kesesatan-berpikir-fallacy.html
A: Daerah ini harus lebih banyak membangun rumah sakit.
B: Ah, itu sih kamu saja yang pesakitan. Menurutku kita tak perlu rumah sakit
tambahan.
 Analisis : Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau
menolak sesuatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan
yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
Dalam percakapan tersebut, B melakukan kesesatan logika ad hominem. Si B
menyalahkan pendapat A dengan alasan si A adalah orang yang mudah sakit, bukan
karena pertimbangan menyeluruh tentang kondisi kesehatan masyarakat dan kuantitas
layanan medis di daerah tersebut.

 Seharusnya :
A: Daerah ini harus lebih banyak membangun rumah sakit.
B: Saya rasa tidak perlu banyak rumah sakit, yang harus dilakukan adalah
mempermudah akses jalan menuju rs dan meningkatkan fasilitas pada rumah sakit
yang ada.

10. Kesesatan relevan, Argumentum Ad populum


 Contoh : diambil dari https://kbr.id/nasional/01-
2019/5_kesesatan_logika_ini_bisa_muncul_di_debat_capres/98712.html
A: Semua warga kampung kami yakin si Z itu adalah malingnya. Jadi dia pasti
maling.
B: Tapi warga kampung kami mengenal si Z sebagai orang baik. Jadi dia pasti orang
baik.

 Analisis : Yaitu pendapat orang banyak dianggap benar.


Dalam contoh dialog di atas, baik si A maupun si B melakukan kesesatan dalam
menarik kesimpulan. Mereka sama-sama menilai si Z hanya berdasarkan keyakinan
orang banyak, bukan karena bukti-bukti yang terang dan jelas.

 Seharusnya :
A: Semua warga kampung kami yakin si Z itu adalah malingnya. Jadi dia pasti
maling.

B: Apa yang membuktikan bahwa Z benar benar pelakunya ?

Kalimat ini akan menjadi logika yang sehat ketika kita memberikan pertanyaan
pertanyaan yang logis.

Anda mungkin juga menyukai