DI BUAT OLEH :
NAMA : JOHANESLIM ZALUKHU (192124033)
SEM/KLS : IV/B
PRODI : B. INDONESIA
M.K : PRAGMATIK BAHASA INDONESIA
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS BUKU
1. NAMA BUKU : MENGGIRING REKAN SEJATI
2. PENYUNTING : SOENJONO DARDJOWIDJOJO
3. DI TERBITKAN OLEH : UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
ATMAN JAYA
4. KOTA : JAKARTA,INDONESIA
5. TAHUN DI TERBITKAN : 1994
6. HAK CIPTA : UNIKA ATMA JAYA
7. TEBAL BUKU : 60 HALAMAN
B. Latar Belakang
Bidang kajian linguistik ini akan diuraikan secara umum, sebatas pada hal- hal
yang dianggap sebagai yang pokok-pokok saja karena uraian selayang pandang ini
terutama ditujukan kepada para mahasiswa yang ingin mendalami linguistik. Jika setelah
mengikuti paparan ini mereka menjadi lebih tahu apakah pragmatik itu, apa bedanya
dengan semantik, apa butir-butir atau hal-hal yang (biasanya) diliput di dalam pragmatik
dan, terutama, topik-topik pragmatik apa saja yang kiranya dapat dijadikan topik
penelitian, tujuan tulisan ini sudah dapat dikatakan tercapai, apa lagi jika uraian ini dapat
merangsang minat peserta untuk lebilh mendalami pragmatik. Pemilihan topik tulisan ini
antara lain didorong oleh permintaan International Pragmatics Association, sebuah
organisasi yang bertujuan menyebarluaskan pengetahuan tentang pragmatik, yang secara
umum dapat diartikan sebagai bidang kajian antardisiplin dengan perspektif kognitif,
sosial dan kultural. Seperti yang disebutkan di dalam surat sekretaris jenderalnya yang
dikirimkah dari Antwerpen, Belgia, 16 Desember yang lalu, permintaan itu ialah 'untuk
mengusahakan agar di Indonesia didirikan semacan pusat penerangan pragmatik yang
antara lain akan berfungsi sebaga penyalur informasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pragmatik.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pragmatik
2. Pokok-pokok bahasan pragmatik.
3. Bagaimana yang di namakan tindak tutur.
4. Jenis-jenis tindak tutur.
5. Bagaimana tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.
6. Apa itu isi isu dalam pragmatik.
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui apakah pengertian pragmatik
2. Untuk mengetahuai apa saja kajian dari pragmatik.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tindak tutur dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pragmatik
Di dalam linguistik terdapat dua aliran utama, yaitu formalisme dan fungsionalisme.
Yang pertama itu mengacu ke pandangan bahwa kajian linguistik adalah kajian tentang
bentuk (form bahasa dan bahan (ubstaitc bahasa. Yang kedua merujuk ke pendapat
bahwa kajian linguistik adalah kajian fungsi ujaran. Tokoh aliran formalisme m isalnya
adalalı Bioomfield dan Chomsky: tokch aliran fungsionalisme misalnya adalahı Halliday.
pragmatik dapat didefinisikan sebagai bidang linguistik yang mengkaji hubungan
(timbal-balik) fungsi ujar- an dan bentuk (struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran
itu.
Yang barang kali perlu dicatat di dalam hal ini adalah bahwa istilah
fungsionalisme di sini tidaklah sama dengan fungsionalisme yang berasal dari Aliran
Praha. Seperti yang kita ketahui, fungsionalisme di dalam Aliran Praha itu memang
menelaah fungsi, tetapi yang di telaah terbatas pāda fungsi bentuk-bentuk bahasa di
dalam kalimat, bukan fungsi ujaran. Dengan demikian, fungsionalisme Aliran Praha itu,
yang antara lain menghasilkan konsep-konsep seperti fungsi distingtif fitur fonetis dan
perspektif kalimat fungsional, dapat disebut sebagai fungsionalisme di dalam kubu
formalis- me, bukan fungsionalisme yang menjadi landasan pragmatik/ Ada kesan bahwa
pragmatik itu adalah bidang kajian linguistik batu,
Sebenarnya, istilah pragmatik itu sudah lama dipakai di kalangan linguis, yaitu,
kalau tidak salah, sejak diterbitkannya buku John Austin How to Do Things with Words
(962). Bahkan jauh sebelum itu, pada 1937 Charles Morris sudah menggunakannya
(Fasold, 1990: 120), yaitu di dalam kaitannya dengan semiotik. Morris membagi "ilmu
lambang" ini menjadi tiga! sintaksis, semantik dan pragmatik.
perbedaan di antara semantik dan pragmatik? Singkat- nya,
yang pertama itu mempelajari makna (makna kata dan makna kalimat), sedangkan
yang kedua mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan)
semantik bertanya "Apa makna X?" dan pragmatik bertanya "Apa yang anda
maksudkan dengan X
semantik berkaitan dengan makna tanpa acuan
,
Austin (1962) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran.
Ketiganya adalah tindak lokusioner, tindak iloku- sioner, dan tindak perlokusioner
atau, singkatnya, lokusi, ilokusi dan porlokusi. Yang pertama itu semata-mata adalah
tindak berbi- cara atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata
dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dan makna sintaktis kalimat itu
menurut kaidah sintak- sisnya.
