BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Charles J. Fillmore dalam buku “The Case for Case” (1968) yang
pertama kali memperkenalkan tata bahasa kasus. Tata bahasa kasus
dalam bidang tatabahasa, kasus atau kes bagi sesuatu kata nama
atau kata ganti nama menandakan fungsi tatabahasa bagi kata
berkenaan dalam sesuatu ungkapan atau klausa, seperti: Peranan
subjek, objek langsung, atau pemilik.
Pada sebuah kalimat, tidak semua kata dapat didampingkan dengan
kata yang lain. Selain itu, tidak semua kata yang kita tulis dan
ucapkan dapat kita jelaskan secara ilmiah baik itu pada tataran
fonologi, morfologi, sintaksis, pragmatis maupun semantik, tidak
ada aturan yang baku antara boleh dan tidaknya sebuah kata
dipasangkan dengan kata yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kasus?
2. Apa saja kah jenis-jenis kasus?
3. Bagaimana kasus dalam bahasa melayu?
BAB II
PEMBAHASAN
37)
(38)
Maka sebuah kalimat dalam teori ini di rumuskan dalam bentuk:
(39) +
Dalam teori tahun 1968 fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu;
tetapi dalam versi 1971di batasi atas kasus agent, experiencer,
4
B. Jenis Kasus
Biarpun tidak begitu ketara dalam bahasa Melayu maupun Inggris,
namun kasus-kasus sebegini lebih menonjol dalam perbagai bahasa
lain, seperti bahasa Latin, Yunani, Jerman, Sanskrit, dan Rusia.
Mengikut sejarah, kebanyakan bahasa-bahasa Indo-Eropa dahulunya
ada delapan kasus ber-morfologi, tetapi bahasa-bahasa moderen
pula kurang menggunakan kasus sedemikian, sebaliknya
menggunakan kata depan dan susunan kata untuk menyampaikan
maklumat yang pernah disampaikan dengan menggunakan bentuk
kata nama yang berbeda. delapan kasus bersejarah yaitu:
1. Kasus nominatif, bersamaan kasus subjektif bahasa Melayu,
ialah subjek bagi kata kerja finitum:
Contoh : Kami pergi ke kedai.
5
Misalnya: kata ganti nama "(d) aku", "kamu" dan "dia" digabungkan
di akhir perkataan "rumah" bertukar menjadi bentuk kasus milik
yaitu "-ku", "-mu" dan "-nya", maka membentuk kata terbitan
"rumahku", "rumahmu" dan "rumahnya", serupa dengan kasus
genitif yang dibincangkan tadi.
Contoh : Bahasa Latin
Berikut ialah contoh infleksi kasus dalam bahasa Latin,
menggunakan berbagai bentuk mufrad untuk perkataan yang
berarti "pelaut", yang tergolong dalam deklensi pertama bahasa
Latin.
· Nauta (nominatif) "pelaut" [sebagai subjek] (cth. nauta ibi stat
pelaut berdiri di sana)
· Nautae (genitif) "milik pelaut" (cth. nomen nautae est
Claudius nama pelaut itu Claudius)
· Nautae (datif) "untuk/kepada pelaut" [sebagai objek tak
langsung] (cth. nautae donum dedi Kuberikan hadiah kepada pelaut.
· Nautam (akusatif) "pelaut" [sebagai objek langsung]
(cth.nautam vidi Kulihat pelaut)
· Nautā (ablatif) "dari/dengan/di/oleh pelaut" [pelbagai guna
yan tidak dibincangkan di atas] (cth. sum altior nautā Saya lebih
tinggi dari pelaut).
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada kenyataannya dalam komunikasi, tidak semua ujaran dapat
dipahami atau tidak berterima. Padahal, memiliki struktur kalimat
yang benar yang sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian atau
pengunaan bahasa. Hal ini menjadi permasalahan baru dalam
bidang bahasa. Oleh karena itu, Menurut Fillmore mengajukan
sebuah teori yaitu, “Tata bahasa kasus sebagai jawaban atas
permasalahan atau persoalan yang tidak dapat diercahkan dalam
tata bahasa generative”
8
DAFTAR PUSTAKA