Namun, yang dapat disimpulkan dari teori tindak tutur adalah bahwa satu
bentuk ujaran dapat mempunyai lebih dari satu fungsi. Kebalikannya adalah
kenyataan di dalam komunikasi yang scbenarnya, yakni bahwa salu fungsi dapat
dinyatakan, dilayani, atau diutarakan dalam berbagai bentuk ujaran. Menyuruh,
misalnya, dapat diungkapkan dengan menggunakan bentuk ujaran yang berupa
(Blum-Kulka. 198?):
1. kalimat bermodus imperatif (dan ini adalah yang dikatakan di dalam tata bahasa
tradisional) ("Pindahkan kotak ini. ")
2. kalimat performatif cksplisit ("Saya minta Saudara memin- dahkan kolak ini. ")
kalimat performatif berpagar ("Saya sebenarnya mau minta Saudara memindahkan
kotak ini. )
3. pernyataan keharusan ("Saudara harus memindahkan kotak )
4. pernyataan keinginan ("Saya ingin kotak ini dipindahkan. ")
5. rumusan saran ("Bagaimana kalau kotak ni dipindahkan?")
6. persiapan pertanyaan ("Saudara dapat memindahkan koak ini?")
7. isyarat kuat ("Dengan kotak ini di sini, ruangan ini keli hatan sesak.)
8. isyarat halus ("Ruangan ini kelihatan sesak. (misalnya memutuskan, membatalkan,
melarang)
d. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Di dalam hal ini kita berbicara tentang tindak tutur langsung dan tindak tutur
tak langsung (Searle, 1975), dan derajat kelangsungan tindak tutur diukur berdasarkan
"jarak tempuh" yang diambil oleh sebuah ujaran, yaitu "titik" ilokusi (di benak
penutur) ke "titik" tujuan ilokusi (di benak pendengar). Jarak paling pendek adalah
garis jurus yang menghubungkan kedua titik tersebut, dan ihi dimungkinkan jika
ujarannya bermodus imperaif. Makin melengkung garis pragmatik itu, makin tidak
langsunglah ujarannya. Alih-alih jarak ilokusi, derajat kelangsungan tindak tufur
dapat juga diukur berdasarkan kejelasan pragmatisnya
Jika kedua hal ini (yaitu kelang- sungan dan keharfiahan ujaran) kita
gabungkan, kita akan menda- patkan empat macam ujaran, yaitu :
langsung, harfiah ("Buka mulut," misalnya diucapkan olch dokter gigi kepada
pasiennya)
langsung, tidak harfiah ("Tetup mulut!" misalnya diucapkan olch seseorang yang
jengkei kepada lawan bicaranya yang berbicara terus-mencrus);
tidak langsung ("Bagaimana kalaumulutnya dibuka? (" misalnya diucapkan oleh
dokter gigi kepada pasien anak-anak agar si anak tidak takut)
tidak langsung, tidak harfiah ("Untuk menjaga rahasia, lebih baik jika kita semua
menutup mulut kita masing-masing, misalnya diucapkan oleh penutur kepada
orang yang diseganinya agar ia tidak membuka rahasia).
4. Implikatur
Paul Grice (1975) menunjukkan bahwa sebuah ujaran dapat mempunyai
implikası yang berupa proposisi yang sebenarnya bukan Bagian dari ujaran tersebut
dan bukan pula merupakan konsekuensi yang harus ada dari ujaran itu. Grice
menamakan proposisi atau "pernyataan" implikatif itu implikatur.
Walaupun demikian, kita perlu berhati-hati untuk mengatakan apakah sebuah
jawaban atas sebuah pertanyaan itu melanggar prinsip kerja sama atau tidak.
Berdasarkan "makna permukaan". Jawaban si pengemudi tadi memang melenceng.
Namun, seandainya si pengemudi tahu bahwa si polisi tahu yang dimaksudkannya
adalah menawar denda damai (dengan mengajukan "rumus" 2 x 22/7 x R, misalnya R
(rupiah itu adalah koheren. la tidak melanggar prinsip kerja sama Grice karena
berdasarkan "makna dalam" jawabannya nyambung. Setidak-tidaknya ia tidak
melanggar salah satu maksimnya, yaitu mak- sim relevansi. Grice menjabarkan
prinsip kerja samanya itu menjadi empat maksim yaitu:
Tiga di antaranya dijabarkan lagi menjadi submaksim-sub- maksim: = 10.000), maka
jawaban si pengemudi
Maksimum Kuantitas
Submaksim: Buatlah sumbangan alau kontribusi anda seinformatif mungkin
sesuai dengan yang diperlukan (untuk maksud percakapan).
Maksim Kualitas: Cobalah memberi sumbangan yang benar
Submaksim: Jangan katakan sesuatu yang anda tahu(percaya) tidak benar.
Submaksim: Jangan kaiakan sesuatu yang anda tidak punya cukup bukti.
Maksim Relevansi (Keterkaitan). Katakan yang, relevan
Maksim Cara: Katakar. dengan jelas.
Submaksim: Hindarkan ketidak jelasan ujaran.
Submaksim: Hindarkan ketaksaan.
Submaksim: Singkat (hindarkan uraian panjang berlebihan dan lebar
Submaksim: Tertib dan teratur
Menurut Grice, ada lima cara yang dapat diambil oleh percakapan
B. Manfaat
Untuk dapat mengetahui berbagai kajian dalam pragmatik dan jenis dan hal yang lain
yang berkaitan pada pragmatik
C. Kritik
Buku ini sangat bagus untuk di pahami isinya karena kata dan kalimatnya mudah di
pahami dan sedikat ada kesalahan dalam penulisan tanda baca dan kata atau kalimat.